(Flashback dari beberapa hari sebelum pernikahan)
POV Fahri
"Bunda, kenapa aku harus menikahi gadis culun itu?" rengekku pada bunda yang tiba-tiba menunjukkan foto Zahira, anak dari rekan bisnis ayah.
Padahal mereka berdua sudah mengetahui hubunganku dengan Arumi, wanita cantik berpenampilan modis memikat hati yang sudah lama kupacari.
Dibanding dengan gadis yang ada di foto ini?
Huh! Sial!
hati dan pikiranku bersepakat menolaknya.
"Pokoknya, kamu harus mau menikahi gadis ini!" bentak Ayah yang membuatku semakin kesal.
"Tapi, aku sudah memiliki kekasih Ayah," bantahku.
"Fahri, Ayah dan Ibu tidak menyetujui hubunganmu dengan wanita urakan seperti Arumi. Secantik apapun rupanya. Namun, jika dia tidak memiliki sopan santun, tiada guna kamu menikahinya," nasihat Bunda.
"Tapi Bund, Aku sangat mencintainya."
"Tidak! pokoknya kamu harus memutuskan hubunganmu dengan Arumi. Kalau kamu tidak mau, namamu akan Ayah coret dari daftar warisan!" ancam Ayah dengan nada penuh penekanan.
Itulah yang membuatku menerima perjodohan ini. Walaupun sebenarnya hatiku menolak, dengan sangat terpaksa, karena aku juga tidak mau hidup terlunta-lunta, dengan sangat terpaksa aku menerima perjodohan ini.
Acara pernikahan pun digelar. Setelah ijab kabul yang kami laksanakan di rumah gadis culun itu, kami memboyongnya langsung ke rumah kami untuk melanjutkan acara pesta yang digelar oleh ayah di salah satu gedung ternama di kota ini.
Dari awal aku tak begitu memperhatikan wajah Zahira yang menurut bunda dan ayah dia saat ini terlihat sangat cantik.
Pasti masih kalah cantik dengan Arumi, pikirku.
Saat acara selesai, semua tamu undangan telah pamit pulang, bunda dan ayah menyuruhku langsung masuk kamar.
Zahira yang terlihat sudah melepas semua hiasan dan riasan yang tadi menempel di tubuhnya sudah terduduk manis di atas ranjang.
Mengetahui kedatanganku, dia beranjak berdiri sambil tersenyum hendak menghampiriku.
"Jangan mendekat!" larangku kasar.
Langkahnya terhenti, wajahnya seketika berubah. "Ada apa Mas?"
"Aku minta kamu jangan berharap banyak, karena aku tidak akan pernah menyentuhmu," ucapku lagi dengan nada penuh penekanan.
Dia tertegun, wajahnya sedih, dan dia menangis. Air matanya mulai luruh membasahi pipi.
Aku yang biasanya tidak tega melihat wanita menangis, merasa biasa-biasa saja. Padahal dia adalah istri sah yang baru saja kunikahi. Dan lebih parahnya, akulah orang yang telah melukai hatinya. Namun tetap saja aku tidak bersimpati sedikit pun terhadapnya.
Bagiku, dia adalah wanita culun yang menjadi syarat jaminan hidupku sebagai anak ayah.
Dia kembali mendongakkan wajah. "Tapi Mas, aku ini istrimu."
"Asal kamu tahu, aku sudah memiliki kekasih yang sangat kucintai. Dan aku tidak akan meninggalkannya hanya karena pernikahan bodoh ini!" tekanku lagi yang membuat wajah wanita yang ada di hadapanku ini semakin sendu.
"Kamu tidurlah di sana, aku akan tidur di sofa." Aku melangkahkan kaki meninggalkannya yang masih berdiri mematung di samping ranjang. Aku tidak perduli.
Setelah merebahkan tubuh ke sofa, aku mulai terlelap dalam mimpi.
**************
"Fahri, nanti siang ajak Zahira pindah ke rumah baru yang sudah Ayah siapkan untuk kalian," ucap ayah dan bunda saat kami di meja makan untuk sarapan pagi.
Kulirik Zahira yang duduk di sebelahku nampak tersenyum bahagia.
Apa wanita ini sangat menyukaiku?
Begitu bahagianyakah dia akan serumah denganku?
Ck! membayangkannya saja membuatku mual.
"Jadi, setelah Ayah dan Bunda memaksaku menikah, sekarang Ayah dan Bunda mau mengusirku?" ketusku.
