Lucia tak mampu lawan tajamnya mulut Gina. Gina tidak teriak-teriak memakai namun setiap katanya jatuhkan mental Lucia. Gina sudah bersumpah akan beri tekanan bertubi-tubi pada Lucia sebagai balasan atas penderitaan ibunya. Gina tidak merasa menderita selama ini cuma dia harus tegakkan keadilan buat ibunya.
Hampir dua jam melayang di udara akhirnya pesawat mendarat di kota M yang terkenal dengan beberapa ciri khas. Kue Bika Ambon yang terkenal, soto Medan yang lezat, mie gomak, bihun kari Medan yang nikmat. Belum lagi peninggalan bersejarah terkenal Istana Maimun, Museum Tjong A Fie mansion dan beberapa bersejarah lain. Kota M ini terkenal dengan kemacetan luar biasa setiap saat. Tidak pada jam kerja atau hari biasa. Cuma hari minggu agak lega sedikit.
Dari bandara internasional K N ketiga pendatang kota M bergerak ke hotel tempat mereka menginap. Sudah jemputan menanti mereka untuk ke tempat penginapan bintang lima. Pengusaha model Kevin mana mungkin mau nginep di hotel kelas melati. Dasi Kevin bakal jatuh ntak ke mana-mana bila nginap di hotel tak punya bintang.
Kevin dan kedua gadis itu diarahkan ke kamar yang memang sudah dibooking oleh Peter jauh hari sebelum Kevin berangkat. Rencananya Gina dapat satu kamar dan Kevin satu kamar. Munculnya Lucia merusak plan dari awal.
Mereka harus buka satu kamar lagi untuk Lucia. Tak mungkin Lucia nginap bersama Kevin. Di suruh nginap dengan Gina sejuta persen Lucia menolak karena Gina bukan kelas Lucia.
Lucia sekali-kali mengerling penuh permusuhan pada Gina. Gina tentu saja pura-pura tak lihat kerlingan maut Lucia. Untuk sementara Gina melatih diri lebih sabar tidak tonjok wajah cantik Lucia. Kalau bukan hasil oplosan Lusia termasuk gadis yang cantik.
"Kita minta satu kamar lagi. Semoga ada kamar lagi. Ini musim pengusaha meeting di kota ini takut kita akan kehabisan kamar bagus." kata Kevin jalan ke arah meja resepsionis yang dikawal dua wanita berdandan rapi. Dari kerapian mereka sudah mendatangkan pemandangan adem bagi cowok.
Mereka tentu saja harus bersikap manis agar tamunya merasa dihargai sehingga akan kembali bila datang ke kota ini.
"Selamat siang pak! Ada yang bisa kami bantu?" salah satu wanita itu duluan menyapa Kevin cs.
"Kami sudah booking kamar dari Minggu lalu. Atas nama Kevin."
"Oh gitu ya! Tunggu kami cek dulu." wanita dengan sigap buka layar monitor untuk cek data Kevin.
Gina tetap bersikap pasif tak buat gerakan mencurigakan. Makin banyak tingkah makin besar peluang terbongkar kedok Gina. Gadis ini pilih main cantik tiarap biar tak ada yang curiga padanya.
"Mas Kevin..aku nginap di kamarmu saja! Buat apa buang uang hanya untuk semalam dua malam. Aku tak keberatan berbagai ranjang. Aku tahu mas orangnya sopan."
Kevin menoleh menatap Lucia takdir berapa berat harga diri gadis ini. Mana ada gadis berani menyodorkan diri untuk tidur bersama dengan seorang lelaki kalau bukan wanita itu bukan wanita baik-baik.
"Lucia... buang jauh pikiran kotor kamu itu! Kita bukan pasangan suami istri mana boleh tidur satu kamar. Aku akan mencari kamar untuk kamu." tegas Kevin disaksikan oleh kedua resepsionis yang salut pada keteguhan lelaki ini. Kalau giliran lelaki lain pasti akan senang menerima kehadiran seorang wanita di dalam kamar. Apalagi Lucia termasuk punya tampang lumayan cantik.
