Kelakuan Zach

“Ini baru anak Ibu.” Nia mengacungkan jempol ke arah Julia, memuji keputusan putrinya yang menerima perjodohan itu. “Ibu senang kamu bisa berpikir jernih, tidak mengedepankan emosi.”

“Julia tidak mau bikin ibu kecewa, nanti dikutuk jadi puteri cantik ‘kan Julia tidak bisa ke hutan lagi.”

“Hih, anak ini.” Julia segera menduselkan kepalanya ke dada Nia. Perempuan paruh baya itu mengelus rambut putrinya.

“Ridho Allah juga ridho orang tua, Julia. Insya Allah kalau kamu ikhlas menjalani pernikahan ini, keluargamu akan sakinah mawaddah warahmah.” Nia memeluk putrinya lebih erat. Jika Julia sudah setuju, itu artinya sebentar lagi putrinya akan menjadi istri orang dan akan diboyong ke Jakarta, tiba-tiba hati Nia menjadi sendu.

“Julia akan lebih tenang kalau pernikahan nanti mendapat restu Ibu.” Julia teringat nasihat Mang Ebo, selama ada restu orang tua, InsyaAllah pernikahannya akan langgeng.

Minggu itu juga, Nia mengabarkan berita gembira tersebut kepada Intan.

“Alhamdulillah, ini kabar baik, Nia. Aku bakal kabarin Max secepatnya.”

“Gimana dengan Zach? Apakah kalian sudah bicara lagi?”

“Udaaah, serahkan sama kami. Zach urusanku sama Max. Yang penting Julia udah setuju. Anak itu memang manis sekali dari dulu. Salam buat Julia, ya! Aku sudah tidak sabar mau kasih kabar ini pada Max dan Zach.”

Tak seperti Intan yang super excited mendengar kabar Julia menerima perjodohannya, Zach justru muram. Lelaki tampan itu terus meratapi diri, merasa kembali ke masa lampau karena praktik perjodohan ternyata masih dilegalkan dan, parahnya lagi orang tuanya adalah dua tersangkanya. Sementara dirinya akan menjadi korban utama.

“Tidak usah merasa paling tersakiti gitu, dong! Tujuan Mama dan Papa itu baik, Zach. Suatu saat nanti kamu pasti akan berterima kasih pada kami.”

Entah ramalan dari mana yang dikatakan Mamanya, tapi Zach merasa hal itu tidak akan pernah terjadi.

“Papa sama Mama sadar tidak ‘sih udah memisahkan dua manusia yang sedang jatuh cinta. Trus tiba-tiba menggantikan manusia satunya dengan manusia lain yang tidak tahu entah dari planet mana.” Zach memutar matanya.

“Manusia yang kamu sebut itu namanya Julia Amalia. Dia bukan hanya cantik tapi juga cerdas. IQ dan EQ nya seimbang. Oya satu lagi jangan lupakan juga SQ nya dong, jago dia.” Intan memainkan alisnya.

“Mama benar-benar, sudah seperti mau merekrut karyawan aja! Apanya yang harus ada IQ, EQ, SQ? Bikin pusing saja.” Zach mengomel karena menganggap kriteria mamanya terlalu berlebihan.

“Sudah, yang seperti itu serahkan pada Mama. Papa dulu waktu diseleksi jadi suami juga penilaiannya gitu. Untung Intelektual Intelligence papa bagus, dan sekarang menurun sama kamu. Kamu cerdas, bisa mengembangkan perusahaan yang Papa bangun.” Maxwell menyahut.

“Urusan Emotional Intelligence, jangan ditanya. Papa kenapa bisa langgeng sama mama? Karena papa sangat memahami perempuan, kecerdasan memahami perempuan ini cuma bisa dikuasai lelaki peka dan penuh perhatian seperti Papa.” Ucapan Maxwell disambut dengan cibiran bibir Intan. Ada benarnya, tapi juga banyak salahnya.

“Nah, urusan Spiritual Intelligence ini kami berdua berproses, Zach. Percayalah, perjodohan ini adalah buah kesadaran Spiritual Intellence Papa dan Mama. Semua demi kebaikan kamu. Tidak ada orang tua yang suka melihat anaknya mabuk-mabukan dan main perempuan.”

Intan terperangah mendengar penjelasan suaminya. Intan hanya tahu Zach hobi dugem dan sedikit miras, tapi tentang main perempuan, Intan baru tahu.

“Maksud Papa, gonta-ganti pacar, Ma.” Maxwell menjelaskan ucapannya sambil melirik Zach yang menatapnya seolah meminta jangan membongkar aibnya.

