Gina baper diperlakukan mesra oleh kevin. Di sini jelas sekali Kevin punya kelainan jiwa. Mana ada cowok mau gandeng tangan cowok kalau bukan bangsa jeruk makan jeruk. Gina bergidik bayangkan nasib Gani harus dekatan dengan lelaki berperilaku aneh.
Kevin tidak banyak bicara langsung buka pintu kamar masuk ke dalam. Tak ada gelagat laki mau berbuat sesuatu di luar nalar sehat. Laki itu masuk kamar mandi tanpa melihat ke arah Gina.
Gina sendiri yang ketakutan dengan pikiran melayang ke mana-mana. Gadis ini mematung di tempat semula tanpa tahu apa yang harus dia lakukan. Mata Gina tertuju pada tempat tidur yang seperti monster siap melahap Gina nanti.
Kevin keluar dari kamar mandi telah ganti pakaian dengan kaos oblong dan celana training. Laki itu makin menarik dengan rambut sedikit basah di depan. Gina menduga Kevin baru saja cuci muka sebelum tidur. Aktifitas rutin bagi mereka yang jaga kesehatan kulit wajah.
"Kau tidur sambil berdiri?" tegur Kevin tak melihat Gina punya niat naik ke tempat tidur.
"Ngak pak! Aku ke kamar kecil dulu." Gina melesat pergi hindari kecurigaan Kevin.
Kevin tak open apa yang akan dikerjakan Gina. Laki itu naik ke ranjang menarik selimut tutupi badan hingga ke leher.
Gina sengaja lama-lama dalam kamar mandi untuk hindari cepat tidur padahal mata Gina sudah redup minta di off. Gina sengaja duduk di atas kloset menunggu Kevin pulas.
Lama menunggu sampai Gina bosan sendiri lantas keluar pantau situasi apa sudah kondusif. Kevin memang sudah tidur tanpa suara ngorok. Laki itu tidur tenang sekali menyongsong pagi.
Gina menarik nafas lega Kevin tidak macam-macam. Artinya Kevin memang bukan lelaki cabul maupun jahil. Dia tidur tanpa peduli pada Gina.
Gina pilih habiskan malam tidur di sofa walaupun tempatnya tak layak untuk tidur. Gina meringkuk kedinginan tanpa selimut. Dia mana ingat bawa kain sarung apalagi selimut. Siapa sangka muncul biang kerok bikin Gina sengsara.
Suasana kamar hening tanpa suara. Gina tidur tanpa ngorok begitu juga Kevin. Cuma Gina menggigil karena pendingin udara makin terasa dingin karena malam makin tua.
Di tengah keheningan malam tiba-tiba ponsel Kevin berdering. Gina yang sudah terlalu jauh masuk ke dalam alam mimpi sama sekali tidak gubris dengan suara itu. Kevin yang terusik oleh suara yang berulang-ulang kali memanggil pemilik ponsel.
Kevin angkat telepon karena tak mau ganggu tidur Gina. Kevin agak kaget melihat tak ada Gina di sampingnya. Mata Kevin mencari ke mana asisten barunya itu sebelum geser layar ponsel.
Kevin agak tenang saksikan sesosok manusia bergulung bak trenggiling di atas sofa kecil. Gina tidur dengan posisi tak nyaman. Kevin pastikan hal itu.
Setelahnya Kevin baru tanggapi ponselnya.
"Halo...ada apa? Ini sudah tengah malam."
"Aku sangat sedih mas! Maukah mas datang ke kamar aku?"
"Lucia...kejadian tadi hanya insiden. Kau sudah makan?"
"Sudah...mas kan sudah pesan nasi goreng untukku bukan?"
Kevin duga Gina yang pesan makanan untuk Lucia. Sekalian dengan nasi gorengnya. Anak buah pengertian. Kevin sendiri hampir melupakan Lucia kendatipun anak itu baru saja dapat cobaan memalukan.
"Lucia...aku ini lelaki tak baik masuk ke kamar cewek! Kau tahu besok aku harus presentasi tender proyek. Aku butuh istirahat cukup. Kau tidurlah! Jangan pikir apapun!" bujuk Kevin pelan biar Lucia mau bersabar tidak ganggu dia lagi.