Mendengar ucapanku wanita yang duduk di sampingku seketika menoleh.
"Kenapa melototiku seperti itu? Hah?!" dengusku kesal yang membuatnya langsung menundukkan wajah.
"Fahri," lirih bunda.
"Aku mau pergi dulu," Melihat semua orang memojokkanku membuat hatiku jengah. Aku ingin mencari hiburan untuk melupakan kekesalanku.
"Fahri! sarapanmu dihabiskan dulu!" teriak Bunda yang tak kuherani lagi. Aku sudah sangat muak dengan keadaanku saat ini.
*************
Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, hubunganku dengan Arumi kian membaik. Setelah sekian lama dia sangat susah kuhubungi, Arumi kembali mengajakku untuk bertemu.
"Fahri! Segera bawa istrimu pulang ke rumahmu yang baru!" sentak ayah saat memasuki ruang kerjaku.
Ada apa dengan Ayah ini?
kenapa Ayah sangat bersikeras menyuruhku memboyong Zahira ke rumah yang baru.
Eits! Bukan rumah baru ya, karena rumah itu memang sudah kudiami selama beberapa hari terakhir semenjak aku suntuk dengan desakan Ayah dan Ibu perihal perjodohan itu.
Tapi kedua orang tuaku tidak mengetahuinya, karena Ayah memang tidak pernah memeriksa langsung proses pembangunannya.
"Ayah, kenapa harus hari ini? Aku sedang ada janji penting," protesku.
"Fahri! Pokoknya Ayah tak mau tahu! hari ini juga ajak Zahira pindah ke rumah itu!" Kembali, bagaimanapun aku membantah, perintah Ayah pasti akhirnya kuturuti.
Dengan sangat terpaksa aku mengajak Zahira untuk pindah ke rumah yang baru.
Di rumah baru, aku membuat peraturan untuknya. Mulai dari berbuat sesukaku, karena aku tidak ingin dilarang-larang, sampai kami harus tidur di kamar terpisah.
Mendengar peraturan yang kubuat membuat Zahira bingung. Dia mempertanyakan hubungan pernikahan kami yang telah terjalin. Baginya, walaupun tidak saling menyentuh, setidaknya dia berharap bisa tidur di kamar yang sama.
Ck!
Apa susahnya sih hanya menurut?
Namun, tidak sampai berdebat panjang karena sepertinya dia juga memahami keinginanku, diapun akhirnya menurut dan langsung masuk ke kamar tamu, kamar yang sudah kutunjuk untuknya.
Setelah memastikan perintah Ayah sudah kupenuhi, aku kembali fokus pada pertemuan kita dengan kekasih hatiku.
Dengan menaiki mobil sport milikku, aku melaju cepat menuju tempat pertemuanku dengan Arumi, wanita cantik yang masih kuidamkan menjadi istriku.
*******
"Sayang, maaf telat," sapaku pada Arumi yang sudah duduk di salah satu kursi. Dia memakai pakaian modis yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
Itulah kenapa aku selalu ingin bersamanya.
Wanita cantik itu tersenyum. "it's okey honey," jawabnya sambil berdiri memelukku.
Hubunganku dengan Arumi sudah lama se-intens ini. Walaupun kami belum pernah melakukan hubungan badan layaknya pasangan suami istri. Namun, kalau untuk masalah berciuman dan saling meraba, itu sudah sering kami lakukan sejak sebelum aku menikahi Zahira.
Hingga perbuatan kami ini ditangkap basah oleh istri culunku itu.
Saat itu, aku mengajak Arumi masuk ke dalam rumahku, tiba-tiba dia menyerangku dengan ciuman ganas. Tidak seperti biasanya, seolah-olah dia menginginkan hal yang lebih dari sekedar berciuman.
Sebagai pria normal aku pun terpancing. Namun, baru saja itu dimulai, pintu terbuka lebar lalu muncul seorang wanita berjilbab yang tiba-tiba memekik terkejut.
Ya, dia adalah Zahira, istriku. Kedatangannya berhasil menghentikan aktivitasku dengan Arumi.
Zahira menangis tersedu-sedu setelah melihat kemesraanku dengan Arumi. Padahal aku sudah mengingatkannya jangan terlalu berharap padaku, namun sepertinya dia sangat terluka.
Walaupun dalam hati kecilku aku merasa bersalah padanya, tapi mau bagaimana lagi toh itu sudah terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments