Gina anggap perkataan Kevin sangat keren. Kevin tak peduli status Lucia sebagai putri tuan milyarder. Selama kerja pada Kevin ya harus tunduk pada peraturan kantor Kevin.
"Aku sudah bilang akan siapkan design aku dalam berapa hari lagi. Konsepnya Kilauan mentari." kata Lucia pede banget.
Mata Gina menatap Lucia lekat-lekat. Dunia ini ternyata hanya selebar daun kelor. Secara tak sengaja Gina mendapat clue siapa yang order designnya hampir setiap bulan. Nyatanya orang itu ada di depan matanya. Orang yang berani bayar mahal hanya untuk satu helai gambar perhiasan. Gina mengenalnya namun Lucia tak kenal Gina. Ini memudahkan Gina melakukan rasa sakit di hati.
Namun Gina tidak bereaksi sedikitpun. Gadis ini tetap tenang menghanyutkan. Peter sungguh gregetan lihat gaya Gina. Coba kalau Gina seorang cewek dia akan langsung melamar ke orang tua Gina. Cuma sayang sekarang Gina dikenal Gino si cowok cantik.
Panggilan untuk segera boarding pesawat menuju ke kota M berkumandang. Panggilan berulang membuat para penumpang mempersiapkan diri untuk masuk ke ruang khusus penumpang pesawat.
"Kalian masuklah! Selamat ya!" Peter mempersilahkan Kevin untuk segera masuk ke ruang khusus penumpang pesawat.
Gina menyeret koper Kevin tak peduli pada Lucia yang beti kode agar Gina juga bawa kopernya. Gina melaju ikut Kevin ke ruang boarding.
Lucia menghentakkan kaki ke lantai tak berdosa. Andai lantai punya mulut pasti akan protes. Kesal di mana tempat pelampiasan di mana. Sungguh manusia tak punya indera keenam. Tak tahu perasaan benda lain.
Kevin cari tempat duduk tak jauh dari gate tempat mereka akan lalui terowongan masuk ke badan pesawat. Gina pilih tempat agak jauh supaya tak perlu banyak bicara dengan bos saudara kembarnya.
Lucia menyeret koper ikuti ke mana Kevin pergi. Lelaki itu jelas menghindari interaksi dengan Lucia. Gina sedang berpikir ulang kata Gani kalau bosnya tak suka wanita. Ternyata hal itu ada benarnya. Kevin berusaha jauhi Lucia walaupun wanita itu asyik sodorkan diri.
Gina tak open apa mau kedua makhluk Tuhan itu. Dia tak punya hak campur urusan pribadi Kevin. Dia cukup kerja bagus gantiin Gani. Selanjutnya baru atur siasat balas dendam ibunya.
Gina lihat Kevin tidak peduli padanya maka Gina buka ponsel jadul model lipat. Ponsel tak ada jaringan internet. Hanya bisa digunakan untuk telepon serta SMS. Mungkin hanya Gina mau gunakan ponsel model gitu di jaman serba internetan.
Telepon Gina terhubung dengan orang yang dia tuju.
"Halo assalamualaikum om! Aku sudah jumpa dia! Om kan janji aku tak boleh cari mereka tapi kalau mereka yang datang aku boleh balas."
"Waalaikumsalam... siapa yang kau maksud nak? Kok datang-datang sudah panas?"
"Aku lagi bersama Lucia anak si kunyuk Subrata."
"Kau yakin dia?"
"Yakin. Memangnya ada berapa Subrata pemilik Mahabarata. Om janji mau berikan semua data tentang mereka kan? Kirim ke email aku! Aku akan susun rencana antar mereka ke neraka."
"Gin...ibumu bisa panggang om bila tahu kamu cari pasal dengan mereka."
"Om mau jilat ludah sendiri? Aku sudah sabar sekian tahun. Ternyata Tuhan maha adil jumpakan aku dengan mereka. Tunggu apa lagi om? Kesempatan bagus balas semua luka di hati kami."
"Baiklah nak! Tapi jangan kelewatan ya! Ibumu takkan suka itu. Ibumu sudah tak ingin terkait masa lalu lagi."