"Siapa peduli mas datang ke sini? Temani aku tidur ya!"
"Jaga sikap Lucia! Jangan sampai kau dihujat orang karena bawa laki ke kamar! Aku ini lelaki paling dibilang penjahat cinta sedang kau akan derita dihujat masyarakat."
"Mas tak suka padaku?"
"Kenapa tak suka? Kau ini salah satu karyawan aku. Punya potensi lagi. Sekarang sudah jam satu! Tidur ya!"
"Cuma sebatas karyawan?"
"Tentu saja tidak. Ya sebagai adik, teman, karyawan dan lain. Maaf Lucia! Aku sangat ngantuk. Selamat malam."
"Malam mas! Besok aku akan temani mas ke tender proyek ya!"
"Boleh .. cepat tidur!" Kevin tak mau banyak dekat selain ijinkan Lucia ikut tender. Selama gadis itu tidak buat ulah mungkin Kevin bisa toleransi semua kemanjaan Lucia.
Kevin meletakkan ponsel di samping tempat tidur lantas turun tempat tidur hampiri Gina. Lama sekali Kevin menatap wajah Gina dalam tidur.
Wajah itu begitu manis dan menarik. Rasanya tak pantas Gina menjadi seorang lelaki. Tetapi faktanya Gina tetaplah seorang lelaki seperti yang dia perlihatkan.
Kevin makin tergelitik untuk lihat Gina lebih dekat. Kevin turunkan wajah menatap sosok di depannya. Dari tingkah laku Gina sudah sempurna sebagai lelaki. Tapi dari bentuk tubuh Gina tak ubah seperti anak gadis. Raut wajah persis wajah anak cewek remaja.
"Siapa kau sebenarnya?" desis Kevin menyentuh hidung mungil Gina. Kulitnya demikian halus tanpa pori kasar. Kulit seorang cewek.
Kevin tak punya banyak kesempatan untuk memikirkan siapa Gina. Laki ini harus lanjutkan tidur yang tertunda. Kevin juga tak tega biarkan asistennya beku akibat udara dingin.
Laki ini mengangkat Gina ke pelukan. Orang ini terasa ringan tak seperti laki umumnya. Rangka anak ini kecil tak cerminan lelaki. Apa Tuhan salah cetak nih bocah? Mana ada cowok ringan seperti bayi kecil. Enak saja Kevin bawa Gina ke tempat tidur.
Gina keenakan merasa hangat setelah hampir beku kena AC tanpa selimut. Kepala Gina disandarkan pada dada Kevin makin lelap masuk ke alam mimpi.
Kevin tundukkan kepala lihat wajah Gina. Kenapa ada rasa aneh muncul di dada. Satu perasaan mencubit sudut hati Kevin ingatkan betapa menariknya asisten itu.
Kevin letakkan Gina perlahan lalu selimuti Gina. Kevin menepuk pipi sendiri agar sadar tak boleh punya pikiran aneh pada Gina. Apa dia mau jadi gay sang sesama pemain anggar.
Gila kalau punya hasrat pada Gina. Mana mungkin Kevin suka pada anak laki walaupun cantik.
Kevin buang jauh-jauh pikiran buruk lalu rebahkan diri di samping Gina. Bau khas Gina membuat jiwa Kevin agak tenang.
"Selamat malam" bisik Kevin tak peduli Gina tak mendengar. Laki ini pejamkan mata lanjut tidur menanti pagi.
Keheningan kembali melanda ruangan kamar itu. Hanya suara AC perlahan terdengar semarakkan keheningan.
Ntah sadar atau tidak Gina balik badan memeluk Kevin cari kehangatan. Gina seperti anak ayam berlindung pada induknya.
Kevin agak kaget tiba-tiba ada orang memeluknya. Mulai dari remaja belum ada orang bisa dekat dengannya walaupun lelaki. Kevin tak bisa terlalu dekat dengan makhluk lain terutama wanita.
Kevin menelan air ludah menahan gejolak yang mendesak dari lubuk hati. Gejolak itu membangkitkan gelora Kevin yang tak pernah timbul selama ini.
