Sekamar

Lucia tak mampu lawan tajamnya mulut Gina. Gina tidak teriak-teriak memakai namun setiap katanya jatuhkan mental Lucia. Gina sudah bersumpah akan beri tekanan bertubi-tubi pada Lucia sebagai balasan atas penderitaan ibunya. Gina tidak merasa menderita selama ini cuma dia harus tegakkan keadilan buat ibunya.

Hampir dua jam melayang di udara akhirnya pesawat mendarat di kota M yang terkenal dengan beberapa ciri khas. Kue Bika Ambon yang terkenal, soto Medan yang lezat, mie gomak, bihun kari Medan yang nikmat. Belum lagi peninggalan bersejarah terkenal Istana Maimun, Museum Tjong A Fie mansion dan beberapa bersejarah lain. Kota M ini terkenal dengan kemacetan luar biasa setiap saat. Tidak pada jam kerja atau hari biasa. Cuma hari minggu agak lega sedikit.

Dari bandara internasional K N ketiga pendatang kota M bergerak ke hotel tempat mereka menginap. Sudah jemputan menanti mereka untuk ke tempat penginapan bintang lima. Pengusaha model Kevin mana mungkin mau nginep di hotel kelas melati. Dasi Kevin bakal jatuh ntak ke mana-mana bila nginap di hotel tak punya bintang.

Kevin dan kedua gadis itu diarahkan ke kamar yang memang sudah dibooking oleh Peter jauh hari sebelum Kevin berangkat. Rencananya Gina dapat satu kamar dan Kevin satu kamar. Munculnya Lucia merusak plan dari awal.

Mereka harus buka satu kamar lagi untuk Lucia. Tak mungkin Lucia nginap bersama Kevin. Di suruh nginap dengan Gina sejuta persen Lucia menolak karena Gina bukan kelas Lucia.

Lucia sekali-kali mengerling penuh permusuhan pada Gina. Gina tentu saja pura-pura tak lihat kerlingan maut Lucia. Untuk sementara Gina melatih diri lebih sabar tidak tonjok wajah cantik Lucia. Kalau bukan hasil oplosan Lusia termasuk gadis yang cantik.

"Kita minta satu kamar lagi. Semoga ada kamar lagi. Ini musim pengusaha meeting di kota ini takut kita akan kehabisan kamar bagus." kata Kevin jalan ke arah meja resepsionis yang dikawal dua wanita berdandan rapi. Dari kerapian mereka sudah mendatangkan pemandangan adem bagi cowok.

Mereka tentu saja harus bersikap manis agar tamunya merasa dihargai sehingga akan kembali bila datang ke kota ini.

"Selamat siang pak! Ada yang bisa kami bantu?" salah satu wanita itu duluan menyapa Kevin cs.

"Kami sudah booking kamar dari Minggu lalu. Atas nama Kevin."

"Oh gitu ya! Tunggu kami cek dulu." wanita dengan sigap buka layar monitor untuk cek data Kevin.

Gina tetap bersikap pasif tak buat gerakan mencurigakan. Makin banyak tingkah makin besar peluang terbongkar kedok Gina. Gadis ini pilih main cantik tiarap biar tak ada yang curiga padanya.

"Mas Kevin..aku nginap di kamarmu saja! Buat apa buang uang hanya untuk semalam dua malam. Aku tak keberatan berbagai ranjang. Aku tahu mas orangnya sopan."

Kevin menoleh menatap Lucia takdir berapa berat harga diri gadis ini. Mana ada gadis berani menyodorkan diri untuk tidur bersama dengan seorang lelaki kalau bukan wanita itu bukan wanita baik-baik.

"Lucia... buang jauh pikiran kotor kamu itu! Kita bukan pasangan suami istri mana boleh tidur satu kamar. Aku akan mencari kamar untuk kamu." tegas Kevin disaksikan oleh kedua resepsionis yang salut pada keteguhan lelaki ini. Kalau giliran lelaki lain pasti akan senang menerima kehadiran seorang wanita di dalam kamar. Apalagi Lucia termasuk punya tampang lumayan cantik.

Gina mau ketawa ngakak namun dia tahan. Lucia seperti seorang pengemis mengemis tetapi tidak disantuni. hati Gina sangat senang melihat Lucia mendapat perlakuan tidak ramah daripada Kevin.

