"Siapa, le?" Ibu memanjangkan lehernya menatap Jeffry.
Bagai terhipnotis hanya dengan panci, Jeffry memegangi panci itu sambil senyum-senyum memandangnya. Dengan hati-hati ia letakkan panci itu di meja makan, lalu tersenyum lagi.
"Bocah gendeng, ditanya emaknya malah mesem-mesem ra jelas! Panci darimana ini?!" Ibu mendekati Jeffry, tangannya terulur ingin membuka tutup panci itu.
Refleks Jeffry nampol tangan Ibunya. Ibunya yang kaget juga refleks balas memukul pundak Jeffry keras-keras.
"Aww... Ibu apaan sih?" Protes Jeffry. Bibirnya merengut.
"Kamu yang apaan!? Orang tua tok taboki ngene lho!" Protes si ibu sambil mengulang gerakan nampol ala Jeffry.
Tiba-tiba Jeffry sudah memeluk ibunya dari belakang. Ia mencium pundak ibunya dan menghirup aromanya kuat-kuat. Nggak papa lah bau asem dikit, anggep aja lagi meluk Violin yang wangi semerbak bunga setaman.
"Ono opo to, le? Kok kumat kamu?"
"Jeffry lagi seneng ini lho Bu, bukan kumat." Pelukan Jeffry makin kenceng.
"Iyo tapi Iki lho jangan kenceng-kenceng, ibu nggak bisa napas!"
Jeffry mengendurkan pelukannya, ia membiarkan ibu membuka tutup panci itu.
"Lah dalah, isuk-isuk sudah ada yang ngasih rendang. Sopo iki le?" Ibu menatap Jeffry penuh tanda tanya. Yang dipandang cuma senyum-senyum nggak jelas.
"Halah cuma dikasih rendang saja wes sueneng kongono. Ibu lho yang masakin setiap hari nggak pernah disenyumin begitu." Ibu merajuk.
Jeffry mencium pipi ibunya lembut, "buat ibu nggak cuma senyum, nanti Jeffry gajian langsung tak belikan buah."
"Wah, tumben mau belikan ibu buah segala?" Ibunya menyelidik.
"Sekali-kali Bu, kemarin aku lihat didekat simpang itu buah lagi murah. Maribu sekilo." Ujar Jeffry sambil mencomot sepotong daging rendang dipanci.
Enak bangeeettt! Khas rumah makan Padang.
"Loh, kok murah banget itu buah apa to, le?"
"Salak Bu."
"Ora genah, ngasih Ibunya mbog ya yang berkelas sedikit, apel opo pir syukur-syukur duren." sungut ibunya Jeffry sambil menuang air panas kedalam gelas yang tadi sudah di isinya dengan teh celup dan gula batu, mengaduknya sebentar lalu duduk di depan Jeffry. Perlahan ibu menyesap minumannya dengan nikmat.
"Lagian ya le, tangan ibu suka luka kalau ngupas salak, durinya nggilani tajem banget!"
"Cih, ibu sok-sokan saingan sama Nia Ramadhani, nggak bisa ngupas salak." Cibir Jeffry.
"Lah opo Iyo Mbak Nia nggak iso ngupas salak beneran?" Eh, si ibu malah ngajak nge-gibah pagi-pagi.
"Yowes duren wae le. Walaupun sama-sama berduri, kan ada koe yang belahin. Hehehe..." Lanjut si ibu masih nawar mode on.
"Ibu kan duren bisa nyari sendiri, masak harus Jeffry yang carikan, sih?"
"Duren mahal, le. Walaupun ibu suka, tapi uangnya mending buat beli beras."
"Eh, ini duren buah to Bu? Kirain Duda Keren. Hahahaha..."
"Sontoloyo!"
*******
"Serius ini aku sarapan pakai rendang, Merr?" Violin yang sudah rapi dengan stelan kerjanya menatap meja makan, hanya ada rendang.
"Eh, nggak Mbak. Itu rendang buat nanti, sengaja tak bikin pagi biar sekalian bisa tak antar ke rumah mas Jeffry. Kan mbak Vio yang nyuruh semalam."
Violin manggut-manggut. Ia duduk dengan tenang menunggu Merry yang masih sibuk di pantry sambil menscrol pesan di ponselnya.