"Om tenang saja! Aku pasti akan bertindak hati-hati bikin setan neraka itu kembali ke habitat mereka. Aku tunggu ya Om. Makasih Om sayang. Om tetap the best."
"Ada maunya puji selangit. Pokoknya kamu jangan nakal!"
"Janji...Daaa om! Jumpa nanti ya! Titip ibu. Jika perlu bawa ke penghulu halalkan. Kami dukung Om jadi ayah kami. Buruan jangan ntar sudah uzur baru cari penghulu! Penghulunya pada pikun."
"Dasar anak bau asam! Kualat sama orang tua. Kalian bujuk ibu kalian biar mau om ajak nikah. Om tak perlu repot tiap pagi bolak balik jemput ibumu. Kan satu rumah lebih gampang."
"Setuju...om cari dukun pelet biar ibu jatuh cinta! Budayakan peribahasa cinta ditolak santet bicara."
"Anak kualat kamu! Coba ibumu dengar bisa di phk kamu sebagai anak. Kamu hati-hati di tempat orang ya! Om pasti jaga ibumu. Maklumlah calon masa depan!"
"Nah itu ngeh! Jangan asal cuma ada niat tapi pelaksanaan."
"Tunggu tanggal mainnya. Kau bantu doa saja!"
"Dijamin om! Udahan ya! Jangan lupa janji om! Aku tunggu di email. Assalamualaikum." Gina matikan ponsel karena sudah ada panggilan naik ke pesawat.
Gina kembali menyeret koper Kevin dan tas travel miliknya. Berhubung boarding pas ada pada Kevin mau tak mau Gina harus gabung dengan bos Gani baru bisa masuk badan pesawat. Gina berdiri di belakang Kevin halangi Lucia dekat dengan Kevin.
Gina sengaja lakukan hal itu karena tahu Lucia ngebet berada di dekat bos Gani. Gina semakin senang lihat Lucia kesal sampai bibirnya ngomel sendiri. Bibir dicat warna pink pucat itu manyun kiri kanan ngomel ntah pada siapa.
Gina tak open Lucia mau marah, atau bunuh diri itu bukan urusannya. Semua antri tertib masuk ke lorong menuju ke badan pesawat. Gina juga dapat giliran setelah Kevin tunjukkan boarding pass.
Gina jalan santai ikuti Kevin yang lebih ngerti seluk beluk berada di perut pesawat. Ini kedua kali Gina naik pesawat. Dulu Gina pernah ke Singapore ikut kontes design perhiasan disponsori kampus. Bukan juara pertama namun cukup membanggakan karena Gina berada di peringkat kedua. Gina harus bersaing dengan designer dari Perancis. Kalah namun tetap membanggakan bersaing dengan designer ternama.
"Hei bencong...kamu duduk di belakang sana!" Lucia mengusir Gina yang ingin duduk di samping Kevin.
"Nona Luci...ini bukan angkot boleh pindah sesuka hati. Kita harus duduk sesuai nomor urutan bila terjadi kecelakaan bisa dikenali jasad siapa karena tercantum nomor urutan. Kecuali meledak baru tak tahu siapa penumpang lagi." sahut Gina seenak perut bikin Kevin dan Lucia bergidik. Gina berkata seakan tidak takut mati. Kalimat tak manis itu mulus keluar dari bibir di balik masker.
"Gino benar Lucia! Manifest pesawat tak boleh dirubah. Kau tempati saja tempat duduk kamu." Kevin perkuat kata Gina agar Lucia tak bikin ulah lebih jauh. Kemanjaan Lucia bisa ganggu penumpang lain. Kevin tak mau dibuat malu oleh Lucia.
Satu lagi paling vital dalam diri Kevin yakni tak mau ada wanita duduk dekat dengannya dalam jarak sangat intim. Perasaan Kevin akan rusak bila saling bersentuhan dengan cewek. Kevin lebih tenang bila Gina berada di sampingnya.