"Ini ada booking atas nama pak Kevin dua kamar VVIP. Bolehkah kami minta tanda pengenal pak Kevin?" tanya wanita penjaga garda depan hotel berbintang lima itu.

"Oh tentu saja. Sekalian tambah satu kamar untuk nona Lucia. Nona ini mendadak ikut maka tidak dimasukkan dalam daftar perjalanan."

"Maaf pak! Seluruh kamar VIP sampai VVIP penuh. Kamar reguler juga tinggal satu. Itupun dekat kamar mandi umum. Kalau tak keberatan itu bisa kami atur."

Lucia tersenyum menang. Dia merasa Tuhan sedang berpihak kepadanya. Seluruh kamar penuh berarti mereka tidak dapat membuka kamar yang layak. Kalaupun harus tidur di kamar reguler maka yang tidur tentu saja si Gina. Wanita sekelas Lucia mana mau tidur di kamar tanpa fasilitas wah!

"Sudahlah Mas! Sudah kubilang kita bisa bagi kamar. Kita kan sudah cukup lama saling mengenal. Berbagi kamar bukanlah hal yang memalukan." kata Lucia mulai perlihatkan sifat gatal.

"Tidak memalukan tapi murahan." sungut Gina pelan namun jelas di kuping semuanya.

Lucia gemas dengar ocehan Gina. Ingin sekali gambar mulut di balik masker itu. Lucia makin ingin tahu sejelek apa wajah di balik topeng masker itu.

"Nona...kita di sini melarang pasangan bukan muhrim tidur satu kamar. Kita menjaga kredibilitas hotel kita. Lebih baik begini. Bapak Kevin tidur sekamar dengan anak muda ini dan nona bisa tempati kamar satunya lagi. Dengan demikian kita saling menjaga." wanita penjaga hotel beri solusi terbaik.

Kevin mengangguk setuju. Berbagi kamar dengan Gina yang dia pikir cowok bukanlah masalah. Berbahaya bila Lucia berada di posisi Gina.

Gino alias Gina melongo. Ide dari mana yang akan membuatnya susah karena sekamar dengan lelaki yang bukan siapa-siapa dia. Kalau Gina menolak berarti Gina sedang menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita. Mana mungkin seorang lelaki menolak tidur dengan bos yang notabenenya juga lelaki.

"Terima kasih nona! Usulmu sangat baik."

"Silahkan pak! Di lantai dua puluh. Dan ini kartu kamar kalian. Room Boy akan antar kalian ke kamar. Terima kasih sudah datang menginap. Semoga hari bapak menyenangkan." kalimat basa-basi yang selalu diucapkan oleh pegawai hotel untuk memikat tamunya.

Gina kesel bukan main begitu juga dengan Lucia. Harapannya untuk membawa Kevin ke dalam pelukan makin menjauh. Dia ikut ke kota M tujuannya hanyalah ingin menggoda Kevin agar memberi separuh nyawanya kepada Lucia.

Gina ingin sekali menangis darah untuk menyatakan betapa kesal dan jengkelnya dia harus sekamar dengan bosnya Gani. Dia seorang gadis mana mungkin harus tidur di samping seorang lelaki. Ini bukan kemauan Kevin melainkan karena keadaan. Kevin juga tidak tahu bahwa Gina itu seorang wanita. Kalau dia tahu tentu saja akan menolak kehadiran Gina seperti menolak wanita-wanita lain. Kevin tidak mau mengambil resiko menjadi sesak dan gatal-gatal bila berhadapan dengan wanita.

Mau tak mau kedua gadis ini harus patuh pada posisi yang telah diatur oleh resepsionis hotel. Kalau boleh Gina ingin sekali Lucia mengganti posisinya berada di kamar Kevin. Kali ini Gina mendukung Lucia untuk mendekati Kevin. Dengan demikian posisinya tidak terancam.

Gina makin kaku tatkala mereka berdua sudah berada dalam kamar. Kevin tak peduli pada Gina yang nelangsa. Laki itu masuk ke dalam kamar mandi bersihkan diri. Tak terlintas di benak Kevin kalau orang yang satu kamar dengannya adalah seorang anak gadis. Kalau tahu ntah bagaimana reaksi Kevin. Apa juga sama akan mual sesak nafas dan gatal-gatal.

