Gina tak tahu dari mana Imam nilai dia pintar. Jumpa saja baru kali ini dari mana dia ambil kesimpulan Gina itu pintar. Apa Imam tak tahu Gina pintar ngibul orang? Terbukti Kevin kena kibul Gina itu seorang cowok.
Gina males menjawab biarkan Imam berpikir semaunya. Yang penting setelah ini dia akan menghindari Kevin dan orang-orang sekelilingnya. Termasuk lelaki Flamboyan macam Imam.
"Di sini udara segar dan bersih. Kurasa tak perlu pakai masker. Kenapa Dek Gino tidak membuka maskernya saja?" Imam masih penasaran pada wajah di balik topeng masker.
Gina pura-pura tidak dengar malah buang mata ke langit lihat kalau ada bidadari nyasar beri dia berkat pergi dari lokasi ini.
"Gino sedang flu maka aku minta dia gunakan masker! Tau usah bahas hal tak penting. Gimana kalau kita langsung coba stick golf kita?" Kevin coba alihkan pembicaraan. Kevin tak bisa bayangkan reaksi Imam kalau lihat tampang Gino. Dari balik masker saja dia sudah tertarik apalagi kalau buka masker. Jamin Imam akan tempuh segala cara rekrut di cantik.
Imam tertawa tak memaksa setelah dengar alasan Kevin. Kevin berkesan sedang lindungi anak buahnya itu. Sumpah mati Imam makin terusik mau gali keistimewaan Gino.
"Kita tunggu Ferdinand! Katanya dia mau gabung. Dek Gino bisa main golf?" pancing Imam masih jadikan Gino target.
"Tidak pak!" sahut Gina ogahan. Permainan tak ada manfaat buat Gina. Tak bisa jadi lahan cetak dolar. Ngapain ditekuni.
"Mau belajar?"
"Tidak pak! Aku ini pekerja kasar tak pantas mempelajari permainan tingkat tinggi."
Kevin tak suka Imam asyik cari perhatian Gina. Apa maksud Imam terusan mengganggu Gina? Apa Gina demikian mempesona sehingga Imam merasa tertarik?
"Itu kamu salah. Ini tak ada hubungan dengan masalah permainan melainkan menunjukkan keahlian. Di sini akan membuktikan kepintaran seorang anak muda mampu tidak menguasai satu tantangan. Ayo kuajar biar kau bisa temani bos kamu bila senggang!" Imam beri kode pada gadis Caddy untuk siapkan peralatan golf.
"Tidak perlu...aku bisa ajar asisten aku bila dia mau! Tak baik memaksa kehendak bila orangnya tak mau."
"Oh??? Ayo kita turun sambil tunggu Ferdinand! Kita bisa main sambil ajar asisten cantikmu." ujar Imam seolah yakin Gina itu cewek cantik.
Kevin resah asistennya jadi topik bahasan Imam. Rencananya bahas soal proyek ini malah merembet ke arah lain. Kevin tak tahu apa tujuan Imam jadikan Gina sebagai target. Laki itu sudah punya isteri maha cantik. Anak dari orang kaya Indonesia. Untuk apa usik keberadaan Gina. Apa Imam punya kelainan jiwa suka pada berondong muda?
Kevin bergidik membayangkan Imam menyukai Gina. Istilah sekarang jeruk makan jeruk. Lalu apa artinya istri Maha cantik di rumah?
Kevin tidak mampu berbuat apa-apa selain mengikuti selera Imam berjalan ke arah lapangan untuk memulai permainan golf sebagai pengantar bahas bisnis.
Gina bergerak mengikuti Kevin sedangkan kedua pengawal Imam mengikuti Bos mereka. Ketiga gadis caddy juga ikut di rombongan Kevin menuju ke lapangan.
Untunglah cuacanya di langit tidak begitu panas sehingga mereka bisa lebih leluasa memainkan pernah mainan mereka. Ketiga gadis caddy menyiapkan semua peralatan untuk kedua bos besar itu.
