“Kakak tenang aja, aku bawa senter ponsel, jadi tidak akan tersandung.” Julia menenangkan padahal Zach tahu ponsel Julia sudah di ambang kehidupan.
Gadis itu melangkah maju menuju pintu utama. Zach berusaha bersikap sok cool agar tidak terlihat jika dia tidak nyaman dengan kegelapan.
Pria tampan itu memang beberapa kali punya pengalaman tidak enak saat berada dalam kegelapan. Dulu waktu dia masih kecil, saat lampu padam, Zach berlari-lari mencari Intan. Tak sengaja tangannya menyenggol gelas yang terjatuh ke lantai. Karena kaget, Zach kembali berlari, tapi kakinya tertusuk pecahan kaca gelas, hingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit.
Saat kelas satu SD, Zach juga pernah menyalakan lilin karena mati lampu. Karena penasaran, Zach memegang lilin itu, membawanya berkeliling ruang tamu. Mereka masih tinggal di rumah kecil saat itu. Tetesan lilin di telapak tangannya membuat Zach menjerit sambil melemparkan lilin ke segala arah. Naas, karena lilin itu terlempar mengenai vitras gorden yang sangat mudah terbakar.
Zach kecil sangat panik lalu berteriak-teriak. Mamanya sedang mandi sehingga tak mendengar teriakannya. Api membesar dan menyambar gorden. Zach berlari lalu berlindung di pojok kamar.
“Kenapa Zach bersembunyi di sini?” tanya Intan setelah keluar dari kamar mandi.
“Ada api, Mama. Apinya besar sekali.”
“Di mana?” Intan menduga Zach melihat film dan ada adegan kebakaran, sehingga dia tidak terlalu meanggapi serius. Intan segera menyisir rambutnya.
“Di sana!” Zach menunjuk ke luar. “Mama, ada api, Zach takut.”
“Sini, mainnya di kamar aja kalau takut.”
“Di luar mama, apinya besar!”
Barulah Intan sadar, ketika mencium asap. Dan benar, saat dia keluar kamar, separuh ruang tamunya sudah terbakar. Intan segera mengambil air dan menyiram hingga api padam. Untungnya api baru melahap gorden, karena kusen jendela terbuat dari besi alumunium, jadi aman.
Seandainya kusen itu terbuat dari kayu, mungkin juga sudah habis terbakar. Pengalaman itu yang selalu menjadi ketakutan tersendiri saat mati lampu di rumahnya, dan terbawa hingga kini Zach dewasa.
Julia terus melangkah, sementara Zach mengekorinya sambil tetap setia memegangi ujung baju Julia. Makin lama Zach makin tak bisa mengimbangi langkah Julia yang semakin cepat. Gadis itu terbiasa berjalan di hutan yang menuntutnya selalu cepat, sigap dan waspada.
“Ya, tapi tetap saja jangan cepat-cepat jalannya. Aku mengikutimu biar nanti kamu butuh apa-apa, aku bisa bantu, karena kamu belum mengenal bagian-bagian rumah ini.” Zach berdalih.
“Jadi di mana letak sekring listriknya, Kak?” Ini cuma meteran saja.” Julia mengamati meteran listrik tanpa sekring. Hanya ada saklar yang posisinya juga sudah On.
“Bukan ini, ya? Ya itu ada di garasi berarti ‘kan aku udah bilang ada di garasi juga.”
Julia melangkah ke garasi sesuai panduan Zach. Karena pintu garasi terkunci dari dalam, mereka harus memutar lagi ke dalam rumah utama. Lagi-lagi Zach mengikuti langkah Julia.
‘Gadis ini cepat sekali jalannya, Njir. Aku sampai capek mengikuti dia, ini masih di dalam rumah, gimana di dalam hutan, bisa tersesat aku.” Zach menggerutu dalam batin.
Dia teringat saat Julia mau naik gunung bersama kawan-kawannya. Saat itu Julia juga jadi yang pertama selesai menyiapkan barang-barangnya ke dalam ransel.
‘Dia ini udah kayak robot aja, autopilot, semua yang dilakukan mesti super cepat, dan anehnya tidak ada yang fail.’
“Ini saklar yang kakak maksud tadi?” tanya Julia mengamati banyak saklar sekaligus memecah lamunan Zach.
“Iya, ini saklar-saklar yang aku maksud tadi.” Zach menunjuk ke dinding di mana banyak saklar listrik. Ternyata itu saklar untuk mengatur listrik yang berada di luar rumah.
