Gina agak tersentak dengar siapa pak Julio. Mereka tidak berencana jumpa big bos itu tapi Tuhan baik hati atur mereka jumpa tanpa janjian. Inikah yang dinamakan rezeki nomplok. Belum tentu rezeki nomplok karena proyek belum tentu jatuh ke tangan Kevin. Masih harus melalui persaingan sengit di presentasi besok.
"Maafkan kami tak tahu kalau bapak ini yang punya proyek."
"Minta maaf untuk apa? memangnya apa salah kamu kepada aku? Malahan kamu telah membantu aku yang terjebak dalam kesusahan. Sudah.. sekarang kita bukan membicarakan masalah proyek! Kita coba mana makanan yang lebih enak. Oya...alangkah baiknya bila kamu buka masker biar kelak kita jumpa di jalan bapak mengenal kamu!"
Gina menatap Kevin minta persetujuan bos buka masker karena bosnya berpesan lebih baik dia kenakan masker. Gina tak mau hal kecil bikin namanya kena noktah hitam.
Kevin mengangguk. Setelah dapat persetujuan bos gadis ini segera lepaskan masker simpan di saku celana. Pak Julio tertawa tanpa sebab setelah lihat tampang Gina. Ntah apa yang terlintas di benak lelaki berumur kisaran empat puluh tahun itu. Yang penting Pak Julio sudah tertawa.
Gina agak malu dipandangi dalam-dalam oleh Pak Julio. Tak urung pipinya memerah seperti gadis muda sedang jatuh cinta. Pak Julio hanya tersenyum tanpa mengeluarkan komentar.
"Ayok kita pilih makanan! Sekalian pesan untuk dibawa pulang ke rumah besok. Selesai pertemuan aku langsung balik kanan. Ada meeting lagi." Pak Julio tidak lanjut sidak tampang Gina.
Gina ingin sekali mengenakan masker lagi untuk hindari tatapan heran orang lain. Wajahnya memang terlalu cantik untuk menjadi seorang lelaki. Namun Gina juga tak dapat membantah perintah Kevin.
"Bapak tinggal di mana biar kami antar sampai ke tempat."
"Aku tinggal di kondominium di atas mall. Kalau kalian mau antar tentu saja dengan senang hati aku terima. Kita bisa ngobrol lebih lama."
"Baik pak! Biarlah Gino supiri bapak! Ucok yang bawa jalan."
"Deal...sekarang kita lanjut isi perut dengan kue durian ini!"
Gina hanya makan dua potong. Ada rasa suka pun harus ditahan agar tak dibilang mantan narapidana baru keluar dari penjara. Kelaparan akibat kena kurungan bertahun.
Kevin juga kalem tidak jejali mulut dengan aneka kue dari durian. Hanya pak Julio embat beberapa macam untuk rasakan aneka rasa biar bisa dijadikan oleh-oleh untuk anak isteri.
Pak Julio pesan beberapa macam penganan untuk diambil besok. Pak Julio langsung balik setelah rapat tender.
Gina ambil posisi sebagai supir Pak Julio sedangkan Ucok bersama Kevin. Kevin percayakan Pak Julio pada Gina. Skill mengemudi Gina tak usah diragukan. Kevin sendiri jauh dari Gina.
Gina tak banyak omong dalam perjalanan. Gina tahu kadang ada orang tak suka orang cerewet. Gina akan buka mulut bila Pak Julio bertanya. Itu baru sikap asisten berkelas.
"Sudah lama ikut Kevin?" tiba-tiba terdengar suara pak Julio dari belakang.
"Baru dua hari pak! Saya gantiin teman yang ambil cuti. Paling sepuluh hari."
"Sebelumnya kau kerja di mana?"
"Di bengkel pak! Saya ngajar les pada anak-anak juga bantu ibu di warung. Semua saya kerjakan asal halal."
"Pantesan kau ngerti mobil. Kenapa tidak mau kerja di kantor saja? Kan lebih bonafide."
"Masing-masing ada bagiannya pak! Saya ini orangnya tak bisa duduk diam di satu tempat. Senangnya kerjanya tanpa tekanan."
