Masa Lalu Bu Sarah

Kevin anggap Gina terlalu cerewet sebagai asisten. Masa urusan pakaian bos juga jadi perhatian anak itu. Kevin mana mau patuh pada Gina yang makin berani. Baru kerja sudah berani atur bos.

Kevin tak peduli pada permintaan Gina. Ditambah perut sudah keroncongan dendang lagu lapar lapar ho. Kevin makan di bawah tatapan mata tak bersahabat dari Gina.

Gina bisa apa bila bos sudah anggap dirinya adalah penguasa makhluk lain. Menguasai orang dengan kekuasaan. Kalau sudah begini kamar di hotel terasa sangat sempit. Sejauh mata memandang tetap kembali kepada Kevin.

"Pak...aku cari angin di luar ya!" Gina memilih menghindari terlalu lama satu ruangan dengan Kevin. Udara dalam ruang terasa pengap walau telah ada pendingin kamar.

"Bawa kartu kamar! Jangan pergi jauh kalau tak mau nyasar! Satu lagi. Jangan sembarangan ikut orang tak kenal! Dan terpenting pakai masker."

"Banyak amat peraturan. Masih kalah peraturan sekolah." gumam Gina seraya mengambil kartu yang nyangkut di dinding dekat pintu masuk.

Begitu Gina cabut kartunya seluruh kamar lampunya padam. Ternyata kartu itu sebagai on off listrik dalam kamar.

Gina cepat-cepat masukkan kembali kartu ke dalam box kecil yang tergantung di dinding. Lampu kembali menyala terangi kamar.

Gina mengerjap mata tak merasa bersalah. Orang dia cuma diperintah ya harus patuh. Kevin kan tak mungkin bukakan dia pintu bila ngelayapan. Bos mana mau capek walaupun hanya jalan semester. Langkah saja harus hitung pakai dolar dikalangan pebisnis.

"Gimana pak?" Gina minta pendapat Kevin rencananya cari udara segar di luar hotel.

"Ya sudah. Pergi saja! Jangan lama! Besok kita harus bangun pagi dikit untuk hindari kemacetan."

"Terima kasih pak! Ngak ke mana kok! Cuma lihat sekitar sini saja!"

"Hhhmmm.."

Jawaban singkat Kevin mengiringi langkah Gina tinggalkan kamar. Gina menelusuri lorong hotel yang sangat bersih dan tenang. Tak ada suara bising sedikitpun karena yang nginap di situ orang-orang elite.

Gina masuk lift tanpa arah. Sebenarnya Gina bukan mau cari angin melainkan hindari Kevin. Gina merasa tak nyaman harus dekat dengan lelaki asing. Kalau Gani maupun Om Sabri mungkin Gina bisa terima.

Gina turun sampai ke lantai dasar keluar dari hotel menuju ke taman di depan hotel. Taman mini dengan cahaya minim. Hotel di pusat kota dari mana ada lahan luas untuk rancang taman di situ.

Gina cari tempat untuk istirahatkan kaki. Jalan dekat tak membuatnya lelah namun hatinya yang galau ingat bagaimana dia tidur nanti.

Pas ada bangku dari keramik terlihat hiasi depan taman. Di situ tak ada orang cocok buat Gina lepaskan beban di hati.

Gina keluarkan ponsel jadul untuk hubungi Gani. Gina rindu pada ibunya walaupun baru sehari dia tinggalkan. Gina sangat kuatir kondisi ibunya tanpa dia di rumah. Siapa yang akan lindungi ibunya dari preman bila warungnya diganggu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.. suka diajak main?" terdengar nada riang Gani. Anak itu pasti sedang bahagia karena besok dia akan segera jumpa dengan idola kesayangan.

"Kau di mana?"

"Di rumah. Baru saja bantu mami persiapkan bahan untuk dimasak besok. Aku akan bantu mami masak sebelum ke bandara. Kau tenang saja! Om Sabri janji akan bantu mami kok."

"Iya...kuharap segera balik ke kota J. Aku tak tenang di sini."

"Lho kok galau?"

"Lucia datang serobot kamar aku jadi aku harus tidur bersama bos kamu. Gila ngak?"

"What??? No...no..."

"Enak aja kamu bilang no! Emang bos kamu tahu aku ini cewek? Dia pikir aku ini sama saja dengan kamu."

