Gina tidak terlalu peduli Gani telah buat nama baru buatnya. Apa arti sebuah panggilan bila tak dibarengi ketulusan. Nama Gino boleh dibilang tak jauh dari nama Gina. Cuma ganti huruf abjad belakang.
Keduanya segera berangkat ke kantor tempat Gani bekerja. Gani bawa motor sendiri begitu juga Gina. Kedua anak Bu Sarah berjalan beriringan ke kantor. Gina tenang saja tidak gentar. Justru Gani yang ngeri-ngeri sedap takut ketahuan Gina itu cewek. Dia bisa di sate kalau terbongkar penggantinya seorang cewek.
Gina memandangi gedung bertingkat menjulang ke langit. Pantas Gani betah kerja di situ. Dari luar saja tampak perusahaan ini sangat bonafit. Betapa banyak karyawan tertampung di sini. Hitung-hitung bos Gani termasuk orang berpahala menampung ratusan tenaga kerja.
"Woi...melamun jauh jodoh. Kau pakai masker biar para betina tidak berkhayal ingin jadi pacarmu!" kata Gani.
Gina tak menjawab selain memasang masker warna hitam di wajah. Masker itu jadi kontras nempel di wajah putih bersih. Gina pingin cepat selesai bantu Gani supaya bisa hidup tenang seperti biasa.
Kedua anak muda ini berjalan lewati beberapa karyawan. Mata para cewek auto jatuh pada Gina. Orang baru yang tampak menarik cuma sayang wajahnya setengah tertutup masker. Dari atas memang tampak keren.
Takutnya atas keren tiba-tiba mukanya berantakan. Gigi maju selangkah dengan hidung jambu monyet. Cetakan hidung gorilla.
Gani dan Gina cuek bebek langsung naik ke puncak gedung di mana bos berkantor. Bosnya pasti belum datang. Gani sudah hafal kebiasaan bos datang pukul sembilan pagi. Tak pernah datang dahului pegawai.
Sebagai seorang bos pak Kevin mah bebas datang jam berapa saja. Dia yang berhak bicara keras di perusahaan. Yang lain hanya bisa patuh.
Gani dan Gina menunggu di luar ruang kerja Kevin. Meja Gani memang berada di luar ruang Kevin. Mereka hanya dibatasi oleh dinding dekat kaca. Gani bisa lihat apa yang dilakukan bos juga begitu sebaliknya.
Gani suka cuci mata pandangi bos gantengnya. Cewek mana tak ingin berlabuh di dada bebas lemak. Angan Gani kadang melayang ingin rebahkan kepala pada dada perkasa itu.
Gina mendesah tak sabaran menunggu bos. Kalau harus begini Gina bisa jamuran di kantor. Oleh karena itu Gina alergi jadi orang kantoran walaupun dia juga punya kemampuan.
"Eh...bos kamu harus urus baby di rumah ya? Atau urus isteri keturunan ningrat?" tanya Gina mencolek Gani yang fokus pada monitor komputer.
"Bos kita single...dari mana bini dan baby? Tunggu baby dari aku!" gurau Gani bikin Gina mau muntah.
"Anak lahiran dari lubang hidung. Awas kamu kalau macam-macam! Akan kukuliti kamu." ancam Gina mengepal tinju ke hidung Gani.
Gani nyengir kuda ngeri pada ancaman Gina. Cewek ini tak pernah pandang bulu bila tercolek wilayah sabarnya. Gani sudah sering kena hajar maka tahu betapa sakit tamparan Gina.
Dari jauh terdengar derap sepatu mahal. Suaranya garing berirama konstan. Gani segera bangkit dari kursi tahu kalau big bos sudah datang. Ciri khas kehadiran bos adalah bunyi sepatunya.
Gani ikutan menatap ke lorong penasaran bos saudara kembarnya punya tampang seperti apa? Seperti dewa Zeus atau bos dengan perut buncit cacingan.
Gina agak terkesima bos Gani jauh dari bayangannya. Laki itu masih muda berambut rapi gaya masa kini. Tinggi setara daun pintu. Wajah dapat nilai sembilan. Ganteng lah!
