Sudah seminggu sejak Violin bertemu dengan Rob. Dan belum ada kabar lagi sampai hari ini.
Dion juga sama sekali tidak mencoba menghubungi Vio.
Jadi untuk membuang jauh-jauh pikiran buruknya, ia mengalihkan pikirannya dengan kerja keras bagai kuda.
Sampai anak buah dikantornya setiap hari berdoa agar Violin terkena flu dan demam agar tidak usah masuk dan mengomel ini itu yang tidak perlu.
"Kenapa doanya flu dan demam sih, Lik?" Tanya Ridwan waktu itu.
Malik menjawab, "penyakit yang ringan-ringan aja, takut kualat gue." Bisik Malik.
"Gimana sih lo, nggak update banget!" Angeline nimbrung. " Sekarang penyakit flu dan demam malah lebih ditakuti. Lo lihat sendiri kan, Barbara brand terancam gulung tikar tahun kemarin gara-gara penyakit flu-demam itu yang viral?"
"Eh, bener juga lu." Jawab Ridwan.
"Ehem... " Nadia berdehem dibelakang mereka. " Nggak usah julid sama orang yang udah kasih lu makan. Entar sakit beneran pada bingung." Kemudian ia berlalu pergi.
"Tuh kan, si pembela kebenaran datang." Sita menyikut lengan Angeline.
"Iiisshh, elu sih Lik."
"Lah, kok jadi gue?!" Malik merengut.
Violin tau karyawannya menggunjingnya. Ia juga sadar jika salah. Jadi untuk memberikan reward kepada para karyawannya yang sudah rela menjadi bahan pelampiasannya, sore tadi usai jam kantor ia memberikan voucher makan gratis di restoran All You Can Eat.
Padahal hanya voucher makan gratis doang, dan dalam sekejap gunjingan pun berubah menjadi pujian.
See... betapa uang telah merubah wujudnya dari devil menjadi angel.
Namun bagi Violin itu bukan sogokan, tetapi lebih kepada ucapan permintaan maafnya yang tak bisa ia ucapkan langsung dengan gamblang.
Sementara karyawannya menikmati hidangan AYCE dengan tenang, Violin memilih pulang menikmati kesendiriannya. Ia ingin melewati weekendnya ini dengan tenang.
Violin meregangkan ototnya sejenak. Hari yang melelahkan. Perlahan ia membuka hels nya. Memijat kakinya sebentar lalu meluruskannya diatas sofa.
"Aaahhh... Melegakan sekali." Ia tersenyum sambil memejamkan mata.
"Alexa, musik!" Seru Violin.
Sekejap kemudian lampu ruang tamu meredup lalu mengalun lagu Time to say goodbye-nya Andrea Bocelli dan Sarah Brightman dengan merdu menggema diseluruh penjuru ruangan.
Time to say goodbye
Saatnya mengucapkan selamat tinggal
Paesi che non ho mai
pada negara yang tidak pernah ku lihat
veduto e vissuto con te
Dan ku jalani bersamamu
adesso si li vivro’
Sekarang aku akan merasakannya
Con te partiro’
aku akan pergi bersamamu
su navi per mari
Dengan kapal laut
che io lo so
Yang saya tahu
no no non esistono piu
mereka sudah tidak ada lagi
It’s time to say goodbye
Ini saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal
"Yak ampun Alexa... Nggak ini juga kali lagunya!" Violin mendesis pelan sambil terpejam. Ia protes tapi juga menikmati lengkingan suara Sarah brightman.
Memang Alexa selalu tau bagaimana suasana hatinya.
( Alexa adalah asisten digital pribadi yang memanfaatkan suara sebagai perintah dalam membantu mengakses perangkat digital yang terhubung di smart home )
Lalu kemudian ponselnya berdering.
Rob calling...
Dengan mata terpejam Violin menjawab, "salah sambung mas, nggak manggil tukang sedot WC!"
Rob terkekeh. "Jangan ngambek dong, bukain pintu, please. Aku di depan nih."
"Hah, di depan mana? Depan lobi? Depan sekolah? Depan TPU?"
"Hush..." Rob terbahak. "Tebak aku bawa apa?" Suara Rob terdengar riang.
Violin merengut, "pulang aja sana, nggak order makanan juga."
"Oya? Berarti aku balikin nih mie gacoannya?"