"Sori dek! Sekarang gimana?" Gani terdengar susah juga Gina harus tidur seranjang dengan Kevin. Gani tak rela saudara kembarnya berada di tempat tidur bersama lelaki bukan muhrim.

"Aku di taman hotel tunggu pagi saja."

"Maafkan aku tak tahu jadi begini! Atau kubatalkan saja ke Korea. Aku tak mau tempatkan kamu dalam posisi bahaya."

Gina terharu Gani lebih pentingkan dirinya dari pada tour impian. Gina tak boleh egois biarkan Gani lewatkan kesempatan bertemu idolanya. Cukup Gina tahu saudaranya yang rada sinting itu sayang padanya.

"Pergilah! Aku bisa jaga diri! Pokoknya pulang secepatnya. Jangan sampai aku kirim becak jemput kamu!"

Gani terbahak-bahak dengar gurauan Gina. Jemput pakai becak sepuluh tahun juga tak sampai rumah. Belum sampai Korea sudah dihempas badai.

"Iya dek! Aku tunggu. Oya...pak Kevin itu tak suka orang cerewet! Dia bilang apa turuti saja! Usahakan jangan ada cewek jarak setengah meter! Dia bisa sesak nafas."

"Sesak apa? Lucia seperti lem setan dia tak masalah. Jangan terlalu halu yang aneh!"

"Itu fakta! Pak Kevin tak bisa dekat wanita. Tapi jangan pikiran buruk! Dia bukan jeruk makan jeruk. Cuma alergi cewek saja."

"Ngawur! Cepat tidur biar besok cepat bangun!"

"Ok. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Gina menghela nafas. Kevin tak bisa disalahkan bila anggap Gina itu anak laki. Gina sendiri posisikan diri sebagai anak laki maka Kevin percaya Gina itu anak laki. Tak ada tanda laki itu mau berbuat aneh. Semua dalam batas wajar.

Apapun cerita Gina tak bisa seranjang dengan Kevin. Ini menyangkut moral batin. Gina akan merasa bersalah pada diri sendiri bila sampai naik ke ranjang Kevin.

Gina lanjut telepon om Sabri pantau keadaan keluarganya. Gina percayakan ibunya pada lelaki baik hati itu. Om Sabri menjaga mereka sejak mereka masih bayi. Ntah berapa puluh tahun Om Sabri temani Bu Sarah meniti detik demi detik waktu berlalu. Tak ada rasa lelah iringi kedua anak Bu Sarah lewati masa sulit hingga berubah lebih baik.

"Assalamualaikum om! Selamat malam..."

"Gina? Katanya kamu ke kota M."

"Iya om! Kan Gin sudah lapor pada om. Pikun muda ya? Jangan pikun ntar tak kenal Sarah lagi!"

"Hei jaga mulutmu! Kau pikir om kamu ini sudah lansia?"

"Hampir om! Nanti Gani pulang dari Korea om lamar ibu ya! Tak baik berdua terus tanpa janji kawin. Nanti muncul pihak tiga, empat seterusnya."

"Ibumu susah dibilang!"

"Om ada niat ngak?"

"Ada dong! Kan untung begitu nikah sudah punya dua anak gede. Bisa disuruh-suruh."

"Jelek amat niatnya. Belum apa-apa sudah ingin plonco anak. Kualat sama anak."

"Om rasa tidak kalau anaknya model kalian dua. Kamu kapan pulang?"

"Mana kutahu? Katanya sih besok. Om lihat Gani berangkat besok ya! Pesan dia harus hati-hati. Jangan foya-foya!"

"Om tahu...Oya om sudah kirim semua yang kau inginkan di email kamu! Om harap ibumu tak boleh tahu hal ini. Ibumu tak mau ingat masa lalu lagi. Dia sudah move on dari kejadian dulu."

"Om tenang saja! Aku akan takkan bikin masalah. Aku cuma mau tahu sejarah Subrata yang kesohor itu. Punya keluarga hebat tapi penipu."

"Om tenang kalau kau janji tidak timbulkan bencana. Kau bekerja dengan tenang saja. Om akan gantiin kamu bantu ibumu. Hati-hati di sana ya nak!"

"Iya om! Titip ibu ya!"