Kevin bisa stress bila ingat di pelukannya ini adalah seorang pria muda. Bagaimana mungkin dia suka pada lelaki. Apa karena Gina terlalu ganteng sampai menggoda imam Kevin.
Panggilan batin Kevin tak menampik kalau dia juga suka dipeluk Gina. Seluruh tubuhnya lapang seolah tanpa ada beban. Biarlah Gina jadi obat menyembuhkan penyakit hatinya.
Kevin melingkarkan tangan ke pinggang mungil Gino. Biarlah besok yang tentukan apa yang akan terjadi. Paling tidak mereka tak lakukan hal senonoh. Hanya tidur saja.
Gina terbangun karena mendengar ketokan pintu. Ketokan nya demikian kencang bikin jantung orang mau copot.
Gina terpana melihat dia di mana serta siapa di sampingnya. Tangan Kevin masih melingkar di pinggangnya seakan Gina ini miliknya.
Gina ini mendekap mulut biar tidak berteriak imbangi ketokan pintu yang tak henti. Gina merasa sudah gila berada satu ranjang dengan Kevin.
Mengapa dia naik ke ranjang laki ini padahal seingat dia tidur di sofa. Apa dia ngelindur naik ke tempat tidur laki ini.
"Ya Allah maafkan dosa hambamu ini!" ujar Gina dalam batin.
Tak ada yang bisa dilakukan gadis ini selain singkirkan tangan Kevin dari pinggangnya baru turun dari tempat tidur jalan ke pintu lihat siapa tak punya kerja ganggu orang di pagi sekali.
Gina perbaiki letak wig yang bergeser dikit karena tidur. Kalau dia lengah bisa terbongkar statusnya sebagai cowok. Inilah moments paling bahaya bila lama berduaan dengan Kevin. Ekornya bisa ketahuan bila bersama terusan.
Gina buka pintu lihat siapa si usil itu. Gina nyengir kuda lihat Lucia berdiri di depan pintu masih memakai baju tidur. Baju tidurnya agak tipis menerawang perlihatkan lekuk tubuh yang lumayan bagus.
Samar-samar terlihat isi dalam baju tidur tersebut. Semuanya serba putih sehingga tampak perabotan Lucia dalam balutan daleman juga putih.
"Apa lihat-lihat? Kepingin?" tegur Lucia mengira Gina tergiur pada tubuh moleknya.
Gina tertawa sinis merasa sangat lucu Lucia pikir dia tertarik padanya. Kepedean Lucia memang patut diacung jempol. Kelas kakap.
"Tertarik? Kukira masih bagus badan Mpok jual jamu. Padat berisi. Punyaan kamu pada loyo seperti bekas digilas traktor sawah. Ngapain ganggu tidur orang? Pak Kevin masih tidur. Beliau tidur sangat malam karena ngobrol dengan pujaan hati." Sifat iseng Gina kumat kerjain Lucia biar kebakaran jenggot. Ngak punya jenggot di dagu bisa gunakan jenggot di bawah. Mau jenggot di daerah tersembunyi maupun jenggot di bawah lengan. Gina mau open itu. Yang penting hibur hati dengan kekesalan Lucia.
Orang buta pun tahu Lucia jatuh cinta pada Kevin. Bela-belain kerja di kantor Kevin demi jumpa laki itu tiap hari. Ikut ke kota M dengan harapan bisa duaan dengan laki itu. Sayang Gina berdiri di depan jadi batu sandung.
"Pacaran sampai tengah malam?" seru Lucia tidak terkontrol lupa kalau mereka bukan di rumah.
Gina mengangguk yakin bikin Lucia sesak dada. Mau marah apa hak dia? Dia bukan pacar Kevin saat ini. Laki itu bebas pacaran dengan wanita manapun.
"Apa saja yang diobrolkan?" tanya Lucia berusaha melihat Kevin yang masih bergulung salam selimut.
"Ya standar obrolan orang pacaran. Cuma kudengar pak Kevin bilang akan beli oleh-oleh untuk pacarnya. Mereka akan pergi weekend ke tempat romantis."
