Bu Yuni menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Zahira, maafkan Ayah dan Bunda karena sudah menarikmu masuk ke dalam kehidupan Fahri," ucap ibu mertuaku mengawali cerita.
"Sebenarnya, sebelum rencana perjodohan kalian, Fahri sudah terlebih dahulu berencana menikah dengan kekasihnya. Namun, wanita itu pergi meninggalkan Fahri ke luar negeri dengan alasan belajar di sana," jelas Bu Yuni lagi.
"Maaf Bun, jika boleh tahu, kenapa Bunda dan Ayah malah menikahkan Mas Fahri denganku? Bukankah hal yang harus dilakukan Mas Fahri adalah menunggu hingga wanita itu menyelesaikan belajarnya di luar negeri dan kembali ke sini lagi?" sanggahku menanggapi cerita dari Bu Yuni.
Jika sudah tahu keinginan putra mereka, kenapa mereka malah menjodohkannya denganku?
"Bukan itu masalahnya, Sayang. Mereka berpisah bukan hanya berpisah tempat, tapi mereka benar-benar sudah tidak ada hubungan lagi. Wanita itu memutuskan Fahri sepihak. Tanpa menunggu pendapat Fahri, wanita itu sudah memutuskan hubungan dan pergi ke luar negeri," jelas Bu Yuni lagi.
"Berarti, Mas Fahri sudah mempersiapkan pernikahannya dengan wanita itu?" tanyaku mulai penasaran.
Aku teringat ucapan Mas Fahri tadi malam yang mengaku masih sangat mencintai wanita itu. Tapi, kenapa Ayah dan Bunda malah bercerita sebaliknya?
"Iya, kami sudah resmi melamar wanita itu. Bukan hanya itu, hampir semua persiapan termasuk undangan pernikahan sudah selesai dan siap. Namun, ketika beberapa hari menuju pernikahan, Arumi malah memutuskan semuanya,"
"Arumi? Apakah nama wanita itu Arumi?" tanyaku saat mendengar satu nama disebut oleh ibu mertuaku.
"Iya, namanya Arumi. Dia adalah teman Fahri saat kuliah dulu," terang Bu Yuni.
"Tapi kamu jangan berpikiran macam-macam dulu ya Sayang," ucap Bu Yuni sambil meraih tanganku.
Aku masih terdiam mencerna setiap kalimat yang diucapkan wanita yang ada di sampingku ini.
"Setelah kepergian Arumi, Fahri sangat sedih. Bisa dibilang Fahri depresi karena kekecewaan pada kekasih yang tiba-tiba memutuskannya," Bu Yuni kembali membuka suara.
"Seperti sudah hilang kendali, hampir tiap malam Fahri keluyuran dan jarang pulang. Hingga dia mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan separuh ingatannya hilang," Penjelasan Bu Yuni kali ini berhasil membuatku terperangah.
"Mas Fahri kehilangan ingatannya?"
"iya, Zahira. untuk beberapa memory dia masih ingat, namun jika tentang Arumi, dia masih terus merasa berhubungan baik dengannya," jelas Bu Yuni lagi yang membuatku semakin penasaran.
"Lalu? kenapa Mas Fahri mau dijodohkan denganku?" Akhirnya, aku berani mempertanyakan hal ini.
"Maafkan kami Zahira, kami berdua memaksanya karena kami tak ingin melihatnya terus menerus melamunkan Arumi yang tak kunjung datang," sahut Ayah ikut buka suara.
Hhhh, aku hanya bisa mendengus kecewa.
Kenapa harus aku yang menerima kesialan ini?
Jika saja mereka menceritakan semua ini sebelum meminta izin kepada orang tuaku, pasti kedua orang tuaku akan menolak lamaran mereka.
Tapi, mau bagaimana lagi?
Nasi sudah menjadi bubur. mengingat betapa bahagianya papa dan mama atas pernikahanku ini, membuatku kembali berpikir.
"Sayang, sekali lagi maafkan Ayah dan Bunda ya. Bunda tahu kamu gadis yang baik, makanya Bunda menginginkan kamu menjadi menantu Bunda," ucap Bu Yuni lagi sambil memelukku.
Aku masih terdiam, merasakan kegetiran hati setelah mengetahui kebenaran tentang suamiku yang sebenarnya.
Andai waktu bisa kuputar, aku ingin kembali di saat Mama dan Papa mengutarakan niat perjodohan ini, maka aku akan langsung menolaknya saat itu juga.
Tapi, mau bagaimana lagi?
Ya Allah, jika memang Mas Fahri benar-benar jodohku, dekatkanlah kami. Namun, jika sebaliknya, tunjukan jalan terbaik yang harus kupilih, batinku.
***
"Fahri, nanti siang pindahlah ke rumah baru yang sudah disiapkan Ayah untuk kalian," titah ayah kepada Mas Fahri.
"Jadi, setelah menikahkanku dengan wanita ini sekarang Ayah mengusirku?" sahut Mas Fahri sambil mendengus kesal.
"Bukan begitu Sayang, Ayah dan Bunda hanya ingin kamu hidup mandiri bersama istrimu," pungkas bunda menanggapi sikap Mas Fahri.
Ternyata, bukan hanya padaku saja Mas Fahri bersikap kasar. Tapi kepada kedua orang tuanya juga.