"Kalau kau mau bapak bisa beri pekerjaan padamu. Setiap saat kau mau!"
"Terima kasih pak! Benarkah bapak pemilik proyek yang bakal dilobi pak Kevin?"
"Iya..kau mau ikut terjun ke proyek?"
"Bukan itu pak! Saya tak ngerti soal konstruksi. Soal oli dan mesin mungkin ngerti dikit. Apakah saya lancang bila mau perdengarkan sesuatu pada bapak?" tanya Gina hati-hati takut dibilang tak sopan.
"Kok lancang? Asal tak langgar peraturan tetap ku terima."
"Tapi bapak janji tak boleh kasih tahu pak Kevin. Ini menyangkut persahabatan yang sudah lama terjalin. Saya takut ini akan merusak jalinan persahabatan mereka."
"Kamu kok bikin bapak penasaran? Ayo katakan rahasia apa tak boleh diketahui Kevin!"
"Saya takkan berkata apapun cukup bapak dengar percakapan antara dua orang ini."
Gina perlambat laju mobil karena mengeluarkan ponsel milik Kevin dari saku celana. Satu tangan nyetir dan satunya lagi buka rekaman percakapan antara Ferdinand dan Imam. Gina perbesar volume suara agar pak Julio bisa dengar dengan jelas.
Kening pak Julio berkerut-kerut dengar percakapan yang akan merugikan pemilik proyek. Ada indikasi berbuat curang di sini. Pak Julio dengar sampai akhir lantas menghela nafas.
"Kau tahu nama mereka?" tanya pak Julio langsung beri respon positif.
"Saya tak boleh menjelekkan orang pak! Besok bapak akan tahu sendiri siapa kedua orang itu. Mungkin dari suara bapak bisa kenali mereka. Saya rasa pak Kevin tak perlu tahu soal ini. Saya akan kirim copy suara ke bapak biar disimpan."
"Hmmm baiklah! Kau sangat bijaksana nak. Kau pasti masih sangat muda."
"Bapak pasti bisa nilai yang terbaik. Bersaing secara terbuka mungkin akan diterima tapi kalau sudah ada niat busuk gitu ya bapak bisa pertimbangkan."
"Aku tahu nak! Terimakasih sudah beritahu aku soal ini. Kau ini betul maskot keberuntungan Kevin."
Untuk ini Gina tidak jawab biar tak dianggap besar kepala. Baru dipuji dikit gaya selangit. Merendah merunduk seperti padi akan dapat lebih banyak manfaat.
"Ini kartu nama aku. Setiap saat kau bisa hubungi aku bila menemukan kesulitan. Anak muda macam kamu sudah sulit ditemukan. Tapi bapak harap kamu jangan terjerumus ke jalan tak benar. Kamu ini terlalu ganteng untuk ukuran lelaki. Ayah ibumu pasti manusia punya tampang bagus baru punya anak macam kamu."
"Saya janji pak! Tujuan hidupku adalah bahagiakan ibu yang telah susah payah besarkan aku. Sekarang saatnya aku balas budi."
"Ach...betapa manis mulutmu! Bapak doakan harapan tercapai."
"Amin..." Gina menerima kartu dari pak Julio dengan cara kurang sopan. Pak Julio pasti ngerti posisi Gina tak mungkin balikkan badan hadap lelaki itu. Pandangan Gina harus fokus pada jalan raya. Macet sepanjang jalan tanpa kenal waktu.
Mengendarai mobil di kota M harus punya kesabaran plus plus. Mobil padat merayap membentang sepanjang jalan. Gina terpaksa harus ikut antri gunakan jalan raya.
Dengan perjuangan berlipat ganda akhirnya Gina sukses antar pak Julio sampai di tempat tinggalnya. Gina tinggalkan mobil pada pak Julio baru naik ke mobil Kevin. Kevin pamitan pada pak Julio tanpa bahas tender besok. Mereka bertemu bukan untuk bicarakan proyek melainkan tak sengaja jumpa di jalan. Kevin tak tahu Gina sudah buka jalan untuk Kevin maju selangkah dari yang lain.
