Nonton Bareng

Julia terbangun dan merasa asing di kamar barunya. Gadis itu menggosok-gosok matanya, mengumpulkan kesadaran yang masih berserakan di alam mimpi yang baru saja ia tinggalkan.

Tadinya Julia berpikir jendela kamarnya terbuka, karena tubuhnya terasa kedinginan.  Setelah menemukan ingatan bahwa ia kini sedang berada di rumah Zach, gadis itu meraih remote control pendingin udara, lalu menekan tombol Off.

Usai salat Subuh, Julia keluar dari kamarnya. Kamar Zach masih tertutup rapat pertanda penghuninya masih terlelap. Hari memang masih gelap. Julia berjalan perlahan-lahan menuruni tangga, tapi dia salah belok karena tangga itu ternyata menuju ke tempat jemuran.

Setelah berputar-putar di dalam ruangan akhirnya Julia menemukan ruang tengah yang terhubung dengan dapur. “Maaf, saya mau ambil minum, di mana, ya?” tanyanya kepada seorang pelayan.

“Itu Neng, di atas meja makan ada, di dalam cooler khusus minuman juga banyak, Neng tinggal pilih, mau susu, yogurt, soda, sirup, semuanya tersedia. Nah kalau mau air panas, ada dispenser, barangkali neng …” Perempuan itu menunjuk Julia. “Julia, panggil saja Julia,” jawab Julia cepat.

“Iya barangkali Neng Julia mau bikin teh, kopi, susu panas, cokelat panas, ada juga dispenser itu di pojok. Oya lupa, nama saya Latipah, panggil saja Bi Ipah, tapi kalau Supri sopir, sama Amri satpam panggilnya Bi Ifa biar keren katanya. Hihi saya jadi malu, udah panggil aja Bi Ipah lebih keren karena mengandung unsur pedesaan yang kental,” celoteh Ipah panjang lebar. Julia sampai menahan napas saking seriusnya menyimak seluruh perkataan Ipah.

“Iya Bi Ipah. Saya hanya mau ambil segelas air, terima kasih Bi Ipah.”

Julia kembali ingin kembali ke dalam kamar, tapi lagi-lagi dia salah belok dan sekarang dia malah berada di taman samping rumah yang cukup lebar.

Zach yang sudah terbangun tertawa melihat dari balkon kamarnya saat beberapa kali gadis itu tersesat di alam rumahnya yang sangat luas.

Zach keluar kamar, setidaknya ia juga ingin menjadi tuan rumah yang baik untuk membalas kebaikan Julia, saat ia berada di rumah gadis itu.

Zach turun tangga, bersamaan Julia yang masuk dari arah taman samping, tapi Julia malah kesasar ke jalan menuju gudang.

“Mau kemana?” teriak Zach membuat Julia menghentikan langkahnya. Gadis itu menoleh ke belakang mendapati Zach yang sedang berhenti di tengah tangga menertawakannya.

“Kamar naiknya dari tangga ini, bukan yang sana, kalau lurus itu bisa sampai gudang tembus halaman belakang,” jelas Zach masih sambil tertawa. Pipi Julia berubah merah karena merasa sangat malu.

Sekarang Zach paham kenapa Max meninggalkan pesan supaya ia jangan meninggalkan Julia sendirian. Ternyata untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini. Untuk Zach mungkin biasa, tapi untuk seorang gadis, perkara tersesat atau salah jalan di rumah orang itu terasa memalukan.

Tiba-tiba ponsel Zach berbunyi, ada panggilan dari Hendra.

“Ada apa Hen? Kangen ya? Baru ditinggal seminggu udah neleponin melulu.”

[Males amat! Katanya kamu sudah sampai Jakarta tapi, ditunggu-tunggu sama Tiffany semalam tidak kunjung muncul, dipingit ya sama ortu? Oiya aku lupa kau ‘kan anak perawan,” ledek Hendra sambil senyum-senyum.

Dia memang sengaja menunggu-nunggu kesempatan buat meledek Zach, karena biasanya dia yang selalu jadi bahan roastingan.

“Jaga omonganmu kalau masih mau makan pizza. Aku baru sampai semalam, masih capek banget. Ini saja aku masih setengah nyawa, kenapa memang?”

[Nanti malam ada pesta di rumah Satria, kita tidak mau tahu kamu harus datang. Kalau kau tidak datang, berarti kamu siap pakai rok,] ucap Hendra masih dengan gayanya ingin meroasting Zach.