Di belakang ada makhluk tak kalah ganteng walau tidak seheboh bos. Kedua laki yang baru tiba boleh dibilang penghias mimpi para cewek. Sayang Gina tidak terlalu menghamba pada ketampanan lelaki. Di mata Gina cowok tampan hanya pajangan tak punya nilai plus.
"Selamat pagi pak!" sapa Gani berubah sopan. Gina hanya mematung tidak buat gerakan apapun.
Lelaki itu melirik Gina sekejap lalu melaju masuk ke dalam kantor. Laki di belakang ikutan masuk seperti bayangan bos saja.
"Itu bos kamu? Pantes kamu betah." sindir Gina membuat Gani tersenyum hambar.
"Ayok kita masuk! Aku akan perkenalkan kamu! Tak usah banyak omong kalau tak penting. Suaramu tetap mengandung irama cewek. Beratkan suaramu!"
"Emang mau digencet sama batu biar berat?"
Gani mencubit lengan Gina gemas adik kembarnya suka sekak dia.
Gani membawa Gina jumpa bosnya karena dua hari lagi Gani akan segera berangkat ikut tour keliling Korea untuk jumpa bintang pujaannya.
Gani ketok pintu walau nampaknya dari luar. Lelaki itu sedang periksa isi email untuk lihat apa ada berkas penting masuk ke kotak suratnya.
"Masuk...!"
Gani mendorong pintu dengan pelan takut pintu kaca itu terluka. Siapa berani kasar di depan bos. Sekasar apapun orangnya sudah berada di depan bos pasti akan meleleh selembut salju.
Kini keduanya sudah berdiri di depan Kevin. Gina berdiri dengan posisi siaga sedangkan Gani berdiri dengan kedua belah tangan bertautan di depan. Jelas Gina lebih gagah dari Gani.
"Namamu siapa?" tanya Kevin menatap tajam ke arah Gina.
"Gino pak!" sahut Gina dengan nada rendah biar terdengar seperti suara cowok.
"Kau sudah tahu tugasmu?"
"Tahu pak! Kerja..."
"Bukan itu maksudku! Kau sudah paham apa yang akan kamu kerja?"
"Tahu pak!"
"Buka masker kamu! Aku risih bekerjasama dengan orang tak punya muka." Kevin meneliti wajah Gina penasaran apa isi masker hitam itu.
"Maaf pak! Ini untuk menjaga protokol kesehatan. Aku lagi pilek ringan."
"Kalau kau tak buka masker dari mana aku tahu kamu ini anak buah aku. Jumpa di jalan juga tak tahu."
Gina melirik Gani minta penjelasan. Janjinya tidak menyusahkan Gina tapi di lapangan bosnya cerewet kayak nenek kehilangan tongkat.
Gani menunduk tak berani menantang tatapan Gina. Alamat kena semprot.
Gina tak punya pilihan selain patuh. Gadis ini menarik maskernya perlihatkan wajah super cantik. Muncullah seraut wajah cantik nyaris sempurna.
Kevin dan rekannya terpana tak sangka ada cowok secantik ini. Kalau dibilang Gino ini cewek semua akan percaya. Yang paling menonjol adalah bulu mata gadis ini. Lentik memanjang.
"Yakin kau bisa kerja? Kenapa kamu tidak jadi fotomodel saja? Kamu tampan sekali." rekan Kevin tak segan puji kegantengan Gino alias Gina.
Gina malas jawab karena merasa pertanyaan itu tidak penting. Terserah mereka mau nilai apa. Dia datang hanya bantu Gani bekerja selama sepuluh hari. Setelah itu putus hubungan dengan kantor ini.
"Pakai kembali masker kamu!" perintah Kevin menganggap raut wajah Gino sangat berbahaya. Karyawan wanita bisa histeris lihat ada karyawan cowok segitu menarik.
"Siap pak!" Gina memasang alat kesehatan itu kembali. Gina lebih senang dibilang karyawan tanpa wajah ketimbang dipelototi oleh karyawan lain.
"Kau Gani...ajar Gino semuanya! Besok kau ikut aku keluar kota." kata Kevin masih terpaku pada ketampanan Gino. Anak itu luar biasa tampan lebih tepat dibilang cantik. Cowok muda nan cantik.