Gina duduk seperti patung di kursi sofa tunggal dekat bufet. Gina bisa apa bersama dengan seorang cowok. Gina sudah mati gaya tak bisa lakukan apapun. Gina mesti super hati-hati biar tidak ketahuan punya bukti kembar.

"Hei...kamu ini manekin?" tegur Kevin baru saja keluar dari kamar mandi. Wajah laki ini telah lebih segar setelah cuci muka. Lelaki itu santai saja tidak curiga asisten sementara seorang wanita. Seenak dengkul dia buka baju perlihatkan aurat pada Gina.

Gina buang muka lihat ke arah lain supaya tidak tergoda oleh roti sobek perut Kevin. Laki ini tak tahu betapa bahaya pamer badan gagah di hadapan gadis muda. Setan dengan senang hati goda iman tipis.

Untunglah iman Gina sudah sempat dilapisi baja tebal sehingga tidak tergoda. Jangankan tergoda. Tertarik saja tidak. Jangan-jangan Gina Ini juga mempunyai kelainan jiwa tidak menyukai laki-laki. Seumuran ini Gina belum pernah tertarik pada seorang lelaki manapun. Dunia Gina hanya tahu uang dan uang. Cari rezeki sebanyak mungkin untuk menyenangkan ibunya.

"Ambilkan aku baju dan celana santai! Kita pergi ke lapangan golf untuk jumpa investor dari luar negeri."

"Baik pak!" Gina laksanakan tugas layani Kevin sesuai arahan Gani. Kevin memang suka rapi-rapi dan tampil perfect setiap saat.

Gina berikan baju kaos berkerah warna putih dihiasi garis warna hitam vertikal di atas baju. Celana kain warna hitam agar laki ini lebih leluasa bergerak. Gina serahkan pakaian itu pada Kevin tanpa omong apapun.

Kevin mengambil pakaian itu lalu letakkan di atas kasur. Sekali gerakan Kevin loloskan celana panjangnya ke bawah tinggalkan sepotong celana boxer melekat di tubuh.

Mata Gina nyaris keluar lihat pemandangan haram ini. Dia sudah sering lihat Gani telanjang dada namun belum pernah lihat lelaki lain buka pakaian di depan mata. Ini merupakan penyiksaan secara mental. Secara fisik Gina memang tak terganggu namun cukup buyarkan konsentrasi gadis ini.

Kevin belum menyadari gadis di depannya seperti disuruh duduk di atas bara api. Pantat kepanasan tapi tak bisa bersuara. Istilah orang jaman bilang orang bisu disuruh makan buah pare mentah. Pahit tapi tetap bungkam.

Kevin tetap lanjut kenakan pakaian sampai tuntas sementara Gina makin beku. Gina mematung tak bergerak takut melakukan gerakan merugikan diri sendiri. Salah satunya ingin hajar Kevin yang dia anggap mesum.

Pertanyaannya apa salah Kevin? Di mata Kevin saudara kembar Gani ini adalah lelaki macam Gani. Mimpi seratus kali Kevin takkan sangka Gani berani berikan dia asisten cewek. Gani tahu persis Kevin alergi wanita.

"Hei.. kamu mau menjamur di sini? Ayo cepat bersiap kita akan berangkat ke lapangan golf!" tegur Kevin mengembalikan kesadaran Gina.

Gina mencubit paha sendiri agar berpikir waras tidak lakukan tindakan anarkis pada Kevin. Hati Gina panas ingat Gani menyiksanya dengan tugas kurang waras ini. Baru kerja dua hari sudah di beri cobaan luar biasa. Apa dia bisa bertahan sepuluh hari?

"Iya pak! Aku sudah siap."

"Bagus! Kamu bawa ponsel rekam semua percakapan kami nanti. Jangan lewatkan satupun!"

"Bapak ada alat perekam?"

"Alat apa? Kau mau Kadiv tahu dunia kamu sedang merekam orang? Pakai ponselmu."

Tanpa sadar Gina meraba ponsel lipat dalam kantong celananya. Apa ponsel jadul ini bisa merekam? Rasanya Gina belum pernah lihat ada aplikasi perekam di ponselnya.

"Pak... mungkin ada sedikit kendala."

Kevin melotot Gina mulai m membantah lagi. Gani mana berani begitu. Di suruh kerjakan A pasti A.