“Ini bukan sekring, Kak.” Julia menoleh ke seluruh dinding di garasi tapi sekring yang ia maksud tetap tidak ada.
“Ah, repot banget cari sekring ini!” keluh Zach. Pria ini terbiasa di dalam rumah dengan AC seharian. Saat mati lampu seperti ini dia merasakan kegerahan. Badannya mulai berkeringat.
“Aku heran, biasanya Pak Amri selalu berjaga-jaga di pos depan, kenapa sekarang bisa tidak ada, ya? Julia kita harus berhati-hati, jangan-jangan ada yang punya niat jahat, mau merampok, terus sekarang Pak Amri disekap,” bisik Zach lirih.
Julia menggeleng-gelengkan kepala mendengar kerandoman Zach. Tapi dia juga tidak bisa langsung mematahkan pendapat pria itu.
“Bisa jadi, makanya kita harus segera menyalakan lampunya, biar segera jelas dan tidak menduga-duga lagi.” Zach tiba-tiba merinding. Jika dugaannya benar, berarti mereka sekarang dalam bahaya.
Setelah mengamati situasi sejenak, akhirnya gadis itu berbalik arah, tadi pagi ia ingat sempat kesasar ke halaman belakang, Julia curiga sekring itu ada di sana.
“Eh, tunggu dulu! Main pergi aja! Awas jangan sembarangan, siapa tahu beneran ada orang masuk. Kamu tidak memperhatikan, Bi Ipah juga hilang, loh. Mau kemana sih?”
“Ke belakang.” Gadis itu menjawab pendek. Zach sedikit heran dari mana Julia tahu jalan ke belakang rumah melalui pintu samping. Pemuda itu tak tahu kalau Julia berotak cerdas dengan daya ingat tinggi. Hutan mengajarinya cermat dan tak mudah kehilangan jejak. Sekali melihat, Julia akan merekam ke dalam memorinya.
“Nah benar, ada di sini!” Julia menyorot satu box transparan di tembok belakang gudang. Keadaan di luar pun sama gelapnya karena sumber energi cahaya lampu memang hanya di dalam satu skring.
“Aduh!” Zach tersandung hingga tidak sengaja memegang kedua bahu Julia.
“Awas hati-hati, Kak!” Gadis itu menangkap tubuh Zach agar pria itu tidak terjatuh. Zach mencium aroma tubuh Julia yang segar seperti wangi daun mint membuatnya terdiam sesaat.
“Maaf,” ujarnya pelan saat menyadari dia terlalu terpesona dan larut dalam aroma tubuh Julia. Gadis itu tersenyum menerima ucapan maaf Zach.
“Kakak tidak apa-apa?” tanya Julia memastikan, karena saat nyaris terjatuh, di belakang Zach banyak besi-besi yang tidak terpakai. Sepertinya besi itu belum dimasukkan ke dalam gudang.
“Aman, tenang aja.” Zach mengibas-ngibaskan tangannya.
“Oh, di sini sekringnya.” Julia segera mengecek sekring, dan ternyata posisinya sudah On.
“Bukan sekring, berarti saklar utama." Julia mencari-cari saklar utama. Gadis itu benar-benar sigap dan cekatan. Diam-diam Zach mengagumi sikapnya yang segera mencari sumber masalah sekaligus memikirkan solusinya.
Julia berjalan dibantu cahaya ponselnya. Akhirnya dia menemukan pusat saklar yang berderet-deret di tembok belakang. Ada satu saklar utama yang posisinya Off. Tanpa ragu Julia segera menaikkan saklar itu ke tombol On.
BLAR!
Lampu menyala sangat menyilaukan mata. Julia berdiri mengamati lampu, di belakangnya seorang pria sedang sedikit membungkuk. Tangannya memegang baju Julia. Gadis itu menoleh ke belakang, pria itu melepaskan pegangan tangannya pada ujung baju Julia, lalu berdiri tegap seolah tak terjadi apa-apa.
‘Badan gede, sih, tapi takut gelap,’ batin Julia.
Sementara Zach sekarang speechless, terpesona melihat makhluk dengan senyuman yang sangat manis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
RahaYulia
lagian aneh2 aja malem2 mandi c intan, abis cocok tanam kali ya😁
2025-04-16
1
RahaYulia
ini baru masalah mati lampu jek, blm lg yg lain
2025-04-16
1
RahaYulia
kaca nya bgs ya, g pcah kna pns api
2025-04-16
1