Kevin tak heran Gani bawa teman model gitu. Kevin pasti anggap Gina sama saja dengan Gani makhluk bertulang lunak.
"Aku ikut bapak keluar kota?" Gani menunjuk diri sendiri. Kata-kata Kevin terlalu menggantung tak tau siapa yang dia tuju.
"Bukan...Gino...ini sebagai latihan perdana ikut majikan. Bersiaplah besok berangkat!"
"Ke mana pak?" tanya Gina agak kaget baru masuk kerja sudah diajak jalan jauh.
"Ke pulau Sumatera. Dua hari."
"Baik pak!" sahut Gina datar.
Gani sudah siapkan kuping untuk diisi omelan Gina. Gadis ini pasti akan ngamuk diajak keluar kota. Ini tak ada dalam perjanjian mereka. Nyatanya Kevin punya pemikiran lain.
Gino alias Gina gelisah harus pergi jauh. Gina tak pernah tinggalkan ibunya dalam tempo lama. Beda dengan waktu kuliah Gina harus sering tinggalkan ibunya karena harus kerja dan kuliah. Sekarang Gina sudah selesai kuliah maka bisa gunakan waktu lebih banyak bersama ibunya.
"Kalian kembali ke tempat kalian. Kau Gani...ajar Gino semuanya jangan sampai kelewatan semua jadwal tugasmu."
"Iya pak...permisi." Gani mencolek Gina agar tinggalkan ruangan bos.
Kevin dan rekannya bernama Peter menatap nanar ke arah Gina. Gina memang lebih gagah dari Gani namun tetap ada yang kurang dari kegagahan itu. Bentuk pinggangnya ramping serta pinggul agak melebar.
Ada sesuatu tak bisa diungkap oleh Kevin. Semua itu tidak akan mengubah keadaan karena Gani sudah merekomendasi Gino untuk bekerja mengganti dia. Gino hanya bekerja untuk beberapa hari. Setelah itu semua akan kembali seperti semula.
Sesampai di luar ruangan Kevin, Gina kontan jitak kepala Gani. Gina merasa dibohongi oleh saudaranya. Dari cerita Gani terdengar mudah dan gampang layani bosnya. Tapi faktanya Kevin sulit di dekati.
Kevin dan Peter bengong lihat dengan mudah Gina bully Gani. Herannya Gani tidak balas malah menunduk. Apa yang sedang terjadi antara dua orang itu. Mengapa Gino kasar sekali pada Gani. Itu jadi tanda tanya besar bagi kedua bos itu.
"Aspri kamu yang baru bukan peramah. Orangnya dingin."
"Takutnya sikap dingin untuk tutupi kekurangan. Maklumlah laki tanpa tulang."
"Harusnya begitu. Tapi dia itu asli cantik. Kalau dipakaikan baju cewek jamin ku pacari." canda Peter masih tak bisa pindah mata dari Gina.
"Jeruk makan jeruk?"
"Kan kubilang kalau dia berpakaian cewek."
"Berpakaian cewek tetap saja ada pedangnya. Mau main anggar dengan Gino? Dasar otak ngeres! Kau atur perjalanan besok. Sekalian kau hubungi Lucia agar persiapkan design perhiasan terbaru kita. Kita launching bersamaan pesta ulang tahun perusahaan."
"Lucia sudah tahu. Katanya dia sedang design. Dalam dua hari ini siap."
"Bagus... kita review semua perhiasan kita yang dapat penghargaan. Suruh Lucia buat file khusus review semua design yang pernah dia buat. Kita tayangkan nanti."
"Baik pak Kevin...kau pasti akan repot tanpa Gani. Setengah dari tugas ini biasa ditangani Aspri Avatar kamu. Aku meragukan prestasi Gino. Orangnya kasar apa bisa lebih baik dari Gani."
"Ntahlah! Kita juga harus adil pada Gani. Dia selalu on time tak pernah liburan. Kali ini dia memohon maka aku tak tega tolak permintaan Gani." Kevin menatap keluar kaca saksikan Gani sedang ajar Gino tugasnya.