Sebentar kemudian Merry meletakkan semangkuk oatmeal yang dimasak dengan susu kedelai agar rasanya tidak hambar dan juga creamy di mulut saat dimakan. Ia juga menambahkan topping kacang almond dan irisan strawberry segar.
Violin menyendok sarapannya.
"Oh iya, kamu sudah bangunkan Sofia, Merr?" Tiba-tiba Vio ingat dari semalam ia tidak sempat bertemu Sofia. Sampai rumah hampir tengah malam, Vio langsung membersihkan diri dan tidur.
"Mbak Sofi dari kemarin di kamar Mbak, Keluar ambil minum sama makan tok." Jawab Merry sambil menuang air putih dan meletakkannya didepan Vio.
"Tapi dia nggak sakit, kan?" Vio ingat terakhir ia bertemu sofia memang kurang bersemangat setelah sebelumnya menemui Daniel di rutan.
"Sepertinya baik-baik saja Mbak. Kemarin juga sempet ngikut saya yoga juga kok."
"Kamu yoga?" Vio mengrenyit.
"Eh, iya. Tapi kalau kerjaan sudah beres kok Mbak, sueerrr." Merry mengacungkan kedua jarinya. Ia nampak tak enak hati tapi mata besarnya bergerak-gerak lucu.
Vio terkekeh, selama beberapa hari Merry dirumahnya ini, ia sudah mengaggap Merry seperti adiknya sendiri. Kadang lucu-lucu gemes dan penuh kejutan. Vio juga kagum dengan hasil kerja Merry. Rapi dan bersih, makanannya juga selalu enak. Merry selalu berhasil menyenangkan perut Vio. Lalu Sekarang ia tahu Merry juga suka berolahraga disela waktu luangnya. Yak ampun, kenapa jadi tambah imut sih.
"Loh bagus dong Merr, kamu tetep nggak lupa menjaga kesehatan." Ucap Vio.
"Eh, tak kirain Mbak Vio marah." Merry terlihat lega. "Sebenarnya kemarin diajakin ibu-ibu kompleks aerobik di lapangan sana itu lho Mbak, tapi aku ndak berani ikut, mau ijin dulu sama mbak Vio."
Vio meminum air putihnya dan memasukkan ponsel kedalam tas.
"Asal kerjaan kamu beres, aku nggak masalah." Jawab Vio, ia melihat pergelangan tangannya.
"Oke, berangkat dulu ya, Merr."
"Siap Mbak, tek-ker Mbak Vioooo!" Ucap Merry riang, mengiringi langkah majikannya. Ia berdadah-dadah sampai mobil Vio hilang di tikungan.
Merry menutup kembali pintu gerbang saat suara klakson motor mengagetkannya.
"Ealaaahh copot-copot-copooott..." Spontan Merry latah. Ia menatap bocah yang asyik nyengir di atas motornya.
"Mas Jepri!" Merry melotot. "Ono opo sih ngagetin aku aja!" Protes Merry kesal.
Jeffry garuk-garuk kepala, ada lagi modelan ibunya yang demen banget ngemixs bahasa daerah. Udah gitu seneng banget ganti-ganti nama sesukanya. Terpantau nama Jeffry pun bisa berubah menjadi Jupri-lah, Jepri-lah, Japrak-lah. Tinggal ngikut suasana hati aja. Hadeeeehh... untung cantik.
"Maaf Mbak, Tente Vio-nya ada?" Jeffry jadi agak sungkan.
"Udah bablas barusan. Mosok nggak lihat mobilnya tadi?" Merry menunjuk jalan simpang di depan.
"Yaudah makasih mbak, permisi." Pamit Jeffry, dia langsung tancap gas ninggalin Merry yang masih ngomel-ngomel nggak jelas. Tuh kan mirip ibu banget. Yang ini versi mudanya. Dah, bayangin aja.
Jeffry yang udah kecanduan virus Violin pun ngebut dengan motor maticnya nyusulin Vio. Sambil berdoa dalam hati, mudah-mudahan mobil Violin mogok lagi.
Mudah-mudahan juga yang didoain nggak tau sih ini. Hehehehe....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ersa
koq jd inget Mery si aspri artis Rapi Amat🤭
2023-10-22
0