Ketiga orang itu tinggalkan tempat tinggal Pak Julio. Mereka kembali ke hotel tempat mereka menginap. Kevin langsung membebaskan Ucok dari tugas karena hari juga sudah menjelang sore. Sudah saatnya berkumpul kembali dengan keluarga di rumah. Mobil ditinggalkan di pelataran hotel agar Kevin bisa gunakan mobil bila diperlukan. Ucok pulang ke rumahnya menggunakan jasa gojek online.
Keduanya segera naik ke tingkat atas untuk kembali ke kamarnya. Saat begini yang paling tidak disukai oleh Gina karena akan berduaan dengan Kevin. Kevin sih tidak ada masalah berduaan dengan Gina yang dianggap sebagai seorang anak muda.
Kevin hempaskan diri di atas tempat tidur tanpa peduli pada perasaan Gina. Gina pura-pura menyibukkan diri dengan laptop kantor. Pada kesempatan ini Gina pindah hasil rekaman ke laptop agar Kevin tak tahu niat jahat kedua sahabatnya. Untuk sementara Gina akan bungkam biar pak Julio yang nilai siapa lebih pantas jadi pemenang tender.
Keduanya tidak bicara. Gina sibukkan diri dengan laptop sedangkan Kevin istirahat di atas ranjang. Sekali-kali Gina melirik ranjang bayangkan apa yang bakal terjadi bila dia tidur di atas ranjang itu. Tidur dengan lelaki bukan muhrim?
Sungguh mengerikan. Bisa hilang gelar perawan ting-ting Gina. Bukan salah Kevin juga karena di pikirannya Gina adalah Gino cowok cantik.
"Ach ribet!" desis Gina pusing ingat apa yang akan terjadi bila malam tiba. Paling Gina akan tidur di sofa sambut pagi. Belum terpikir Gina akan gila tidur seranjang dengan bosnya. Gani bolehlah tidur bersama tapi dia?
Gina buang jauh-jauh pikiran penuh dengan godaan itu. Takut pihak ketiga yakni setan akan towel iman mereka.
Pintu kamar mereka digedor orang dari luar. Suaranya cukup keras tanda orang yang ketok pintu gunakan seluruh tenaga untuk gedor pintu.
"Buka pak??" tanya Gina tak mau sembarangan ambil keputusan sendiri tanpa ijin Kevin.
"Buka saja! Kalau tak dibuka juga takkan berhenti. Pintar kamu jauhkan dia dari kamar ini!"
"Siap pak!" Gina duga Kevin sudah tahu siapa yang ketok pintu sedemikian semangat. Coba digunakan pada jaman perang pasti negara lebih cepat merdeka.
Lucia berdiri didepan pintu dengan wajah penuh kerutan. Kalau diijinkan Gina mau hitung sudah ada berapa garis di situ. Penuaan dini akibat jengkel.
"Dasar bencong karbitan... di tanya ke mana tak mau jawab. Mana Kevin?" Lucia mencoba melongok ke dalam namun dihalangi Gina. Gina berdiri di tengah pintu tak beri kesempatan pada Lucia usik bosnya.
"Maaf nona! Pak Kevin sudah istirahat! Maklumlah baru jumpa kawan sehati! Ya namanya jumpa teman sehati ya sedikit over maka lelah."
Lucia bulatkan mata tak percaya ocehan Gina. Anak ini sedang mau omong apa? Mau bilang Kevin baru jumpa cewek yang jadi tambatan hati. Gina sengaja tak kasih penjelasan jelas biar Lucia berpikir sendiri. Terserah dia mau berpikir ke arah mana.
Yang penting Gina tidak berbohong karena Kevin memang jumpa dengan kawan sehati dan bermain dengan gembira di lapangan golf.
