Kesiangan

Matahari yang lembut mulai menyapa dengan hangat di balik tirai kamar Deon. Deon mulai membuka matanya yang terkena sinar matahari itu perlahan. Melihat ke sekeliling sambil mengumpulkan nyawa. Dia terkejut melihat seorang wanita ada di pangkuannya saat ini.

'Astaga, aku lupa kalau aku sudah menikah.'

Ucapnya sambil menyelipkan rambut Annisa kebelakang daun telinganya. Dia menatap lembut wajah polos Annisa. Kemudian dia bangun dan mengambil ponselnya yang ada di meja samping tempat tidurnya.

'Jam berapa sekarang, kenapa matahari terlihat meninggi di luar sana'

Alangkah terkejutnya Deon setelah ia melihat jam yang tertera di layar ponselnya yang menunjukkan sudah pukul 9 pagi.

'Astaga, aku kesiangan! Mana ada rapat lagi.'

Deon langsung menghubungi nomor ponsel Joni.

"Halo." Ucap Deon setelah panggilannya terhubung.

"Iya bos." Jawab Joni.

"Aku kesiangan, sebentar lagi aku akan berangkat. Katakan jika rapat kita tunda satu jam lagi." Tutur Deon.

"Sudah saya laksanakan bos. Tadi saya sudah mengatakan kepada semuanya jika bos sedang ada urusan."

"Kerja bagus, kau memang terbaik Joni. Aku akan memberikan bonus kepadamu bulan ini."

"Waaaaah, terima kasih banyak bos."

Dan Deon pun segera mengakhiri panggilannya.

Sedangkan Annisa yang mendengar suara Deon yang sedang berbincang dengan Joni akhirnya ikut terbangun.

"Ada apa?" Tanya Annisa yang masih dengan pandangan kabur karena baru bangun tidur.

"Aku barusan menghubungi joni, seharusnya pagi ini aku ada rapat tapi karena bangun kesiangan jadi ku tunda satu jam lagi."

"Siang? Memangnya ini sudah jam berapa." Sambil melihat jam di layar ponsel Deon.

"Astaga, sudah jam segini? Aku bahkan belum menyiapkan sarapan." Sambungnya.

"Bi Ani mungkin sudah menyiapkan sarapan. kamu langsung mandi saja di kamar mandi ini. Aku akan mandi ke kamar sebelah." Ucap Deon langsung meninggalkan kamarnya.

"Tidak mau mandi bareng." Goda Annisa.

"Waaaah, baru semalam kamu menghabiskan malam denganku sekarang sudah berani menantangku? Cepat sekali belajarnya." Ucap Deon yang tiba - tiba terhenti di depan pintu.

"Tidaaaak, aku hanya bercanda." Sambil terkekeh geli melihat Deon.

"Aku juga tidak mau, karena tidak akan sempat. Lain kali awas kalau kamu berani menolak!" Sambil meninggalkan kamarnya.

Jelas saja Deon berkata begitu, karena Annisa memang berani bicara macam - macam tapi kenyataannya dia tidak berani. Sama halnya yang dilakukan nya tadi malam. Dia sendiri yang berkata bahwa Deon bisa melakukan apapun padanya setelah menikah tapi dia juga yang beralasan untuk menolak dan ketakutan.

Di dalam kamar mandi Annisa memperhatikan tubuhnya, nampak jelas terlihat banyak sekali kissmark di tubuhnya. Bahkan beberapa juga terlihat di lehernya.

'Dia gila sekali, tubuhku seperti habis di siksa oleh ibu tiri saja. Merah - merah semua, rasanya tubuhku juga pegal sekali. Ingin rasanya di pijit tapi aku malu jika orang melihat bekas kecupan ini.'

Berbeda dengan Deon, dia senyum - senyum kegirangan sendiri di kamar mandi. Malam yang luar biasa baginya terlalui penuh gairah.

Setelah selesai mandi, Deon sudah berpakaian rapi dengan stelan jas berwarna navi. Tapi dia heran dengan Annisa yang masih belum keluar dari kamar mandi. Kemudian, Deon berusaha mengetuk pintu kamar mandinya.

"Annisa? Kamu ada di dalam?"

"Iya." Jawab Annisa dari dalam kamar mandi.

"Ada apa, apa ada masalah. Kenapa mandinya lama sekali?"

"Aku sudah selesai mandi, tapi ada sedikit masalah."

"Masalah apa? Keluar lah dulu, biar aku bisa membantumu."

Annisa keluar dengan menunduk dan membiarkan rambutnya tergerai.

"Ada masalah apa hah?" Tanya Deon dengan perhatian.

"Ini masalah nya." Jari Annisa langsung menunjuk kissmark yang terlihat di lehernya.

Deon tersenyum malu karena masalah Annisa adalah perbuatannya.