Sebagai sesama lelaki, keduanya sama-sama tahu bahwa kebiasaan buruk itu pasti akan menyakiti Intan. Sebandel-bandelnya Zach, dia tidak akan tega menyakiti hati mamanya terang-terangan. Kalau sembunyi-sembunyi seperti yang ia lakukan sekarang, sering.

Zach pusing dengan segala ***** bengek penjelasan Papa dan Mamanya. Malam itu, Zach pergi ke club langganannya. Dia melampiaskan kekecewaannya dengan mabuk lagi. Tiffany menemani pria itu bersama dua teman Zach yang lain, Satria dan Hendra.

“Aku sudah tidak tau harus ngomong apa lagi? Kesel banget sama Papa dan Mama. Hari gini masih dijodoh-jodohin, kayak tidak laku aja,” gerutunya sambil menenggak minuman keras.

Tiffany juga kesal dan marah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk melawan orang tua Zach jelas tidak mungkin. Dia tak punya apa-apa yang pantas dibanggakan. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah meyakinkan Zach bahwa dia akan terus mendampinginya.

“Aku akan terus sama kamu kok Zach, kamu tenang aja.”

Zach yang sudah mabuk hanya manggut-manggut saja dan memeluk Tiffany erat-erat. Seperti biasa Zach pun menghabiskan malam dengan Tiffany. Mereka melampiaskan hasrat lalu terkapar hingga pagi menjelang.

Pagi harinya terjadi sesuatu yang tak akan pernah dilupakan Tiffany seumur hidupnya. Maxwell datang ke apartemen Tiffany dan menampar wanita itu.

“Jangan pernah ganggu anakku lagi, atau kau akan tahu akibatnya!” ancam Maxwell. Tiffany segera menutup dada dengan selimut sekenanya. Wanita itu belum memakai pakaian setelah semalam asik meraih puncak surga dunia bersama Zach.

“Bangun kau anak nakal!” teriak Maxwell sambil menyiram wajah Zach yang masih terlelap.

“Pa-papa?!” Zach yang tertangkap basah tampak ketakutan.

Tiffany menjerit keras melihat Maxwell menyeret tubuh Zach keluar dari apartemen itu.

“Sialan!” Tiffany menjambak rambutnya, lalu menangis merasa dipermalukan.

“Aku tidak akan melepaskan Zach! Kalian akan menyesel telah mempermalukan aku seperti ini!” desisnya sambil mengusap air matanya yang jatuh.

Tiffany membenci seluruh keluarga Zach. Maxwelll dan Intan. Gadis itu bertekad akan membuat perhitungan suatu hari nanti. “Aku akan mengingat hari ini, aku akan membalasnya!”

Tiffany sudah menemukan pria yang selama ini ia mau. Pria muda, tajir, tampan, punya masa depan cerah. Semua paket lengkap pria idaman ada dalam diri kekasihnya itu. Untuk merebut hati Zach dia bahkan rela mengumpankan tubuhnya. Dan rencananya itu telah berhasil.

Zach semakin hari semakin candu padanya. Tinggal selangkah lagi dia bersabar untuk menjadi istri Zachary. Tapi kini semua impian yang sudah di depan mata itu gagal karena rencana perjodohan gila orang tua Zach.

Di rumah Zach, Intan tak kuasa menahan air matanya melihat kelakuan melihat kelakuan Zach.

“Mama sudah memohon, Zach. Tapi kamu selalu mengulanginya lagi dan lagi. Mama sangat kecewa sama kamu,” ratap Intan sendu. Kali ini Zach tidak bisa berkutik lagi.

Pria itu berlutut. ”Ampun, Ma. Zach salah, maafin Zach, Ma.” Zach meraih tangan mamanya, tapi Intan segera menepis pegangan tangan Zach. Hati Zach mencelos.

“Kamu sudah sangat melukai hati Mama,” desis Intan sambil meneruskan ucapannya,”Mama tidak pernah mengajarkan kamu jadi liar seperti ini, Zachary.” Jika Intan sudah memanggil nama panjangnya, itu artinya mamanya benar-benar murka.

“Ampun, Ma. Maafin Zach. Zach mau melakukan apa saja untuk menebus kesalahan ini.”

“Jangan pernah bicara lagi dengan Mama! Dengar Zachary, Mama tidak akan memaafkanmu kecuali kau mau menikah dengan Julia.”

Terpopuler

Comments

Firgi Septia

Firgi Septia

kasihan Julia dapat bekas

2025-01-02

1

meE😊😊

meE😊😊

ishh ksian julia dpt y rongsokan bekas..

2023-02-01

2

Hayurapuji

Hayurapuji

sek sek, main balas2 sadar gak sih lu itu murahan?

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!