Lamaran

Zach masih tak habis pikir dengan wanita pilihan Intan yang akan menjadi istrinya. Tadinya Zach membayangkan Julia adalah gadis desa yang sangat lugu dan malu-malu, lemah gemulai, serta selalu memakai kalimat ‘terserah Aa’ seperti Nyai Iteung yang selalu menjadi incaran Kabayan.

Zach memang konyol saat mengetik ‘gadis Sunda’ di kolom pencarian google lalu menemukan beberapa referensi. Tapi yang paling banyak muncul adalah sosok Iteung yang diperankan oleh almarhum Nike Ardila. Sungguh referensi jadul yang menyesatkan imajinasinya.

“Zach, kenapa belum siap-siap?” Intan menegur Zach yang sedang bermalas-malasan di atas kasur sambil memainkan game online kesukaannya.

“Memang kita mau kemana, Ma?” Zach senang Intan kini sudah mau menegurnya. Di sepanjang perjalanan saat di mobil, Intan masih mendiamkannya. Kini Intan seperti telah mengubur rasa kecewa terhadapnya. Diam-diam hati Zach menghangat.

“Loh, kok pakai nanya. Acara lamaran akan digelar hari ini. Keluarga Julia juga akan mengadakan pengajian. Kata Tante Nia pengajian sama syukuran. Adatnya di sini memang begitu. Ayo, dong … anak Mama mandi dulu.”

Hati Zach yang tadi menghangat kini membeku lagi. Acara lamaran, pengajian, syukuran. Itu artinya dia akan bertemu dengan banyak orang. Satu hal yang ia tidak sukai adalah bertemu banyak orang yang tidak ia kenal.

“Mama sudah tidak sabar lihat kamu pakai pakaian adat Sunda, sayang. Kamu pasti kelihatan handsome seperti Papa waktu muda dulu.”

‘Njir, didandanin segala?’ Zach merutuk dalam hati, ‘jangan sampai Satria dan Hendra lihat, bisa abis aku diroasting sama mereka.’

“Zach!”

“Iya-iya, Ma. Sebentar nih masih tanggung, satu babak lagi nanti Zach langsung mandi, kok.” Zach kembali menatap layar ponselnya.

“Hmm, kamu ini. Tidak di rumah tidak di sini, main game melulu tidak ada bosannya. Setengah jam lagi Mama kesini, awas kalau masih belum mandi, Mama guyur pakai air panas.”

Intan mengomel sambil keluar kamar, setelah mamanya pergi Zach langsung melempar ponselnya ke atas kasur.

***

Sebagai ungkapan rasa syukur, Nia mengadakan sebuah pesta kecil dengan mengundang para kerabat dan tetangga. Acara lamaran berlangsung sangat khidmat.

Julia dan Zach didandani menggunakan adat Sunda sesuai dengan adat di daerah Julia tinggal. Julia sempat terpesona dengan Zach yang berdarah blasteran mengenakan pakaian adat. Baju beskap warna putih terlihat sangat pas di badan Zach yang tinggi kekar. Ketampanannya meningkat dua kali lipat.

‘Ganteng juga ya,’ batin Julia diam-diam curi-curi pandang. Untungnya mereka tidak berpapasan. Kalau sampai terjadi, bisa mati gaya Julia.

“Eleuh-eleuh, kasep pisan si ujang teh.”

“Calon mantuna Teh Nia bule, nyak?”

“Neng Julia, alus milik euy!”

Beragam komentar kekaguman muncul dari para tetangga yang memuji dan iri akan keberuntungan Julia. Ternyata perawan yang sering kehutan itu akan berjodoh dengan pangeran kota. Seperti cerita Tarzan, Julia Tarzannya, sedangkan Zach adalah Janenya. Sungguh dunia sudah terbalik.

Julia hanya tersenyum pahit mendengar pujian dari para tetangga. Dia tak bisa menerjemahkan perasaanya sekarang. Julia hanya ikut senang karena Nia mendapat pujian dari para tamu. Ibunya terlihat bahagia, baginya itu sudah cukup.

Bagus yang memiliki perasaan pada Julia menatap sedih gadis itu. ‘Julia, seharusnya aku yang berada disisimu. Andai kau tahu, ini adalah impianku. Duduk bersanding denganmu di pelaminan, bukan cuma di gubuk tengah hutan.’

Tatapan tersebut tertangkap oleh Zach. ‘Itu ‘kan cowok yang selalu ikut ke hutan dengan Julia. Kalau lihat dari tatapannya, kayaknya dia punya rasa sama Julia. Ternyata ada yang mau sama dia?’ batin Zach sambil melirik Julia. 'Aku kerjain, ah!' Zach pun iseng ingin menguji Bagus dengan mendekati Julia.

“Kamu tidak capek tersenyum terus dari tadi? Nih minum, nanti bibirnya kering,” ucap Zach sambil memberikan segelas air mineral.