"Itu bagus, terlihat indah di lehermu." Ledek Deon.

"Deoooooon, aku malu."

"Kenapa mesti malu, itu tanda cinta."

"Bagaimana jika semua pelayan di rumah ini melihatnya?"

"Tidak apa - apa, mereka akan memaklumi. Bukankah mereka juga saksi kita menikah, jadi pasti mereka memahami."

"Tapi, bagaimana karyawan di kantor mu. Mereka pasti akan memandang ku aneh. Mereka kan tidak tau jika kita sudah menikah."

"Karyawan ku? ada apa dengan mereka?" Tanya Deon yang heran kenapa pembicaraan mereka sampai ke kantor.

"Apa kamu lupa? Bukankah kamu sendiri yang meminta untuk diantarkan makan siang."

"Oh iya aku lupa. Hari ini tidak perlu ke kantor. Karena aku ada rapat dan tidak tau jam berapa akan selesai. Kamu tinggal di rumah saja, tidak apa - apa kan?"

"Benarkah, ya sudah. Tidak apa - apa kok."

"Ayo kita ke bawah, sarapan dulu."

"Iya."

Deon menarik tangan Annisa dan menyelipkan jemarinya di sela jari Annisa. Mereka turun dengan bergandengan.

Sampai di meja makan, sudah tersedia makanan yang sudah di panaskan oleh Bi Ani.

Deon hanya meminta segelas kopi dan langsung meminumnya.

"Kenapa hanya minum?" Tanya Annisa.

"Tidak akan sempat jika aku harus makan. Aku akan makan roti di mobil untuk mengganjal perutku." Jawabnya sambil menjulurkan tangan dengan Annisa.

Annisa yang sudah paham maksud Deon langsung menyambut tangan Deon dan menyalaminya.

"Apa sudah siap pak?" Tanya Budi sopir Deon.

"Iya. Oh ya Annisa, ini pak Budi. Jika kamu jenuh di rumah terus, kamu bisa minta pak Budi mengantarkan mu kemana saja." Deon memperkenalkan sopirnya kepada Annisa.

"Benarkah?! Tapi aku tidak punya tujuan mau kemana."

"Kamu bisa hanya berkeliling kota, bukankah kamu belum sempat berjalan - jalan di kota ini." Saran Deon untuk Annisa.

"Apa boleh."

"Tentu saja boleh." Jawab Deon mengiyakan.

"Terima kasih."

"Sama - sama, aku berangkat."

"Hati - hati."

Akhirnya Deon pun lansung masuk ke dalam mobilnya dan melambaikan tangan dari balik jendela mobil saat mobilnya sudah mulai meninggalkan rumah. Annisa membalas lambaian tangan itu.

Begitulah drama pagi sepasang pengantin baru. Saling belajar bagaimana bisa saling melengkapi satu sama lain.

Mobil Deon yang melaju cepat kini sudah tidak terlihat lagi, Annisa pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang makan untuk menghabiskan makanannya yang belum di habiskan.

Setelah selesai makan Annisa pergi keruang tamu sambil termenung. Melihat Annisa duduk termenung di ruang tamu. Bi Ani menghampirinya.

"Kenapa nyonya muda termenung?" Tanya bi Ani yang kini sudah berdiri di samping Annisa.

"Eh, bi Ani. Nggak kenapa - kenapa kok bi. Saya hanya bingung mau ngapain."

"Gimana kalau saya temani nyonya keliling rumah ini? Di samping ada kebun bunga dan di belakang ada kebun sayur dan buah juga ada kolam ikan." Tutur bi Ani yang mengajak Annisa agar tidak jenuh di rumah dan itu juga pesan Deon kepada bi Ani agar menghibur Annisa jika dia terlihat sedikit jenuh.

"Benarkah? Bukan kah di belakang hanya ada kolam renang."Tanya Annisa yang sudah pernah kebelakang rumah dan hanya menemukan kolam renang di sana.

"Tidak nyonya, di belakang kolam renang. Kebunnya ada di balik tembok yang memisahkan antara kolam renang dan kebun."

"Kalau begitu, ayo kita ke kebun. Saya paling suka berkebun." Ucap Annisa dengan semangat dan langsung mengikuti bi Ani.

Kemudian mereka menuju ke kebun dengan wajah riang Annisa berjalan mengikuti bi Ani.

Terpopuler

Comments

Dewa Putu Subagia

Dewa Putu Subagia

Anisa berkebun menyiapkan lahan utk di cangkul Deon

2021-05-22

0

Nesa Satria

Nesa Satria

cerita bagus pake bangeeetttttt🥰🥰🥰👍👍👍

2021-01-28

0

Diny Julianti

Diny Julianti

suka ceritany ngga berbelit-belit

2020-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!