"Kau mau bilang?"

"Ponselku ini!" Gina merogoh saku celana keluarkan ponsel lipat warna silver. Warnanya juga sudah pudar akibat usianya cukup uzur.

Mata Kevin nyaris meloncat keluar lihat masih ada anak muda gunakan ponsel model itu. Di jaman canggih ini semua orang berlomba-lomba menggunakan Smartphone produksi terbaru. Yang ini malah mundur ke belakang menggunakan ponsel tanpa internet-an.

"Kau yakin kau ini anak muda? Jangan-jangan kamu ini kakek-kakek yang operasi plastik menjadi anak muda!" tuduh Kevin bikin kuping Gina panas.

"Bapak mau fitnah aku? Kenapa tidak bilang aku ini manusia purba yang nyasar ke abad modern? Itu lebih sedap didengar!"

"Artinya kamu ini fosil manusia purba dong!"

"Terserah Bapak mau menilai apa! Cuma aku ingin katakan Bapak beruntung berjumpa dengan fosil hidup. Tidak semua orang mempunyai rezeki seperti bapak." sahut Gina imbangi kekonyolan Kevin.

Kevin dibuat terpana oleh sahutan Gina yang tidak takut kepadanya sedikitpun. Pegawainya yang lain akan mati kutu bila bicara dengannya.

"Susah omong sama fosil!" gerutu Kevin kalah satu kosong dari Gina.

"Jangan omong!" desis Gina pelan supaya Kevin tak dengar. Nyatanya kuping Kevin terpasang alat super bionik dengar suara Gina.

"Aku punya mulut! Sudah kamu jangan banyak mulut! Kamu gunakan ponsel aku saja! Awas jangan kau gunakan telepon cewek! Nanti habis pulsa aku!" Kevin mengeluarkan satu ponsel smartphone dari balik saku celana.

Sekilas lihat Gina tahu itu ponsel mahal keluaran terbaru. Jeroannya pasti canggih.

"Aku akan video call dengan mbak Kunti! Jamin tak pakai pulsa." Gina sambut ponsel itu dengan muka cemberut. Coba kalau Kevin lihat bibir manyun Gina di balik masker. Pasti akan gemas ingin cubit bibir itu. Untunglah sebaik wajah Gina tertutup masker. Ekspresi sesungguhnya tercover oleh masker.

Sebenarnya Kevin merasa lucu tapi sebagai bos dia harus jaga wibawa. Anak ini pasti akan lebih songong bila diladeni.

"Bisa pakai ponsel mahal ini?"

"Ngak pak tapi aku bisa belajar. Masa lima menit. Masa manusia kalah sama benda mati. Aku akan laksanakan tugas sebaik mungkin."

"Jangan cuma janji pakai mulut! Pakai tindakan."

"Iya pak! Aku akan bertindak sesuai amanah bapak."

"Buktikan! Ayo kita pergi! Mobil jemputan pasti susah datang." Kevin melangkah dahului Gina. Gina bergerak ikut laki itu keluar dari kamar..

Gina lega bisa terbebas dari rasa canggung. Hukuman buat Gani akan ditambah karena menempatkan Gina serba susah.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

Gina ni sama watak Adeeva.. jenis humble.