Kevin hanya berharap sepuluh hari ini berjalan lancar. Tanpa Gani perusahaan tetap harus berjalan. Sebenarnya Gani adalah seorang pegawai yang sangat berpotensi walaupun agak gemulai.
Bagi Kevin itu tidak menjadi masalah selama Gani tidak berbuat macam-macam di kantor. Laki itu masih bisa membedakan urusan pribadi dengan urusan kantor. Walaupun gemulai namun Gani tidak pernah membuat skandal di kantor maka Kevin biarkan saja kami tetap seperti itu.
Gino duluan minta pulang karena sudah memahami tugasnya. Gadis ini masih mempunyai pekerjaan yang harus diselesaikan yakni pesanan desain perhiasan oleh seseorang. Bayarannya sangat menggiurkan maka itu Gina mati-matian menyelesaikan pesanan itu.
Malam itu Gani tidak pulang karena harus bekerja lembur sebelum dia berangkat ke Korea. Gani harus menyelesaikan tanggung jawabnya agar bisa dilanjutkan oleh Gina. Gina jauh lebih pintar daripada Gani makan melanjutkan tugas Gani bukanlah hal yang sulit.
Keesokan harinya Gina berangkat ke kantor sendirian sambil membawa tas untuk ikut bosnya berangkat ke pulau Sumatera. Sebenarnya Gina sangat berat hati meninggalkan ibunya. Tapi semua sudah terlanjur basah makan tak ada jalan untuk kembali selain mengeringkan yang telah basah. Gina harus bekerja ekstra untuk membuat lahan menjadi kering kembali.
Ini semua gara-gara saudara kembar kerasukan setan Korea. Gani bersenang sedangkan Gina tahan perasaan.
Ini hari kedua Gina injak kaki di perusahaan besar ini. Gina tak tahu seberapa luas jaringan kekuatan Kevin. Pokoknya tangannya banyak mengais rezeki. Kiri kanan masuk duit. Bosnya ongkang-ongkang kaki sedangkan anak buah banting tulang sampai ke sumsum bantu bos kumpul pundi-pundi emas.
Berpuluh pasang mata mengarah kepada Gina yang berjalan dengan gagah menuju ke lift. Gina sengaja tidak melirik kiri kanan untuk menjaga kewibawaan sebagai seorang lelaki.
Sikap Gina ini justru menambah rasa penasaran di hati para pegawai cewek. Mereka menduga-duga bagaimana tampang Gina di balik masker. Apa tampan keseluruhan atau hanya bagian atas saja yang tampan.
Gina melihat Gani sudah rapi jali dengan pakaian baru. Tampaknya anak ini punya lemari rahasia simpan barang pribadi di kantor. Kalau tidak dari mana dia mendapat baju ganti.
Gina mendehem memaksa Gani mengangkat kepala. Laki gemulai itu tersenyum tatkala melihat Gina sudah bawa tas. Tak usah ditebak isinya pasti hanya pakaian saja. Gina mana pernah pakai alat kosmetik selain handbody dan sunscreen.
"Selamat pagi adikku yang ganteng." sapa Gani menyambut Gina dengan senyum cerah. Bagaimana tidak cerah tinggal satu hari lagi dia akan berangkat ke negeri impiannya.
Gina mendengus kesal, "Kau harus bayar untuk semua ini. Pulang dari Korea kamu cuci piring warung selama sebulan."
"Woi...jari tanganku alergi sabun cuci piring!"
"Gitu ya? Kalau gitu aku juga alergi naik pesawat. Aku naik rakit ke Sumatera. Impas kan?"
"Dasar adik songong! Apa kau tak tahu abangmu ini terkenal so jari lentik." Gani pamer jemari tangan yang memang terawat baik.
Gina menduga kalau saudara kembarnya itu pasti rajin ke sana untuk melakukan perawatan. Kalau tidak mana mungkin kuku jari tampak bersih dan rapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Nur Mei
lucu.... setan Korea sampai bisa ke Indonesia😁😁😁 bagai caranya ya... 🤔🤔🤔🤔
2023-06-12
0
玫瑰
Jangan-jangan design yang Gina buat itu adalah untuk syarikat Kevin?
2023-02-02
1