"Itu tak perlu kau pesan. Om pasti jaga wanita pujaan. Cepat tidur sudah malam!" Om Sabri tahu Gina tak pernah begadang karena selalu bangun pagi untuk bantu ibunya masak. Beda dengan Gani yang punya fasilitas lebih baik. Bu Sarah tak pernah tuntut Gani bantu dia karena tahu Gani harus masuk kantor. Gina freelance bisa terlambat sedikit masuk kerja.

"Iya om." Gina mematikan ponsel serta menyimpannya.

Angin malam bertiup semilir membelai sekujur tubuh Gina. Udaranya tidak dingin malah berkesan gersang. Mungkin akibat polusi udara yang berlebihan membuat kualitas udara menjadi buruk.

Kini Gina benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Gadis ini duduk tanpa harus berbuat apa selain melamun. Wajah cantiknya berkeruk-kerut mengenang bagaimana deritanya Bu Sarah gara-gara perlakuan dari Pak Subrata. Om Sabri sudah menceritakan masa lalu Bu Sarah dan mereka berdua.

Gina mengenang kembali semua cerita Om Sabri tatkala Gina menuntut siapa ayah kandung mereka pada Om Sabri. Semula Gina mengira Om Sabri itu ayah kandungnya tapi di luar dugaan Om Sabri menceritakan sebuah tragedi yang sangat memilukan. Bahkan terbersit di pikiran Dina kalau mereka adalah anak haram tapi ternyata semua dugaan Gina itu meleset jauh.

Berpuluh-puluh tahun yang lalu Subrata dan Bu Sarah adalah sepasang suami istri. mereka berjuang dari bawah dengan bekal pemberian orang tua Subrata berupa sebuah toko perhiasan kecil. Bu Sarah dan Subrata menapak dari lantai paling bawah sampai ke atas. Sesampai di atas Subrata lupa daratan main gila dengan seorang perempuan tepatnya berselingkuh. Perempuan jahat itu memfitnah Bu Sarah berselingkuh dengan lelaki lain serta merampas posisi Bu Sarah sebagai istri Pak Subrata. Perempuan itu tidak puas hanya sebagai perempuan simpanan yang telah melahirkan seorang putri buat Subrata. Maka itu dengan segala upaya dia mendepak Bu Sarah keluar dari rumah Subrata.

Subrata yang gelap mata mengusir Bu Sarah yang tak waktu itu sedang hamil kedua anak kembarnya. Bu Sarah keluar dari rumah tanpa membawa apa-apa selain janin di dalam perutnya.

Waktu itu Sabri sebagai teman Subrata ingin memberitahu bahwa semua itu tidak benar. perempuan yang bernama Nola itulah yang tidak benar merampas semua hak Bu Sarah serta berhasil menghasut Subrata mengusir Bu Sarah. namun justru Pembelaan ini membuat Subrata makin marah pada Sabri dan memutuskan hubungan persaudaraan. Sejak itu Sabri tidak pernah bertemu dengan Subrata lagi memilih melindungi Bu Sarah hingga detik ini. Sabri betul-betul tulus kepada bu Sarah dan mulai mencintainya seiring waktu. Sayang Bu Sarah telah menutup pintu hati untuk semua lelaki akibat terlalu sakit hati kepada Subrata.

Demikianlah sekelumit kisah keluarga Bu Sarah yang dikhianati oleh suami sendiri malah memfitnah. Gina yang mengetahui cerita ini bersumpah akan membalaskan dendam ibunya kepada Subrata dan perempuan yang bernama Nola.

Ternyata Tuhan itu Maha adil mengantarkan Lusia kepada Gina untuk dijadikan samsak sakit hatinya. Gina akan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk menghancurkan keluarga Subrata sampai ke dasar laut. Dendam di hati Gina tidak dapat diukur dengan meteran tercanggih manapun.

Gina akan memulainya dari Lucia membuat wanita itu kehilangan muka di muka umum. Gina mau mereka tahu bagaimana bila tidak mendapat di dalam masyarakat. Tak ada kata belas kasihan di dalam hati Gina kepada keluarga Subrata walaupun Om Sabri mengatakan Subrata itu Ayah kandungnya.

Gina akan memilih disebut anak haram daripada mengakui Subrata sebagai ayahnya. Rasa sakit di hati ibunya harus dituntaskan sampai bersih.