2023-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 Saudara Kembar
2 Penyamaran
3 Pegawai Kantoran
4 Jumpa Musuh
5 Mulai Perang
6 Sekamar
7 Cobaan
8 Plan Jahat
9 Berkah
10 Maju Selangkah
11 Misi Pertama
12 Masa Lalu Bu Sarah
13 Pemandangan Aneh
14 Harga Gino
15 Penyakit Trauma
16 Pulang
17 Pelajaran
18 Aksi Gina
19 Siapa Dalang??
20 Pamitan
21 Gani Pulang
22 Terbongkar
23 Ikat Gina
24 Pengamen
25 Dikejar Setan
26 Penyakit Masa Lalu
27 Anak Siapa
28 Kumat Lagi
29 Ungkap Kisah Sedih
30 Asisten Baru
31 Gina Aslinya
32 Bongkar Kisah Lama
33 Subrata Bergerilya
34 Gina Dongeng
35 Digerebek
36 Draft
37 Skill Gina
38 Talenta Gina
39 Menguak Masa Dulu.
40 Pengakuan Pak Julio
41 Kevin Cemburu
42 Sarapan Anak Kecil
43 Penyakit Kevin
44 Jadi Gadis Kevin
45 Buka Topeng Lucia
46 Perancang Misteri
47 Jujur
48 Keangkuhan Subrata
49 Pengakuan Lucia
50 Belum Sembuh
51 Belanja Bersama
52 Serangan Musuh
53 Kevin Stress
54 Musuh Dalam Selimut
55 Curiga
56 Bersama
57 Draft
58 Orang Tua Durhaka
59 Toleransi Gina
60 Rencana
61 Selamatkan Aset
62 Gina Sakit
63 Berkeluarga
64 Monster Sakit
65 Bos Dapur
66 Kacau
67 Tak Tahu Malu
68 Pengobatan Awal
69 Bantuan
70 Terbuka Jalan
71 Kepala Batu
72 Ibu Sakit
73 Kabar gembira
74 Bukti
75 Draft
76 Setia Kawan
77 Siapa Setia
78 Cemburu
79 Salah Paham
80 Kevin Kaget
81 Keluarga
82 Bertamu
83 Kulit Badak
84 Tamu Jauh
85 Rebutan Gina
86 Pengakuan Pak Mul
87 Pemimpin Baru
88 Pemburu Maling
89 Angkat Tangan
90 Jalan Buntu Subrata
91 Tangan Besi
92 Tak Tahu Malu
93 Masuk Perangkap
94 Kevin Pikun
95 Tekat Kevin
96 Lucia salah kaprah
97 Lucia Merana
98 Lamaran
99 Amarah Angela
100 Menikah
101 Kevin Bisa
102 Pesona Kevin
103 Makin Buruk
104 Jurang
105 Abang Sayang
106 Mahar Dahsyat
107 Nikah Kilat
108 Ruangan Baru
109 Kuku Gina
110 Gina Monster
111 Ketegasan Gina
112 Bendera Putih Subrata
113 Lucia Emosi
114 Niat Gani
115 Derita Malam Pertama
116 Cerita Dalam Rumah
117 Sarapan Istimewa
118 Baru Tahu Ya
119 Nginap
120 Pengacau
121 Menghakimi
122 Incar Angela
123 Bersama
124 Cerita Di atas Ranjang
125 Pagi Ceria
126 Maju Perang
127 Gugup
128 Subrata Pingsan
129 Gina Mencair
130 Lucia Ngamuk
131 KARMA
132 Perang batin
133 Fakta Pelakor
134 Talak Untuk Pendosa
135 Raibnya keangkuhan Angela
136 Makin Cerah
137 Berdamai
138 Malam Naas
139 Selingkuh Semu
140 Bencana Membawa Berkah
141 Moments Indah
142 Angkat Sum
143 Kangen
144 Tekat Angela
145 Angela menggila
146 Ketemu Lagi
147 Perasaan Gani
148 Gina Masih Kritis
149 Waktu Lucia
150 Aman
151 Bimbang
152 Kesetiaan
153 Masalah Baru
154 Dalang Keji
155 Dewa Penolong
156 Kesadaran Lucia
157 Belang Ketahuan
158 Rencana Peter
159 Perayu Amatiran
160 Bosan
161 Benang Kusut Terurai
162 Gembira
163 Sapu Bersih
164 Cari Fakta
165 Intai Penjahat
166 Penangkapan
167 Diciduk
168 Bertamu Ke Kantor Polisi
169 Menjenguk Tahanan
170 Pengakuan
171 Maju Selangkah
172 Berpelukan
173 Monster Baik Hati
174 Gina Drop
175 Jemputan Mewah
176 Pengumuman
177 Terbit Kata Bahagia
178 Kabar Gembira
179 Akhir Kisah