Gina yang tidak tahu menahu permainan ini memilih menjauh agar yang bermain tidak merasa terganggu. Di sini mungkin tidak ada gunanya merekam pembicaraan Imam dan Kevin. Perhatian mereka pasti akan terpusat pada permainan tidak membahas soal pekerjaan.
Kevin dan Imam bertanding layak pegolf profesional. Mereka sudah terbiasa dengan permainan maka tidak canggung. Entah berapa putaran mereka bermain muncullah lelaki bertubuh subur bersama dengan seorang wanita.
Lelaki bertubuh subur itu langsung bergabung dengan kelompok Kevin sambil tertawa besar. Dari jauh Gina sedang menimbang berapa banyak lemak tertimbun di dalam tubuh lelaki subur itu. Orang itu pasti rajin konsumsi makanan berlemak tetapi malas berolahraga akibatnya lemak jahat bertumpuk di dalam tubuh itu.
"Aloha brothers..tega amat tinggalkan aku terjun sendiri ke lapangan." lelaki berbadan subur bernama Ferdinand menyapa dengan ceria.
"Kamu belum mampu beli jam tangan ya? Janji atas datangnya di bawah. Eh gandengan baru ya? Licin amat!" Imam melirik wanita yang bersama Ferdinand. Seorang wanita standard berdiri di samping bos. Menor dan bergincu merah. Bau harum tubuhnya bikin mabuk serangga di sekitar lapangan.
Gina sedang berpikir betapa banyak korban berjatuhan di balik rerumputan. Pingsan atau langsung mati.
"Ini sekretaris baru aku! Lulusan luar negeri. Pintar lah gitu! Tahu menempatkan diri. Ya kan Siania?" Ferdinand melontarkan tatapan menjijikkan ke arah wanita bernama Siania.
Gina makin mual lihat teman bos Gani. Tak ada yang beres. Penghamba pergaulan bebas.
"Iya pak!" terdengar jawaban merdu membelai kuping para lelaki.
Ferdinand tertawa bangga punya gandengan licin kayak permukaan kaca. Laki tak sadar barang licin itu rapuh mudah pecah bila barang itu barang daur ulang.
"Hei Vin...mana penyemangat kerjamu? Jangan bilang bawa asisten AC DC kamu ya!" Ferdinand melihat ke sekeliling lihat siapa teman Kevin kali ini. Biasa kalau bukan Gani ya Peter.
"Asisten Kevin kali ini misterius. Cantik di atas, ganteng di bawah ya?" olok Imam ntah mengejek atau memuji asisten Kevin.
Kaki-laki emosi Gina sedang dipermainkan oleh bos-bos kaya itu. Kalau bukan ingin menjaga sopan santun dan muka Kevin rasanya Gina ingin merobek mulut tidak pernah berpendidikan itu. Katanya orang kaya berpendidikan tapi mulutnya kayak emak-emak pasaran.
Ferdinand melirik ke arah Gina yang berdiri dengan sopan agak jauh dari mereka. Ferdinand harus akui kalau mata kita memang seperti mengandung magic menarik perhatian orang. Namun sayang hidung dan mulutnya serta raut wajah tertutup oleh masker.
"Wah...ini putra atau putri? Menarik... Ayo sini!" Ferdinand melambai ke arah Gina agar mendekat. Gayanya menyakinkan seakan dia adalah bos di atas bos.
Gina tak bergeming sedikitpun anggap itu hanya desiran angin. Gina hanya mendengar perintah dari Kevin. Siapapun tidak akan mampu menggerakkan kakinya.
Imam tertawa ngakak lihat Gina berani melawan bos muda dari perusahaan Cat Langit. Biasa semua wanita akan tunduk pada lelaki gendut itu. Namanya sangat terkenal di kalangan pebisnis juga kalangan wanita malam.
Kevin puji keteguhan Gina tidak terpancing oleh nama besar rekan bisnisnya. Gadis itu terlalu teguh pada pendiriannya hanya melayani Kevin.
"Waduh nih bocah! Mari sini biar ku lihat keindahan matamu! Siapa tahu aku berbaik hati memberimu mobil sport terbaru."
"Terima kasih pak! Aku bekerja untuk pak Kevin." sahut Gina tetap jaga jarak.