Gina mau ketawa ngakak namun dia tahan. Lucia seperti seorang pengemis mengemis tetapi tidak disantuni. hati Gina sangat senang melihat Lucia mendapat perlakuan tidak ramah daripada Kevin.
"Ini ada booking atas nama pak Kevin dua kamar VVIP. Bolehkah kami minta tanda pengenal pak Kevin?" tanya wanita penjaga garda depan hotel berbintang lima itu.
"Oh tentu saja. Sekalian tambah satu kamar untuk nona Lucia. Nona ini mendadak ikut maka tidak dimasukkan dalam daftar perjalanan."
"Maaf pak! Seluruh kamar VIP sampai VVIP penuh. Kamar reguler juga tinggal satu. Itupun dekat kamar mandi umum. Kalau tak keberatan itu bisa kami atur."
Lucia tersenyum menang. Dia merasa Tuhan sedang berpihak kepadanya. Seluruh kamar penuh berarti mereka tidak dapat membuka kamar yang layak. Kalaupun harus tidur di kamar reguler maka yang tidur tentu saja si Gina. Wanita sekelas Lucia mana mau tidur di kamar tanpa fasilitas wah!
"Sudahlah Mas! Sudah kubilang kita bisa bagi kamar. Kita kan sudah cukup lama saling mengenal. Berbagi kamar bukanlah hal yang memalukan." kata Lucia mulai perlihatkan sifat gatal.
"Tidak memalukan tapi murahan." sungut Gina pelan namun jelas di kuping semuanya.
Lucia gemas dengar ocehan Gina. Ingin sekali gambar mulut di balik masker itu. Lucia makin ingin tahu sejelek apa wajah di balik topeng masker itu.
"Nona...kita di sini melarang pasangan bukan muhrim tidur satu kamar. Kita menjaga kredibilitas hotel kita. Lebih baik begini. Bapak Kevin tidur sekamar dengan anak muda ini dan nona bisa tempati kamar satunya lagi. Dengan demikian kita saling menjaga." wanita penjaga hotel beri solusi terbaik.
Kevin mengangguk setuju. Berbagi kamar dengan Gina yang dia pikir cowok bukanlah masalah. Berbahaya bila Lucia berada di posisi Gina.
Gino alias Gina melongo. Ide dari mana yang akan membuatnya susah karena sekamar dengan lelaki yang bukan siapa-siapa dia. Kalau Gina menolak berarti Gina sedang menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita. Mana mungkin seorang lelaki menolak tidur dengan bos yang notabenenya juga lelaki.
"Terima kasih nona! Usulmu sangat baik."
"Silahkan pak! Di lantai dua puluh. Dan ini kartu kamar kalian. Room Boy akan antar kalian ke kamar. Terima kasih sudah datang menginap. Semoga hari bapak menyenangkan." kalimat basa-basi yang selalu diucapkan oleh pegawai hotel untuk memikat tamunya.
Gina kesel bukan main begitu juga dengan Lucia. Harapannya untuk membawa Kevin ke dalam pelukan makin menjauh. Dia ikut ke kota M tujuannya hanyalah ingin menggoda Kevin agar memberi separuh nyawanya kepada Lucia.
Gina ingin sekali menangis darah untuk menyatakan betapa kesal dan jengkelnya dia harus sekamar dengan bosnya Gani. Dia seorang gadis mana mungkin harus tidur di samping seorang lelaki. Ini bukan kemauan Kevin melainkan karena keadaan. Kevin juga tidak tahu bahwa Gina itu seorang wanita. Kalau dia tahu tentu saja akan menolak kehadiran Gina seperti menolak wanita-wanita lain. Kevin tidak mau mengambil resiko menjadi sesak dan gatal-gatal bila berhadapan dengan wanita.
Mau tak mau kedua gadis ini harus patuh pada posisi yang telah diatur oleh resepsionis hotel. Kalau boleh Gina ingin sekali Lucia mengganti posisinya berada di kamar Kevin. Kali ini Gina mendukung Lucia untuk mendekati Kevin. Dengan demikian posisinya tidak terancam.