Ntah berapa lama Gina duduk sendirian di taman hotel. Gadis ini sadar malam makin merangkak jauh namun dia tidak mempunyai keberanian untuk naik ke atas bergabung dengan Kevin.

Nyali Gina belum berani tidur seranjang dengan lelaki. Dia masih mempunyai batasan walau mentalnya telah ditempah dengan keras oleh om Sabri. Tetap saja ada batasannya.

Tiba-tiba ponsel jadul Gina berdering. Suaranya sangat jelek menghiasi keheningan malam. Tentu saja beda dengan suara ponsel kekinian.

"Halo assalamualaikum."

"Kamu di mana? Kabur ya?"

Gina jauhkan ponsel dari kuping dengar suara yang sangat tak bersahabat.

"Lagi makan angin pak. Mau ku bawakan?"

"Apa kau tak tahu ini sudah jam berapa?"

"Bentar lagi pak. Aku kan jarang ke kota M maka ingin rasakan keindahan kota ini di malam hari." Gina mencari alasan agar bisa lebih lama hindari Kevin.

Gina membeku tatkala lihat sosok lelaki besar sudah ada di dekatnya masih pegang ponsel. Kevin turun dari atas khusus mencari asisten istimewanya. Kevin tak tahu apa istimewanya Gina tapi cukup mengusik jiwanya. Kevin bisa rasakan perbedaan Gina dan Gani tapi laki ini tak tahu di mana bedanya.

Pokoknya dia lebih kuatir pada Gina ketimbang Gani. Insting mengatakan dia harus lindungi lajang imitasi itu.

"Kelebihan darah mengapa tidak sumbang ke PMI?" tegur Kevin terdengar gusar lihat Gina duduk sendirian jadi umpan nyamuk.

"PMI sudah banyak yang nyumbang biarlah aku jadi donatur para nyamuk. Bapak gerah juga di atas?" Gina alihkan pembicaraan agar jangan kena semprotan lebih jauh.

"Aku takut dituntut Gani tak jaga temannya. Ayo cepat naik ke atas!"

"Apa tidak lebih baik kita duduk bentar lagi di sini? Di atas mau ngapain?"

"Ngapain? Tidur..."

Darah Gina berhenti mengalir dengar kata tidur. Satu kata paling tabu diucapkan saat ini. Kalau punya sayap Gina ingin terbang balik ke pelukan ibunya.

Kevin tak sabaran lihat Gina tidak bereaksi disuruh naik ke hotel. Laki ini meraih tangan Gina langsung seret gadis ini masuk ke dalam hotel.

Gina terpana bingung diperlakukan seperti anak kecil nakal tak patuh pada orang tua. Harus dipaksa baru mau patuh.

Kevin bawa Gina langsung ke arah lift. Untunglah suasana hotel mulai lenggang tak banyak tamu. Kalau tidak betapa malunya Gina diperlakukan seperti budak cilik.

Kevin lepaskan tangan Gina setelah berada dalam lift. Gina menunduk tak berani menatap wajah bos saudara kembarnya. Kevin tak tahu jantung Gina hampir terloncat keluar akibat perlakuan Kevin.