“Aku tidak janji. Soalnya …” Zach menggantung omongan karena melihat Julia menoleh ke arahnya.

“Ya udah nanti aku kabarin lagi,” pungkasnya.

[Tiffany nungguin kamu dari kemarin, jangan sampai dia kering nanti malam,] jawab Hendra sambil mengakhiri sambungan.

“Kalau kakak mau pergi tidak apa-apa, kok. Aku bisa di rumah, ada Bi Ipah juga. Jadi tidak usah khawatir,” cetus Julia yang sedikit mendengar perkataan Zach di telepon.

Dia tak sengaja mendengar, karena tadi hendak naik ke kamar, tapi di tengah tangga ada Zach, jadi gadis itu menunggu sampai Zach turun. Ternyata Zach menerima telepon di tengah tangga, sehingga dirinya mau tak mau harus menunggu sampai Zach selesai menelepon.

“Papa minta aku jagain kamu, kemarin kamu dengar sendiri ‘kan?” Zach tidak mau kalau dia meninggalkan Julia, pasti gadis itu akan mengadu kepada Max.

“Iya aku tahu. Tapi kalau-“

Julia langsung terdiam saat Zach mengangkat tangan memberi isyarat dia akan menerima telepon lagi. Julia menoleh ke kanan dan kiri, tapi dia tak menemukan jalan lain untuk segera ke kamarnya, jadi ia memilih menunggu Zach selesai mengangkat telepon.

“Iya sayang, tapi kayaknya aku tidak bisa.” Kali ini panggilan dari Tiffany. Hati Julia berdenyut, tapi dia segera menepisnya. Sejak awal dia sudah tahu Zach punya kekasih.

Setelah menutup telepon Zach menghampiri Julia.

“Beneran, Kak. Aku tidak apa-apa, kakak pergi aja. Tenang aku tidak akan bilang ke Om Max sama Tante Intan.”

Zach sedikit ragu. Jujur, ia ingin sekali bertemu dengan teman-temannya, terutama dengan Tiffany. Seminggu ini terasa menyiksa karena dia tak bisa memeluk kekasihnya itu.

‘Pergi tidak, ya?’ batinnya bimbang. ‘Kayaknya aku bisa percaya dengan gadis ini. Mana berani dia mengadu ama ortu? Lagian dia juga baru di sini, tidak mungkin mau nyari masalah denganku.’ Zach berjalan mondar-mandir di dekat tangga, membuat Julia yang hendak naik ke kamar jadi mundur lagi.

‘Tapi kalau aku pergi, kasihan juga. Masa dia cuma ditemenin Bi Ipah, yang ada malah ngantuk karena didongengin ama Bi Ipah yang tidak ada remnya kalau bicara.’

Mendapati sikap Julia yang mempersilakannya pergi, justru membuat Zach tidak enak hati. Rasanya terlalu tega jika meninggalkan Julia seorang diri meski di sana banyak pelayan.

Akhirnya Zach memutuskan tetap di rumah. Hari menjelang malam, Zach mengabaikan telepon dari teman-temannya. Zach dan Julia menonton film bersama. Awalnya mereka saling diam. Namun, Julia berkomentar saat adegan film yang berada di hutan begitu menyita perhatiannya.

“Keren banget jagoannya! Dia bisa survive di tengah hutan hanya ditemani seekor anjing bahkan melawan musuh, alien lagi,” celetuk Julia mengamati film yang sedang ia tonton.

“Ah, kasihan kelincinya!” teriaknya saat melihat adegan seekor kelinci disambar seekor serigala yang sedang kelaparan.

Film yang sedang mereka tonton adalah film action yang mengisahkan seorang gadis primitive yang bertahan hidup dan mampu melumpuhkan alien.

Zach yang tadinya tidak mengamati menjadi tertarik dan membayangkan Julia sebagai gadis yang di dalam film. Dia pun dibuat terkagum-kagum oleh kelihaian gadis di dalam film tersebut.

Sesekali ekor matanya melirik Julia saat gadis itu berteriak tegang, bahkan tak jarang memukul-mukul bantal sofa saking gemasnya.

‘Dia bisa berekspresi seperti itu ya ternyata?’

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

apa selabirin itu rmh nya smp kna frank trs 🤣🤣🤣 jul..jul...masuk hutan aja kmu ngerti jln laah giliran drumah org malah sesat g karuan

2025-04-16

1

RahaYulia

RahaYulia

asal jgn panggil latip aja kali ya😅

2025-04-16

1

RahaYulia

RahaYulia

apa judulnya thor?

2025-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!