"Kevin jumpa cewek? Cewek mana? Kurang ajar berani ganggu calon aku! Aku mau bicara dengan Kevin. Ini soal design aku. Aku mau tanya berapa gambar harus ditampilkan." Lucia berusaha cari alasan untuk bertemu Kevin. Gina tahu itu semua hanya klise agar bisa dekat Kevin. Gambar masih ada di tangannya dari mana dia bisa munculkan saat ini.
"Tinggalkan saja pesan! Atau gini saja nona! Kalian bahas nanti waktu makan malam. Pak Kevin pasti akan ajak nona makan malam bersama. Pakai baju tercantik biar mata Kevin tidak pindah hati."
Lucia meneliti wajah Gina tanpa masker. Mengapa makin dilihat makin cantik. Lebih mirip cewek ketimbang cowok.
"Kau ini laki atau cewek sih? Kok makin mirip bencong?"
"Namanya juga bencong ya begini! Sekarang pergi mandi dandan cantik untuk temani bos aku makan malam. Aku akan atur candle light dinner. Ok?"
Senyum manis kontan merebak di bibir dicat warna pink. Senyum yang sangat manis. Ada mirip senyum Gani. Apa orang ini punya hubungan darah dengan mereka? Gina meragukan hal ini.
Hubungan atau tidak tetap musuh harus di berantas. Gina tak boleh punya belas kasihan. Dia dan Gani hidup dalam keterbatasan tanpa kasih sayang seorang ayah. Gina akan balas penderitaan ibunya satu persatu sampai orang licik hancur lebur.
"Hei...kamu terpesona pada kecantikan aku?" Lucia mencolek Gina yang terbawa arus masa lalu.
"Mana berani...nona kan milik pak Kevin. Tak seorangpun boleh melirik nona. Ayo tetap semangat!"
"Benarkah? Oh hari ini kau begitu manis! Ok...aku akan bersiap. Kau boleh ikut tapi duduk jauh ya!"
Gina mengangguk. Dia sudah berusaha mengusir Lucia tanpa kekerasan. Untunglah gampang merayu wanita bodoh. Diangkat sedikit langsung terbang tinggi ke awang-awang. Coba kalau jatuh ke bawah. Remuk total.
Lucia pergi dengan hati riang gembira. Lucia gembira tidak kepalang tanggung akan segera makan bersama pujaan hati. Lucia akan mengeluarkan baju terbaiknya. Harus yang termahal serta model terbaru.
Gina menutup pintu perlahan sambil tersenyum sendiri. Gina tak tahu Lucia itu dibutakan oleh cinta atau tolol. Kevin berusaha menjauh sedangkan dia berusaha mendekat.
Mereka berdua seperti penari Cha Cha. Maju mundur dalam gerakan. Satu maju dan satunya mundur. Begitu seterusnya sampai lagu berhenti.
"Sudah pergi?" tanya Kevin tanpa bergeser dari ranjang.
"Sudah ..nanti malam makan bersama bos. Tak mungkin bos abaikan dia selamanya. Bos kan masih perlu designnya."
"Ya sudah atur makan malam untuk kami. Cari meja yang lapang agar duduknya berjauhan. Kamu juga ikut!"
"Kurasa tak usah ikut! Aku ini anak buah. Makan di kamar saja."
"Kubilang ikut ya ikut!"
Gina mengatur nafas agar tidak kacau. Enak banget jadi bos, boleh jadi manusia diktator perintah seenak perut. Orang tak mau tetap dipaksakan.
"Iya pak!" jawab Gina mengigit bibir biar ada rasa sakit. Rasa sakit ini akan ingatkan Gina bahwa dia adalah bawahan.
Gina kembali duduk lanjutkan melamun cara tangani Lucia. Lihat pola hidup Lucia yang glamor bangkitkan rasa dendam semakin membara di rongga dada. Wanita itu akan bayar semua keglamoran dia banggakan.
Gina pasti akan ajar Lucia tahu artinya hidup susah. Waktu itu pasti akan tiba. Kepala Gina sudah tersusun beberapa rencana. Bikin Lucia pilih mati daripada hidup menanggung malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
tak sabar menunggu pertunjukan yang dibuat Gina nanti
2023-02-11
1