Terpopuler

Comments

Bivendra

Bivendra

jd lucinta itu sdra beda ibu sm gina gani toh hmmm,

2023-02-12

1

玫瑰

玫瑰

Dag..dig ..dug..di dalam dada..jantung berdebar, hati bergetar..amboooi..hahaha

2023-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Saudara Kembar
2 Penyamaran
3 Pegawai Kantoran
4 Jumpa Musuh
5 Mulai Perang
6 Sekamar
7 Cobaan
8 Plan Jahat
9 Berkah
10 Maju Selangkah
11 Misi Pertama
12 Masa Lalu Bu Sarah
13 Pemandangan Aneh
14 Harga Gino
15 Penyakit Trauma
16 Pulang
17 Pelajaran
18 Aksi Gina
19 Siapa Dalang??
20 Pamitan
21 Gani Pulang
22 Terbongkar
23 Ikat Gina
24 Pengamen
25 Dikejar Setan
26 Penyakit Masa Lalu
27 Anak Siapa
28 Kumat Lagi
29 Ungkap Kisah Sedih
30 Asisten Baru
31 Gina Aslinya
32 Bongkar Kisah Lama
33 Subrata Bergerilya
34 Gina Dongeng
35 Digerebek
36 Draft
37 Skill Gina
38 Talenta Gina
39 Menguak Masa Dulu.
40 Pengakuan Pak Julio
41 Kevin Cemburu
42 Sarapan Anak Kecil
43 Penyakit Kevin
44 Jadi Gadis Kevin
45 Buka Topeng Lucia
46 Perancang Misteri
47 Jujur
48 Keangkuhan Subrata
49 Pengakuan Lucia
50 Belum Sembuh
51 Belanja Bersama
52 Serangan Musuh
53 Kevin Stress
54 Musuh Dalam Selimut
55 Curiga
56 Bersama
57 Draft
58 Orang Tua Durhaka
59 Toleransi Gina
60 Rencana
61 Selamatkan Aset
62 Gina Sakit
63 Berkeluarga
64 Monster Sakit
65 Bos Dapur
66 Kacau
67 Tak Tahu Malu
68 Pengobatan Awal
69 Bantuan
70 Terbuka Jalan
71 Kepala Batu
72 Ibu Sakit
73 Kabar gembira
74 Bukti
75 Draft
76 Setia Kawan
77 Siapa Setia
78 Cemburu
79 Salah Paham
80 Kevin Kaget
81 Keluarga
82 Bertamu
83 Kulit Badak
84 Tamu Jauh
85 Rebutan Gina
86 Pengakuan Pak Mul
87 Pemimpin Baru
88 Pemburu Maling
89 Angkat Tangan
90 Jalan Buntu Subrata
91 Tangan Besi
92 Tak Tahu Malu
93 Masuk Perangkap
94 Kevin Pikun
95 Tekat Kevin
96 Lucia salah kaprah
97 Lucia Merana
98 Lamaran
99 Amarah Angela
100 Menikah
101 Kevin Bisa
102 Pesona Kevin
103 Makin Buruk
104 Jurang
105 Abang Sayang
106 Mahar Dahsyat
107 Nikah Kilat
108 Ruangan Baru
109 Kuku Gina
110 Gina Monster
111 Ketegasan Gina
112 Bendera Putih Subrata
113 Lucia Emosi
114 Niat Gani
115 Derita Malam Pertama
116 Cerita Dalam Rumah
117 Sarapan Istimewa
118 Baru Tahu Ya
119 Nginap
120 Pengacau
121 Menghakimi
122 Incar Angela
123 Bersama
124 Cerita Di atas Ranjang
125 Pagi Ceria
126 Maju Perang
127 Gugup
128 Subrata Pingsan
129 Gina Mencair
130 Lucia Ngamuk
131 KARMA
132 Perang batin
133 Fakta Pelakor
134 Talak Untuk Pendosa
135 Raibnya keangkuhan Angela
136 Makin Cerah
137 Berdamai
138 Malam Naas
139 Selingkuh Semu
140 Bencana Membawa Berkah
141 Moments Indah
142 Angkat Sum
143 Kangen
144 Tekat Angela
145 Angela menggila
146 Ketemu Lagi
147 Perasaan Gani
148 Gina Masih Kritis
149 Waktu Lucia
150 Aman
151 Bimbang
152 Kesetiaan
153 Masalah Baru
154 Dalang Keji
155 Dewa Penolong
156 Kesadaran Lucia
157 Belang Ketahuan
158 Rencana Peter
159 Perayu Amatiran
160 Bosan
161 Benang Kusut Terurai
162 Gembira
163 Sapu Bersih
164 Cari Fakta
165 Intai Penjahat
166 Penangkapan
167 Diciduk
168 Bertamu Ke Kantor Polisi
169 Menjenguk Tahanan
170 Pengakuan
171 Maju Selangkah
172 Berpelukan
173 Monster Baik Hati
174 Gina Drop
175 Jemputan Mewah