Imam tepuk tangan puji kesetiaan Gina. Orang begini yang dia perlukan untuk membantunya di dalam perusahaan. Tidak tergiur diiming-imingi oleh hadiah.
"Oh gitu...kau bekerja untukku saja! Gajimu silahkan kau isi! Seratus dua ratus sebulan?" Ferdinand kembali memamerkan kekayaannya.
"Maaf pak! Kuulangi sekali lagi aku bekerja untuk pak Kevin!" sahut Gina tetap teguh tak termakan materi. Gina makin muak bekerja di kantoran. Nyatanya penuh manusia bermata keranjang. Keranjang diisi dengan niat maksiat.
"Ya ampun Vin! Di mana kau temukan asisten setia ini? Aku makin suka. Aku akan berikan proyek ini padamu asal kau berikan asisten ini padaku. Tiap hari lihat matanya saja aku sudah puas. Ada bintang kejora di situ!" ujar Ferdinand anggap Gina barang barteran seperti Imam tadi.
Gina anggap kedua rekan Kevin orang gila baru saja dapat surat kebebasan dari RSJ. Tidak perlu terlalu ditanggapi. Dia hanya perlu melewati 10 hari ini dengan baik tanpa meninggalkan nama cacat.
"Kalian dua jangan kelewatan! Gino ini sudah ada pekerjaan tetap jadi kalian tidak perlu merayunya untuk bekerja pada kalian lagi. Daripada kalian berpikir yang bukan-bukan lebih baik kita memulai permainan ini!" Kelvin langsung mematahkan keinginan kedua orang itu untuk meminang Gina untuk menjadi asisten mereka.
"Huh tak asyik! Tapi sumpah Vin! Mata asistenmu sangat indah seperti mata peri dalam dongeng." umpat Ferdinand kesal Kevin menutup perihal Gina.
"Gina bukan peri, dia anak lajang!"
"Sayang anak cowok! Coba kalau cewek. Langsung ku pesta kan tujuh hari tujuh malam." ujar Ferdinand seperti mengeluh.
Dalam hati Gina mengomel siapa doyan laki tumpukkan lemak. Diajak lari pagi tertinggal di garis start sedangkan orang sudah Finish. Dikasih mahar pesawat jet juga ogah.
Kevin memaksa kedua rekannya untuk lupakan asistennya. Kevin sengaja ajak mereka turun ke lapangan untuk mulai permainan.
Ketiga gadis caddy bergerak melayani para bos dengan menyediakan bola serta stick untuk masing-masing bos. Satu gadis layani satu bos. Kevin tampak berusaha hindari kontan fisik dengan gadis caddy. Kevin menolak dibantu bawakan tas berisi stick. Kevin beri kode pada Gina untuk angkat tas tersebut.
Gina laksanakan permintaan Kevin tanpa protes. Ketiga laki itu saling tukaran memasukkan bola ke dalam lubang yang telah tersedia.
Tak ada tanda-tanda mereka akan bahas soal proyek. Mereka asyik bermain tanpa banyak bicara. Bagi Gina Ini adalah satu permainan yang sangat membosankan. Hanya memasukkan bola ke dalam lubang-lubang yang telah tersedia dikatakan suatu tantangan. Padahal hanya perlu memperlihatkan ketangkasan dan kejelian mata.
Permainan berhenti tatkala matahari berada di atas kepala. Dari kejauhan terdengar panggilan adzan dhuhur. Saatnya hentikan aktifitas bagi umat muslim. Kalau mereka umat muslim tapi tidak mengindahkan panggilan adzan maka mereka termasuk manusia barbar.
Untunglah ketiga lelaki itu punya perasaan untuk menghentikan permainan. Ketiganya kembali ke tempat mereka duduk tadi. Ketiganya menyeka keringat dengan handuk basah yang telah disediakan oleh klub golf.
Pelayanan yang memuaskan. Gina minta ijin ke belakang karena kebelet kencing. Gina sudah tak bisa tahan ingin segera buang hajat kecil. Gina berbisik minta ijin ke toilet.