Lucia tak punya pilihan lain selain cari tempat duduk tertera namanya. Tempat Lucia agak ke belakang nyaris mentok ekor pesawat. Lucia beli tiket pada detik terakhir maka dapat tempat paling ujung. Walaupun harus menelan pil pahit tak bisa duduk di samping Kevin Lucia cukup puas bisa ikut Kevin berdinas keluar daerah.
Gadis ini sudah bangun mimpi indah bisa nginap satu hotel dengan Kevin. Sudah berada dalam kondisi kritis laki mana bisa tolak bila disodori tubuh telanjang. Akibatnya gimana nanti baru dibincangkan. Yang penting genggam Kevin di telapak tangan dulu.
Kevin lega terbebas dari Lucia. Kevin sangat tidak nyaman bila harus dekat dengan cewek. Kevin akan sesak nafas bila intim dengan seorang wanita. Untunglah Gino jadi juru selamat Kevin.
Gino duduk di bagian luar sedangkan Kevin duduk dekat jendela pesawat. Keduanya tidak banyak bicara karena memang tak ada yang perlu dibicarakan masalah tugas nanti dibicarakan di tempat.
Gina diam saja tak tahu harus kerja apa. Kalau tak ada Kevin mungkin Gina akan kerjakan design untuk orderan Lucia. Gadis itu sungguh hebat ambil karya orang lain jadikan kulit wajah biar dibilang keren. Berhubung Gina sudah terlanjur terima uang DP maka dia komitmen selesaikan gambarnya.
Gina takkan bantu Lucia berbohong lagi di kemudian hari. Biarlah wanita itu gambar sendiri ataupun cari orang lain untuk terbitkan karya baru.
Kevin sibukkan diri dengan layar ponsel sedangkan Gina hanya bisa celingak-celinguk karena tak punya hp mahal untuk dipelototi. Gina tak butuh smartphone karena memang tak suka tampil di medsos. Gunakan ponsel sesuai kebutuhan saja.
Pesawat take off setelah pramugari basa basi peraga semua peralatan bantuan bila terjadi sesuatu tak diinginkan. Semua penumpang diminta pasang seat belt selama pesawat mengudara.
Gina agak tegang sedikit sewaktu pesawat tinggal landas. Ada rasa gelisah karena jujur Gina tidak terbiasa gunakan transportasi udara. Selain mahal Gina juga tak punya plan berangkat ke daerah lain.
"Kau lulusan apa?" tiba-tiba Kevin bertanya setelah pesawat stabil di langit.
"Desain grafis." Gina tak mau ngaku juga sarjana design jewelry. Untuk sementara Gina tak mau buka kartu sebelum jatuhkan musuh bebuyutan yang telah muncul di depan hidung.
"Kau bisa desain apa?" tanya Kevin mulai tertarik pada mata kuliah diambil Gina.
"Hanya desain gambar ilustrasi iklan. Tapi jarang ku gunakan karena aku kerja freelance."
"Kamu ini sarjana tapi kok siakan ilmu yang sudah kau serap dari dosen. Yang kreatif dikit."
"Aku lebih suka bebas tidak dikekang. Aku tak bisa diam di satu tempat pak!" Gina kontan tolak sebelum ada salah paham pikir Gina mau cari kesempatan kerja di tempat Kevin.
Kevin tidak mau memaksa karena setiap orang punya keinginan sendiri. Mimpi Gina beda dengan mimpi kebanyakan sarjana ingin duduk di posisi terbaik. Gina justru pilih yang bisa wakili kebebasan jiwa.
Selanjutnya tak ada obrolan. Gina bersikap pasif dan Kevin juga tidak cerewet korek cerita tentang Gina. Laki itu memejamkan mata memeluk kedua tangan di dada mencoba istirahat sebentar.
Gina diam tak berkutik. Gina tak boleh banyak tingkah yang bisa mendudukkan sisi kewanitaannya. Dia tetap harus berpenampilan cool untuk mengelabui Kevin.
Di samping Gina Kevin merasa sangat nyaman tanpa beban. Samar-samar tercium di hidung Kevin bau bunga melati yang lembut dari tubuh manusia di sampingnya. Aroma wewangian sangat langka di tubuh seorang lelaki. Wangian itu bukan dari semprotan minyak wangi karena tidak menyengat hidung. Hanya tercium sekilas lalu menghilang.