Gina makin kaku tatkala mereka berdua sudah berada dalam kamar. Kevin tak peduli pada Gina yang nelangsa. Laki itu masuk ke dalam kamar mandi bersihkan diri. Tak terlintas di benak Kevin kalau orang yang satu kamar dengannya adalah seorang anak gadis. Kalau tahu ntah bagaimana reaksi Kevin. Apa juga sama akan mual sesak nafas dan gatal-gatal.
Gina duduk seperti patung di kursi sofa tunggal dekat bufet. Gina bisa apa bersama dengan seorang cowok. Gina sudah mati gaya tak bisa lakukan apapun. Gina mesti super hati-hati biar tidak ketahuan punya bukti kembar.
"Hei...kamu ini manekin?" tegur Kevin baru saja keluar dari kamar mandi. Wajah laki ini telah lebih segar setelah cuci muka. Lelaki itu santai saja tidak curiga asisten sementara seorang wanita. Seenak dengkul dia buka baju perlihatkan aurat pada Gina.
Gina buang muka lihat ke arah lain supaya tidak tergoda oleh roti sobek perut Kevin. Laki ini tak tahu betapa bahaya pamer badan gagah di hadapan gadis muda. Setan dengan senang hati goda iman tipis.
Untunglah iman Gina sudah sempat dilapisi baja tebal sehingga tidak tergoda. Jangankan tergoda. Tertarik saja tidak. Jangan-jangan Gina Ini juga mempunyai kelainan jiwa tidak menyukai laki-laki. Seumuran ini Gina belum pernah tertarik pada seorang lelaki manapun. Dunia Gina hanya tahu uang dan uang. Cari rezeki sebanyak mungkin untuk menyenangkan ibunya.
"Ambilkan aku baju dan celana santai! Kita pergi ke lapangan golf untuk jumpa investor dari luar negeri."
"Baik pak!" Gina laksanakan tugas layani Kevin sesuai arahan Gani. Kevin memang suka rapi-rapi dan tampil perfect setiap saat.
Gina berikan baju kaos berkerah warna putih dihiasi garis warna hitam vertikal di atas baju. Celana kain warna hitam agar laki ini lebih leluasa bergerak. Gina serahkan pakaian itu pada Kevin tanpa omong apapun.
Kevin mengambil pakaian itu lalu letakkan di atas kasur. Sekali gerakan Kevin loloskan celana panjangnya ke bawah tinggalkan sepotong celana boxer melekat di tubuh.
Mata Gina nyaris keluar lihat pemandangan haram ini. Dia sudah sering lihat Gani telanjang dada namun belum pernah lihat lelaki lain buka pakaian di depan mata. Ini merupakan penyiksaan secara mental. Secara fisik Gina memang tak terganggu namun cukup buyarkan konsentrasi gadis ini.
Kevin belum menyadari gadis di depannya seperti disuruh duduk di atas bara api. Pantat kepanasan tapi tak bisa bersuara. Istilah orang jaman bilang orang bisu disuruh makan buah pare mentah. Pahit tapi tetap bungkam.
Kevin tetap lanjut kenakan pakaian sampai tuntas sementara Gina makin beku. Gina mematung tak bergerak takut melakukan gerakan merugikan diri sendiri. Salah satunya ingin hajar Kevin yang dia anggap mesum.
Pertanyaannya apa salah Kevin? Di mata Kevin saudara kembar Gani ini adalah lelaki macam Gani. Mimpi seratus kali Kevin takkan sangka Gani berani berikan dia asisten cewek. Gani tahu persis Kevin alergi wanita.
"Hei.. kamu mau menjamur di sini? Ayo cepat bersiap kita akan berangkat ke lapangan golf!" tegur Kevin mengembalikan kesadaran Gina.
Gina mencubit paha sendiri agar berpikir waras tidak lakukan tindakan anarkis pada Kevin. Hati Gina panas ingat Gani menyiksanya dengan tugas kurang waras ini. Baru kerja dua hari sudah di beri cobaan luar biasa. Apa dia bisa bertahan sepuluh hari?
"Iya pak! Aku sudah siap."
"Bagus! Kamu bawa ponsel rekam semua percakapan kami nanti. Jangan lewatkan satupun!"
"Bapak ada alat perekam?"
"Alat apa? Kau mau Kadiv tahu dunia kamu sedang merekam orang? Pakai ponselmu."
Tanpa sadar Gina meraba ponsel lipat dalam kantong celananya. Apa ponsel jadul ini bisa merekam? Rasanya Gina belum pernah lihat ada aplikasi perekam di ponselnya.
"Pak... mungkin ada sedikit kendala."
Kevin melotot Gina mulai m membantah lagi. Gani mana berani begitu. Di suruh kerjakan A pasti A.
"Kau mau bilang?"
"Ponselku ini!" Gina merogoh saku celana keluarkan ponsel lipat warna silver. Warnanya juga sudah pudar akibat usianya cukup uzur.
Mata Kevin nyaris meloncat keluar lihat masih ada anak muda gunakan ponsel model itu. Di jaman canggih ini semua orang berlomba-lomba menggunakan Smartphone produksi terbaru. Yang ini malah mundur ke belakang menggunakan ponsel tanpa internet-an.
"Kau yakin kau ini anak muda? Jangan-jangan kamu ini kakek-kakek yang operasi plastik menjadi anak muda!" tuduh Kevin bikin kuping Gina panas.
"Bapak mau fitnah aku? Kenapa tidak bilang aku ini manusia purba yang nyasar ke abad modern? Itu lebih sedap didengar!"
"Artinya kamu ini fosil manusia purba dong!"
"Terserah Bapak mau menilai apa! Cuma aku ingin katakan Bapak beruntung berjumpa dengan fosil hidup. Tidak semua orang mempunyai rezeki seperti bapak." sahut Gina imbangi kekonyolan Kevin.
Kevin dibuat terpana oleh sahutan Gina yang tidak takut kepadanya sedikitpun. Pegawainya yang lain akan mati kutu bila bicara dengannya.
"Susah omong sama fosil!" gerutu Kevin kalah satu kosong dari Gina.
"Jangan omong!" desis Gina pelan supaya Kevin tak dengar. Nyatanya kuping Kevin terpasang alat super bionik dengar suara Gina.
"Aku punya mulut! Sudah kamu jangan banyak mulut! Kamu gunakan ponsel aku saja! Awas jangan kau gunakan telepon cewek! Nanti habis pulsa aku!" Kevin mengeluarkan satu ponsel smartphone dari balik saku celana.
Sekilas lihat Gina tahu itu ponsel mahal keluaran terbaru. Jeroannya pasti canggih.
"Aku akan video call dengan mbak Kunti! Jamin tak pakai pulsa." Gina sambut ponsel itu dengan muka cemberut. Coba kalau Kevin lihat bibir manyun Gina di balik masker. Pasti akan gemas ingin cubit bibir itu. Untunglah sebaik wajah Gina tertutup masker. Ekspresi sesungguhnya tercover oleh masker.
Sebenarnya Kevin merasa lucu tapi sebagai bos dia harus jaga wibawa. Anak ini pasti akan lebih songong bila diladeni.
"Bisa pakai ponsel mahal ini?"
"Ngak pak tapi aku bisa belajar. Masa lima menit. Masa manusia kalah sama benda mati. Aku akan laksanakan tugas sebaik mungkin."
"Jangan cuma janji pakai mulut! Pakai tindakan."
"Iya pak! Aku akan bertindak sesuai amanah bapak."
"Buktikan! Ayo kita pergi! Mobil jemputan pasti susah datang." Kevin melangkah dahului Gina. Gina bergerak ikut laki itu keluar dari kamar..
Gina lega bisa terbebas dari rasa canggung. Hukuman buat Gani akan ditambah karena menempatkan Gina serba susah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
Gina ni sama watak Adeeva.. jenis humble.
2023-02-05
1