176 Pengumuman
177 Terbit Kata Bahagia
178 Kabar Gembira
179 Akhir Kisah
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Saudara Kembar
2
Penyamaran
3
Pegawai Kantoran
4
Jumpa Musuh
5
Mulai Perang
6
Sekamar
7
Cobaan
8
Plan Jahat
9
Berkah
10
Maju Selangkah
11
Misi Pertama
12
Masa Lalu Bu Sarah
13
Pemandangan Aneh
14
Harga Gino
15
Penyakit Trauma
16
Pulang
17
Pelajaran
18
Aksi Gina
19
Siapa Dalang??
20
Pamitan
21
Gani Pulang
22
Terbongkar
23
Ikat Gina
24
Pengamen
25
Dikejar Setan
26
Penyakit Masa Lalu
27
Anak Siapa
28
Kumat Lagi
29
Ungkap Kisah Sedih
30
Asisten Baru
31
Gina Aslinya
32
Bongkar Kisah Lama
33
Subrata Bergerilya
34
Gina Dongeng
35
Digerebek
36
Draft
37
Skill Gina
38
Talenta Gina
39
Menguak Masa Dulu.
40
Pengakuan Pak Julio
41
Kevin Cemburu
42
Sarapan Anak Kecil
43
Penyakit Kevin
44
Jadi Gadis Kevin
45
Buka Topeng Lucia
46
Perancang Misteri
47
Jujur
48
Keangkuhan Subrata
49
Pengakuan Lucia
50
Belum Sembuh
51
Belanja Bersama
52
Serangan Musuh
53
Kevin Stress
54
Musuh Dalam Selimut
55
Curiga
56
Bersama
57
Draft
58
Orang Tua Durhaka
59
Toleransi Gina
60
Rencana
61
Selamatkan Aset
62
Gina Sakit
63
Berkeluarga
64
Monster Sakit
65
Bos Dapur
66
Kacau
67
Tak Tahu Malu
68
Pengobatan Awal
69
Bantuan
70
Terbuka Jalan
71
Kepala Batu
72
Ibu Sakit
73
Kabar gembira
74
Bukti
75
Draft
76
Setia Kawan
77
Siapa Setia
78
Cemburu
79
Salah Paham
80
Kevin Kaget
81
Keluarga
82
Bertamu
83
Kulit Badak
84
Tamu Jauh
85
Rebutan Gina
86
Pengakuan Pak Mul
87
Pemimpin Baru
88
Pemburu Maling
89
Angkat Tangan
90
Jalan Buntu Subrata
91
Tangan Besi
92
Tak Tahu Malu
93
Masuk Perangkap
94
Kevin Pikun
95
Tekat Kevin
96
Lucia salah kaprah
97
Lucia Merana
98
Lamaran
99
Amarah Angela
100
Menikah
101
Kevin Bisa
102
Pesona Kevin
103
Makin Buruk
104
Jurang
105
Abang Sayang
106
Mahar Dahsyat
107
Nikah Kilat
108
Ruangan Baru
109
Kuku Gina
110
Gina Monster
111
Ketegasan Gina
112
Bendera Putih Subrata
113
Lucia Emosi
114
Niat Gani
115
Derita Malam Pertama
116
Cerita Dalam Rumah
117
Sarapan Istimewa
118
Baru Tahu Ya
119
Nginap
120
Pengacau
121
Menghakimi
122
Incar Angela
123
Bersama
124
Cerita Di atas Ranjang
125
Pagi Ceria
126
Maju Perang
127
Gugup
128
Subrata Pingsan
129
Gina Mencair
130
Lucia Ngamuk
131
KARMA
132
Perang batin
133
Fakta Pelakor
134
Talak Untuk Pendosa
135
Raibnya keangkuhan Angela
136
Makin Cerah
137
Berdamai
138
Malam Naas
139
Selingkuh Semu
140
Bencana Membawa Berkah
141
Moments Indah
142
Angkat Sum
143
Kangen
144
Tekat Angela
145
Angela menggila
146
Ketemu Lagi
147
Perasaan Gani
148
Gina Masih Kritis
149
Waktu Lucia
150
Aman
151
Bimbang
152
Kesetiaan
153
Masalah Baru
154
Dalang Keji
155
Dewa Penolong
156
Kesadaran Lucia
157
Belang Ketahuan
158
Rencana Peter
159
Perayu Amatiran
160
Bosan
161
Benang Kusut Terurai
162
Gembira
163
Sapu Bersih
164
Cari Fakta
165
Intai Penjahat
166
Penangkapan
167
Diciduk
168
Bertamu Ke Kantor Polisi
169
Menjenguk Tahanan
170
Pengakuan
171
Maju Selangkah
172
Berpelukan
173
Monster Baik Hati
174
Gina Drop
175
Jemputan Mewah
176
Pengumuman
177
Terbit Kata Bahagia
178
Kabar Gembira
179
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!