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Saudara Kembar
2
Penyamaran
3
Pegawai Kantoran
4
Jumpa Musuh
5
Mulai Perang
6
Sekamar
7
Cobaan
8
Plan Jahat
9
Berkah
10
Maju Selangkah
11
Misi Pertama
12
Masa Lalu Bu Sarah
13
Pemandangan Aneh
14
Harga Gino
15
Penyakit Trauma
16
Pulang
17
Pelajaran
18
Aksi Gina
19
Siapa Dalang??
20
Pamitan
21
Gani Pulang
22
Terbongkar
23
Ikat Gina
24
Pengamen
25
Dikejar Setan
26
Penyakit Masa Lalu
27
Anak Siapa
28
Kumat Lagi
29
Ungkap Kisah Sedih
30
Asisten Baru
31
Gina Aslinya
32
Bongkar Kisah Lama
33
Subrata Bergerilya
34
Gina Dongeng
35
Digerebek
36
Draft
37
Skill Gina
38
Talenta Gina
39
Menguak Masa Dulu.
40
Pengakuan Pak Julio
41
Kevin Cemburu
42
Sarapan Anak Kecil
43
Penyakit Kevin
44
Jadi Gadis Kevin
45
Buka Topeng Lucia
46
Perancang Misteri
47
Jujur
48
Keangkuhan Subrata
49
Pengakuan Lucia
50
Belum Sembuh
51
Belanja Bersama
52
Serangan Musuh
53
Kevin Stress
54
Musuh Dalam Selimut
55
Curiga
56
Bersama
57
Draft
58
Orang Tua Durhaka
59
Toleransi Gina
60
Rencana
61
Selamatkan Aset
62
Gina Sakit
63
Berkeluarga
64
Monster Sakit
65
Bos Dapur
66
Kacau
67
Tak Tahu Malu
68
Pengobatan Awal
69
Bantuan
70
Terbuka Jalan
71
Kepala Batu
72
Ibu Sakit
73
Kabar gembira
74
Bukti
75
Draft
76
Setia Kawan
77
Siapa Setia
78
Cemburu
79
Salah Paham
80
Kevin Kaget
81
Keluarga
82
Bertamu
83
Kulit Badak
84
Tamu Jauh
85
Rebutan Gina
86
Pengakuan Pak Mul
87
Pemimpin Baru
88
Pemburu Maling
89
Angkat Tangan
90
Jalan Buntu Subrata
91
Tangan Besi
92
Tak Tahu Malu
93
Masuk Perangkap
94
Kevin Pikun
95
Tekat Kevin
96
Lucia salah kaprah
97
Lucia Merana
98
Lamaran
99
Amarah Angela
100
Menikah
101
Kevin Bisa
102
Pesona Kevin
103
Makin Buruk
104
Jurang
105
Abang Sayang
106
Mahar Dahsyat
107
Nikah Kilat
108
Ruangan Baru
109
Kuku Gina
110
Gina Monster
111
Ketegasan Gina
112
Bendera Putih Subrata
113
Lucia Emosi
114
Niat Gani
115
Derita Malam Pertama
116
Cerita Dalam Rumah
117
Sarapan Istimewa
118
Baru Tahu Ya
119
Nginap
120
Pengacau
121
Menghakimi
122
Incar Angela
123
Bersama
124
Cerita Di atas Ranjang
125
Pagi Ceria
126
Maju Perang
127
Gugup
128
Subrata Pingsan
129
Gina Mencair
130
Lucia Ngamuk
131
KARMA
132
Perang batin
133
Fakta Pelakor
134
Talak Untuk Pendosa
135
Raibnya keangkuhan Angela
136
Makin Cerah
137
Berdamai
138
Malam Naas
139
Selingkuh Semu
140
Bencana Membawa Berkah
141
Moments Indah
142
Angkat Sum
143
Kangen
144
Tekat Angela
145
Angela menggila
146
Ketemu Lagi
147
Perasaan Gani
148
Gina Masih Kritis
149
Waktu Lucia
150
Aman
151
Bimbang
152
Kesetiaan
153
Masalah Baru
154
Dalang Keji
155
Dewa Penolong
156
Kesadaran Lucia
157
Belang Ketahuan
158
Rencana Peter
159
Perayu Amatiran
160
Bosan
161
Benang Kusut Terurai
162
Gembira
163
Sapu Bersih
164
Cari Fakta
165
Intai Penjahat
166
Penangkapan
167
Diciduk
168
Bertamu Ke Kantor Polisi
169
Menjenguk Tahanan
170
Pengakuan
171
Maju Selangkah
172
Berpelukan
173
Monster Baik Hati
174
Gina Drop
175
Jemputan Mewah
176
Pengumuman
177
Terbit Kata Bahagia
178
Kabar Gembira
179
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!