Hhhhh, percuma saja lulusan universitas ternama namun tidak berakhlak baik seperti ini. Andai saja kamu anak kecil, sudah kugetok kepalamu pakai sendok, Mas!
"Kenapa kamu melotot ke arahku? Hah?!" sentak Mas Fahri membalas tatapan mataku dengan tajam.
Aku terhenyak dan langsung menundukkan pandangan.
"Fahri." Dengan lirih, Bunda langsung menegur sikap anaknya.
"Kamu ini kenapa, pengantin baru koq hawanya pengen marah-marah terus?" celetuk Ayah di sela-sela mengunyah makanan.
"Ya, lagi kesal aja," sahut Mas Fahri sangat enteng.
"Kesal kenapa? Bukankah kalian sudah melewati malam tadi bersama?" goda Ayah lagi yang membuat wajah Mas Fahri semakin masam. Terlihat sekali Mas Fahri sangat kesal dengan gurauan Ayah.
"Aku akan pergi dulu," Mas Fahri beranjak berdiri meninggalkan meja makan.
"Diselesaikan dulu sarapannya, Fahri!" teriak bunda kepada Mas Fahri yang sudah berjalan cepat menuju luar rumah.
Aku hanya duduk tertegun sambil menghabiskan sarapanku perlahan. Melihat sikap kasar Mas Fahri membuat perutku langsung terasa kenyang.
"Anak itu kenapa semakin menjadi Bun?" keluh Ayah tentang sikap anaknya.
"Entahlah, Yah. Bunda juga sudah kehabisan akal," sahut Bunda.
Kenapa orang tua Mas Fahri begitu mencemaskan keadaannya?
Sedangkan Mas Fahri sendiri tidak ambil pusing dengan sikapnya kepada mereka.
Dan juga, apa maksud perkataan bunda tadi tentang memintaku agar bisa merubah sikap Mas Fahri?
Apa mungkin Mas Fahri mempunyai gangguan mental atau semacamnya?
Ya Allah ....
Sepertinya aku benar-benar sudah terjebak di tengah-tengah keluarga ini.
"Zahira Sayang, maafkan sikap Fahri ya. padahal, sikap Fahri dulu tidaklah seperti itu. Bunda harap Zahira bisa bertahan dengan Fahri ya," ucap Bunda kepadaku.
Aku hanya menanggapi ucapan ibu mertuaku itu dengan anggukan kepala.
"Yah, nanti siang paksa Fahri untuk mau pindah ke rumah baru. Bunda pengen Fahri mulai belajar mandiri bersama Zahira," ucap bunda lagi kepada Ayah.
"Iya, Iya Bund. Ini Ayah pergi ke kantor dulu," pamit ayah.
"Iya Yah." Bunda meraih tangan Ayah untuk menyalaminya.
"Zahira, Ayah berangkat kerja dulu ya. Kamu tidak usah memikirkan sikap Fahri tadi, Ayah yakin Fahri bisa menerimamu. Hanya saja, mungkin masih memerlukan waktu," jelas Ayah kepadaku sambil berpamitan.
"Iya Ayah," anggukku.
Ayah pun langsung berjalan melangkahkan kaki menuju keluar rumah.
*****
"Zahira!" teriak Mas Fahri dari luar rumah.
mendengar teriakan itu aku langsung berlari keluar. "Ada apa Mas?"
"Mana koper pakaianmu? kenapa kamu belum juga siap? bukankah Bunda tadi pagi sudah bilang kalau kita akan pindah ke rumah baru?" cecarnya tanpa basa-basi. membuat tekanan darahku turun seketika.
Padahal aku juga sudah mengemasi seluruh pakaianku ke dalam koper. Tinggal mengangkatnya saja ke sini, tak perlulah teriak-teriak macam orang kemalingan.
"koq malah bengong di situ ngapain?!" bentaknya lagi yang membuatku beringsut langsung masuk ke dalam rumah.
Rumah sedang sepi karena ayah dan ibu mertuaku sedang ada urusan di luar.
Aku langsung menuju kamar untuk mengambil koper pakaianku.
"lelet banget sih! Cepetan!" Mas Fahri terlihat mengacak pinggang di depan pintu sambil berulang kali mendengus kesal.
"Iya Iya, ini sudah cepet banget loh," Setengah berlari akhirnya aku berhasil berdiri di dekatnya.
"Ayo, cepetan!" titahnya lagi.
Aku pun berjalan mengekor di belakangnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara handphone Mas Fahri berbunyi sehingga menghentikan langkahnya.
"Zahira, kamu duluan masuk mobil," titahnya lagi. Dan anehnya, kenapa aku terus saja mau menuruti perintahnya.
Aku terus melangkahkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Aku bisa melihat pria itu berdiri sambil berteleponan di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempatku saat ini.
Terlihat jelas Mas Fahri sedang tersenyum ceria dengan lawan bicaranya di telepon. "Iya, iya, Sayang. Tunggu aku di tempat biasa ya,"
Hah?
Sayang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
suka baca
Fahri kurang ajar!!
2023-04-30
0
linda sagita
forgive Me hadir lagi
2023-03-19
0
Nirwana
rahasia apa itu??
2023-03-02
0