Nafas Lucia berburu kena hasutan Gina. Mata Lucia bersinar marah ntah pada siapa. Siapa pacar Kevin yang misterius? Hawa panas dalam dada Lucia melonjak capai suhu puncak. Kalau ada telor mentah di ceplok ke atas ubun Lucia pasti masak sempurna.
"Kau akan ikut ke sana?"
"Mana kutahu diajak atau tidak? Orang pacaran mana mungkin ajak orang ketiga. Rusak suasana saja."
Lucia tak bisa salahkan Gina bila minus informasi tentang liburan Kevin. Apa hak Gina masuk campur urusan bos.
"Kamu cari info mereka pergi. Aku akan beri hadiah kepadamu. Mau apa tinggal bilang. Ok?"
"Ok..." sahut Gina singkat. Dalam hati Gina ingin bilang ingin nyawamu. Sayang kalimat itu tak bisa diucapkan secara lisan. Cuma bisa diucapkan dalam batin.
"Aku pergi mandi ya. Kau bangunkan mas Kevin karena dia harus segera presentasi di proyek." Lucia sedikit lebih ramah karena butuh bantuan Gina pantau gerak gerik Kevin dan pacar misteriusnya.
"Ya nona .."
Lucia kembali ke kamarnya setelah melempar senyum menawan pada Gina. Lucia pikir Gina akan kesengsem pada senyumnya. Lucia tak tahu Gina mau muntah cuma tak tahu apa mau dimuntahkan karena belum ada isi.
Gina menutup pintu tanpa ada niat bangunkan Kevin. Dia harus gercep masuk kamar mandi bersihkan diri sebelum Kevin bangun. Banyak onderdil cewek akan muncul bila Gina mandi. Pokoknya serba kilat.
Gina sudah wangi dan rapi sewaktu Kevin bangun. Laki itu diam saja tak bahas soal keberadaan Gina di ranjangnya. Gina bersyukur Kevin tidak tanya ini itu tentang peristiwa memalukan itu. Sepertinya Gina yang salah naik ke ranjang Kevin karena rasa dingin. Gina tak Mai ingat hal mengerikan itu. Untunglah Kevin tidak curiga Gina itu cewek.
Kevin keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Laki tak tahu malu itu hanya pakai handuk melilit di pinggang pamer roti sobek di bawah dada.
Dengan santai laki itu buka koper cari daleman dan pakaian untuk pergi merebut tender proyek.
Gina mau pingsan tatkala Kevin buang handuk kenakan boxer warna hijau tosca. Pinggul laki ini jadi santapan gratis buat mata indah Gina. Masih untung cuma terpantau bagian belakang, coba kalau bagian depan terdeteksi. Keberadaan burung Cucak Rowo Kevin akan seliweran di mata gadis ini.
Gina matian buang muka ke arah lain asal tak lihat ke tubuh bosnya. Semalam sudah dosa kini tambah dosa lagi. Berlapis dosa Gina pada Kevin.
Kevin asyik memakai pakaian tidak perhatikan pipi Gina bukan pink lagi melainkan merah padam. Tomat saja akan malu kalah bersaing dengan pipi ranum Gina. Di sini jelas sekali sisi kewanitaan Gina menonjol. Mana ada cowok pipinya ranum merah.
"Pandai pasang dasi?" suara Kevin menyadarkan Gina dia berada satu ruangan dengan orang lain.
"Tidak pak!" sahut Gina spontan.
"Itu kekurangan kamu. Gani pintar pasang dasi."
"Pekerjaan aku tak harus pakai dasi jadi tak guna belajar. Aku juga tak punya dasi." sahut Gina masih menenangkan diri biar tak tampak bodoh di depan Kevin.
"Kamu harus belajar. Jadi asisten harus bisa semua."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Mei
Makasih kak. Lope u ♥️♥️❤️❤️♥️♥️❤️♥️❤️❤️
2023-02-14
0
Mei
😄😄😄😄😄😄😄😄
2023-02-14
1
玫瑰
ada-ada je ni..hahaha.
segala macam jenis janggut di bahas kan...hahaha
2023-02-14
1