Kevin tidak mau berpikir panjang mengenai aroma yang terpancar dari tubuh Gina. Dalam pemikiran Kevin Gina itu sama saja dengan Gani yang sedikit tidak pada tempatnya. Yang penting kepala Kevin plong menghirup wewangian yang samar-samar melalui hidungnya.
Pramugari pesawat membawa makanan dan minuman untuk para penumpang. Penumpang ditawarkan aneka minuman sesuai selera. Gina juga ditawari mau minum apa sesuai dengan keinginan.
Gina hanya meminta dua gelas kopi untuk dirinya dan Kevin. Mungkin kopi akan membantu Kevin dari rasa ngantuknya. Menurut cerita Gani kalau Kevin suka mengkonsumsi kopi murni di pagi hari serta di sore hari.
Gina membuka meja lipat di depan Kevin juga untuk dirinya agar makanan dan minuman ada tempat penampungan. Kevin masih tidur ayam tak open pada pelayanan pramugari pesawat.
Gina juga tak mau sok akrab bangunkan Kevin dari tidurnya. Kalau waktunya bangun dia pasti akan bangun sendiri.
Gina menikmati kopi dari pelayanan pramugari sendirian. Ada cemilan sebagai teman kopi cukup mengganjal perut Gina. Gina anut paham diam adalah emas. Tak perlu pikir panjang selain bantu Gani selesaikan tugas. Cukup itu saja tugas Gina.
"Hei bencong..." Gina merasa ada yang colek bahunya.
Gina angkat kepala tinggalkan cemilan melihat siapa iseng ganggu keasyikan dia nikmati kopi harum.
Gina memajukan bibir agak terusik oleh colekan kasar Lucia. Kalau bukan ingin jadi asisten dengan reputasi plus sudah dipatahkan tangan mulus itu.
"Ada apa Lucifer?" tanya Gina dingin tidak hormat sedikitpun pada Lucia. Nama Lucia dia ganti dengan panggilan Lucifer yang bermakna setan di atas setan.
"Hei...kurang ajar kamu ya! Aku Lucia bukan Lucifer." bentak Lucia geram pada gaya cool Gina.
"Oh...aku salah dengar ya! Mau apa kamu di sini? Tempatmu di belakang."
"Aku mau ngobrol dengan mas Kevin sebentar. Kau pindah ke belakang dulu."
"Pak Kevin sedang tidur gimana mau ngobrol. Kusarankan kamu tidur biar jumpa di mimpi. Di sana kamu bebas berbuat apa saja dengan pak Kevin. Silahkan!" Gina tidak bergeming dari tempat duduknya.
Semakin Lucia kesal makin puas batin Gina. Lucia sudah terlalu lama hidup dalam suasana aman sentosa. Sudah waktunya gadis itu rasakan apa yang namanya hidup derita. Gina akan beri tekanan batin bertubi-tubi agar tubuh cantik itu mengeluhkan derita.
"Hei bencong! Jangan bangga bisa berada di samping Kevin ya! Kau akan rasakan gimana lawan aku Lucia."
"Mau apa? Kirim aku ke neraka? Kau yang akan rasakan gimana rasa neraka itu. Aku pastikan itu." kata Gina dengan nada penuh kebencian.
"Kau hanya seorang pegawai kecil apa mampu lawan aku nona besar di perusahaan Kevin? Papa aku sanggup beli perusahaan Kevin untuk pecat kamu."
"Pecat saja! Apa kau yakin uang papa kamu halal? Jangan-jangan hasil penipuan! Kuingatkan kamu nona! Roda itu berputar. Kau bisa di atas suatu saat pasti akan di bawah. Ingat itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
Gina...buat design perhiasan yang biasa² je Gina. Biar Lucia malu..
atau buat perhiasan yang hanya kamu saja yang tahu makna disebalik setiap design. Biar orang lain tahu, perhiasan itu direka oleh orang lain..hahaha
2023-02-04
2