Perkataan Zach terasa lucu di telinga Julia. Julia berpikir Zach sudah membuka hatinya, Zulia yang diberikan perhatian menjadi sedikit berharap. Maka ia pun tersenyum lagi. Senyuman Julia terlihat seperti gadis yang sangat berbahagia, hal itu melukai hati Bagus yang diam-diam segera keluar dari rumah Julia. Zach melihat raut kecewa Bagus malah mengulum senyum.

‘Kasihan sekali.’

Acara pun selesai, semua tamu sudah pulang. Rumah Nia kembali sepi. Beberapa tetangga masih membantu bersih-bersih.

Saat hendak ikut membersihkan halaman, Julia melewati kamar Zach. Tanpa sengaja gadis itu mendengar Zach sedang menerima telepon.

“Sabar sayang. Acaranya baru aja selesai, aku tidak tahu ada telepon dari kamu. You oke, Honey? Please ini cuma demi Mama, kamu tahu ‘kan? Kita udah bahas ini panjang lebar. Sekarang aku justru butuh dukungan kamu. Situasi di sini ‘tuh awkward banget.” Zach menerima telepon dari Tifanny.

Julia baru tahu jika ternyata Zach sudah memiliki kekasih. Hatinya sedikit mencelus. Harapannya yang tadi sempat mekar kini layu kembali.

“Ya udah, nanti aku telpon kamu lagi. Miss you so much, Honey.”

Zach mengakhiri panggilan. Pupil matanya melebar saat melihat Julia sudah berdiri di depannya.

“Kalau memang Kakak berat menerima perjodohan ini, lebih baik dibatalkan saja,” ucap Julia tegas membuat Zach tergagap.

“Aku tidak mau Kakak merasa terpaksa.” Julia mengatakan itu dengan tenang, meskipun dia sendiri juga tidak lapang dada menerima perjodohan itu, setidaknya ia mau mencoba.

Zach sempat terkejut mendengar tawaran dari Julia. Melihat sorot tenang di mata Julia, entah kenapa dia juga ikut tenang. “Aku cuma tidak mau bikin Mama dan Papa kecewa,” sahutnya.

“Tapi kalau kamu mau ngebatalin, ya, silakan. Setidaknya bukan dari aku. Kita sama-sama tahu perjodohan ini pasti hanya akan bikin masalah, bukan?” sorotnya tajam ke arah Julia yang sedikit tersentak.

Intan yang sedang melintas di samping kamar Zach, tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Merasa rencananya dalam bahaya, Intan segera berlari-lari menuju ruang tengah, menemui Nia dan Max.

“Mereka berdua sedang ngobrol. Pa, anakmu minta Julia untuk batalin perjodohan ini,” bisiknya berhati-hati.

“Gusti …” Nia menutup mulut dengan kedua tangannya. Perempuan itu syok. Baru saja acara lamaran digelar, kenapa mereka justru mau membatalkan rencana ini?

“Jadi gimana ini? Malu atuh aku. Belum juga beres acara lamaran, udah mau dibatalkan.” Nia memijat-mijat pelipisnya.

“Tenang, Nia. Kalau mereka bisa mengatur strategi untuk melawan kita, jangan mau kalah!”

Max kaget mendengar teriakan Intan yang tiba-tiba.

“Dengar, aku akan berpura-pura sakit. Zach paling tidak bisa lihat Mamanya sakit.”

“Ide bagus, Ma. Papa masih ingat waktu Zach nangis-nangis tidak mau masuk sekolah saat Mama mau operasi amandel di rumah sakit. Ingat tidak?” Max menunjuk wajah Intan.

“Iya ingat, tapi operasi amandelnya nggak usah disebutin juga kali,” gumam Intan.

“Jadi kamu sekarang mau pura-pura sakit, Intan?” tanya Nia polos.

“Aku akan melakukan apa saja, supaya anakku bahagia, Nia. Kita sudah sepakat menjodohkan mereka, dan kita tidak boleh menyerah!” Intan mengepalkan tangannya. Sekarang dia sangat bersemangat menyatukan Zach dan Julia.

“Aku tim Mama!” sambut Max antusias.

“Lah terus aku sama siapa? Tim kamu juga donk, Intan.” Nia ikut mengepalkan tinjunya dengan lemas.

“Ayo semangat!” seru Max.

“Semangat! Demi cucu kita!” ujar Nia kemudian yang disambut derai tawa Intan dan Max. Intan tidak akan menyerah melakukan rencananya, agar Zach tidak jadi menggagalkan rencana pernikahan yang sudah ia susun rapi.

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

purah mabok jeung zina mh lain milik ngarana atuh ceu...musibah nu aya eta mh🤣🤣 can nyaho w da euceu mh

2025-04-15

1

meE😊😊

meE😊😊

aku jadi tim hore aja🤣🤣

2023-02-01

1

meE😊😊

meE😊😊

muhun ari pamenteu namah kasep ngan hanjakal hate na awon🤣🤣🤣

2023-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!