"Woyy, itu orderanku, ya? Bayarin sekalian, baru aku bukain!"
Tadi sampai di lobi apartemen, ia memang sempat order mie gacoan melalui aplikasi.
"Dih, galak! Udah nih, buruan buka!"
"Alexa, bukain pintu!"
Tit...
Lalu
Tit..
Bunyi pintu terbuka. Lalu tertutup lagi. Rob nyelonong masuk.
"Padahal aku bawa nasi goreng kambing lho. Jadi mubazir kan, nggak kamu makan juga. Apa aku kasih kang kurir tadi aja mumpung belum jauh?"
Rob meletakkannya dua bungkusan plastik diatas meja.
Violin meraup semua bungkusan itu, "nggak usah, mau aku makan semuanya." Lalu berlalu menuju pantry. Rob mengekor dibelakangnya.
"Serius kamu makan? Kamu nggak diet?"
"Diet nggak guna, ujung-ujungnya ditinggal juga!"
Rob tersenyum lega, "Baguslah kamu sadar."
"Sadar karena diet atau sadar karena bakal ditinggal?" jawab violin sadis. Rob nyengir.
Violin mengganti wadah nasi goreng dan mie gacoannya ke piring porselen lalu menyodorkan seporsi nasi goreng kambing kehadapan Rob.
Mereka makan sambil diam sambil menikmati lagunya Alexa yang sudah berganti menjadi suara beningnya Mahen.
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa
"Alexa, matiin musiknya!" Seru Violin yang tiba-tiba kesel.
Rob menoleh, "Kenapa di matikan? Bagus kok lagunya. Untuk pengiring dinner nasgorkam, oke juga."
"Nggak bagus sama suasan hati." Violin mendengus sebal sambil menyuapkan sesendok besar nasgorkam.
Alexa mematikan musik dan mengganti lampu ruang tamu menjadi lebih terang.
"Hmm... ya sudah, habiskan makananmu." Rob memandang Violin. Hal seperti ini yang dirindukannya. Melihat Violin cemberut dan marah-marah. Yak ampun, menggemaskan sekali.
Dering suara ponsel dari ruang tamu memecah keheningan. Violin mengelap mulutnya dengan tisyu lalu beranjak mengambil ponselnya. Ia mengrenyit melihat nama Pamela terpampang di layar ponsel.
"Halo, Pam?"
"Sofia masuk rumah sakit. Kamu kesini buruan! Rumah sakit bapak lo!" Suara Pamela terdengar panik dengan backsound yang agak berisik.
"Hah?" Jawab Violin kaget.
Tuutt...
Violin belum konek, sampai Rob menepuk pundaknya.
"Siapa?" Tanyanya.
"Eh, yak ampun, Sofiaaa..." Violin panik.
"Rob, cepetan! Marina Medika!"
Dengan cepat Violin menyambar tas dan sepatunya. Lalu menyeret Rob keluar dan berlari kesetanan.
***
Marina Medika
Bagaimanapun megahnya rumah sakit ini dibangun, yang paling Violin benci di dunia ini adalah tempat ini. Bau khas karbol dan ethanol yang menjadi satu.
Kali keduanya ia berlari kesetanan seperti ini. Setahun yang lalu.
Kejadiannya mirip saat ini, bedanya saat itu ia berlari menyusuri koridor ini bersama Dion. Tetapi kini berganti Rob yang menggenggam erat tangannya.
Vio berharap kejadian itu tak terulang lagi.
Saat itu Pamela juga yang menelponnya. Ia menemukan Sofia babak belur dihajar suaminya di rumahnya sendiri.
"Pam!" Violin mencengkeram lengan Pamela yang terduduk lemas di kursi ruang tunggu IGD dengan tangan bergetar.
Mata Pam sembab, untung maskaranya waterproof jadi tidak meluber kemana-mana. Rob memegang bahu Violin mencoba menenangkan.
"Gimana Sofia?"
Pamela menatap nanar lalu menggelengkan kepalanya perlahan. Kemudian menutup wajahnya dengan tangan. Pamela menangis.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ersa
eh kak Othor nya pecinta Andrea bocelli...🌹
2023-10-22
0
Vlink Bataragunadi 👑
astagaaa jangan bilang...... (╥﹏╥)
2023-09-19
1