Gina duluan pergi takut orang melihat dia masuk ke kamar mandi cewek. Tak mungkin lah Gina masuk toilet pria sedangkan dia tulen gadis.
Gina lihat kiri kanan cari tahu apa ada orang pantau gerak gerik dia. Secepat kilat Gina buang hajat kecil sebelum ada orang sadar ada cowok muda masuk toilet wanita.
Sebelum Gina keluar terdengar ada suara orang bicara di depan toilet wanita. Gina diam saja karena kenal kedua orang itu. Gina merapatkan kuping ke dinding pintu cari tahu apa yang dibicarakan kedua orang itu. Gina segera aktifkan ponsel untuk rekam pembicaraan ini. Ini pasti penting buat Kevin.
"Kau yakin bisa kalahkan Kevin?" Gina kenal itu suara Imam.
"Anak itu sangat berbakat. Cuma dia kan belum pernah di bidang ini. Gimana kalau kita kerja sama rebut proyek ini? Kita kerjakan bersama dengan pembagian sama rata. Ini Mega proyek bro! Anak itu mau telan sendiri."
"Kau punya cara hadang dia?"
"Namanya sangat bagus di dunia bisnis. Tak ada skandal kayak kita. Itu sudah cukup bikin dia dapat kepercayaan. Paling kita jatuhkan harga salip dia."
"Kau gila? Semua bahan baku mahal. Kita takkan dapat apa-apa bila jatuhkan harga. Aku ngeri bayangkan rugi!"
"Katanya orang pintar. Kita bisa curi dari pengurangan bahan baku. Kita manipulasi bahan baku. Paling kita lempar dikit duit buat pengawas. Jaman sekarang mana bisa terlalu jujur. Aku akan minta sekretaris aku turunkan harga. Kau harus dukung aku menang baru kita laksanakan bersama."
"Kita lihat besok! Jujur aku ragu lakukan hal licik. Kita bisa didepak dari berbagai proyek bila ketahuan manipulasi bahan baku."
"Mau kaya harus gitu. Pokoknya kau diam saja besok. Biar ku hadapi Kevin."
"Ngomong mau ngalah ekornya main curang! Ngeri bah!"
"Aku datang dari jauh hanya untuk ngalah? Mimpi buruk apa itu? Aku memang tertarik pada asisten Kevin. Walau cowok bisa dipakai juga kan?"
"Dasar kamu...stress!"
Gina mendengar tawa derai Ferdinand dibilang stres oleh Imam. di antara rasa kesal Gina bersyukur telah merekam momen penting untuk menjatuhkan kedua bangsat itu. Katanya orang kaya tetapi miskin moral. Untung Gani tidak memiliki bos gila seperti mereka.
Selanjutnya tak ada suara lagi hanya terdengar derap kaki meninggalkan lokasi toilet.
Gina membuka pintu perlahan intip kiri kanan untuk melihat apa kedua orang tua masih berada di daerah itu. Tak ada siapa-siapa di daerah itu membuat Gina merasa lega untuk segera angkat kaki dari toilet.
Kedua orang itu mungkin saja telah masuk ke dalam toilet untuk melanjutkan obrolan ataupun membuang hajat seperti Gina tadi. Yang penting Gina telah mendapat rekaman momen sangat penting untuk dijadikan bahan memenangkan tender besok.
Gina yakin Kelvin pasti akan sangat senang mendapat hadiah dari asisten barunya. Ini merupakan debut pertama Gina membantu Kelvin memenangkan satu proyek besar. Bangga juga bila sukses membawa Kevin mencapai keinginannya menjadi seorang kontraktor untuk pembangunan jalan tol besar.
Gina segera bergabung dengan Kevin sebelum kedua manusia busuk itu datang. Gina pura-pura tak tahu apa-apa karena di sini rawan untuk bicara.
Imam menjamu mereka makan siang bersama di klub. Ternyata di dalam klub ada kantin yang cukup lumayan bagus menu makanannya.
Gina duduk sendirian sementara ketika Bos duduk 1 meja. Kedua pengawal Imam duduk di di meja lain agak jauh dari bos mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
hahaha..pasti serangga sekitar pening..hahaha
2023-02-10
1