Aku dijual ?

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Malam yang dingin semakin menderu. Keheningan malam semakin menggetarkan jiwa. Hanya terdesir suara mobil yang hanya ada beberapa di jalanan saat ini. Tak ada satu patah katapun terucap dari dua orang yang tidak saling mengenal ini.

"Ehhhemm." Deon mulai memecah keheningan diantara mereka.

"Jadi, bisa kau ceritakan apa yang terjadi."

Tidak langsung menjawab, Annisa masih merasa bingung dengan apa yang terjadi padanya. Kemudian, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Aku juga tidak tau. Kemarin aku ditawari tetanggaku kerja di cafe. Tapi sepertinya mereka telah salah membawaku."

"Mereka tidak salah membawamu. Apa kau tau apa yang terjadi sebenarnya?"

"Apa maksudmu?

"Kau dijual!" Ucapan Deon membuat Annisa benar - benar tak dapat berkata - kata.

"Heeeei, apa maksudmu dijual? Aku manusia tau, bukan barang yang untuk dijual."

"Apa kau benar - benar manusia?" Ledek deon.

Annisa hanya membelalakan bola matanya ke arah Deon.

"Apa kau tidak tau bahwa kau ada di dunia seperti apa saat ini? Tanya Deon lagi.

"Maaf sepertinya kau malah membuatku bingung."

Mendengar jawaban Annisa itu membuat Deon yakin bahwa wanita yang ada disampingnya ini benar - benar seorang gadis polos yang tidak mengetahui tentang dunia malam. Dia juga yakin bahwa dia tidak mengetahui bahwa dia sudah dijual oleh tetangganya sendiri.

Kemudian Deon mengambil ponsel yang ada disaku celana nya. Dan membuka galeri menampilkan sebuah foto.

"Apa dia tetangga mu?"

"Iya, dia pak Eko yang menawarkan untuk ku bekerja. Tapi apa maksudnya lagi ini?"

"Apa kau buta? Dia sedang bertransaksi. Dia telah menjualmu."

"Apa?? Itu tidak mungking, pak Eko orang yang sangat baik." Annisa tidak percaya dengan perkataan Deon.

Kemudian Deon menggeser gambarnya dan memberikan foto transaksi yang di tanda tangani oleh pak Eko.

"Baca ini baik - baik." Deon menyodorkan kembali ponselnya ke tangan Annisa.

Annisa membaca dengan penuh teliti, sangat nampak disitu tertulis bahwa dia telah diserahkan oleh pak Eko bahkan disitu juga tertulis nominal yang diterima oleh pak Eko.

Ponsel Deon seketika jatuh, dengan diiringi air mata Annisa yang tidak bisa dibendungnya. Dia tidak menyangka orang yang dianggap baik ternyata berhati busuk.

'Dia menjualku?!' Batinnya meronta tak percaya.

Dia mematung seketika dengan air mata mengalir di pipinya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak punya apa - apa lagi. Tuhan sangat kejam padaku dia sudah merebut orang tuaku dan juga hidupku. Ayah Ibu, maafkan aku. Aku sangat kotor sekarang." Ucapnya lirih tanpa menghiraukan Deon yang menatapnya penuh arti.

Deon menjadi tidak bisa berkata - kata. Dia juga bingung dengan apa yang terjadi. Dia menjadi sangat bersalah apa lagi dia juga telah merenggut mahkota gadis itu. Kemudian dia bertekad untuk bertanggung jawab untuk hidup gadis disampingnya itu.

"Tuan, bagaimana kau bisa membawaku?" Tanya Annisa mengejutkan Deon dari pikirannya.

"Aku membayar sepuluh kali lipat dari nominal itu." Sambil menunjuk ponselnya.

"Apa?! Lalu bagaimana aku membayar mu kembali?"

"Entah lah, aku belum memikirkannya."

"Kenapa kau menolongku?

"Bukankah kau tadi memohon untuk menolongku."

"Oh iya ya, tapi kan..."

Kruuuuuuk....

Belum sempat Annisa menyelesaikan kalimatnya, suara perut Annisa menghentikan ocehannya. Deon terkekeh geli mendengarnya.

Kemudian Deon mengambil sepotong roti dan memberikannya kepada Annisa.

"Makan lah, sebelum semua orang di kota ini terbangun mendengar suara perutmu." Ledek deon yang kemudian membuat pipi Annisa memerah menahan malu.

"Terima kasih." ucapnya malu - malu.

Annisa benar - benar menikmati sepotong roti tersebut. Setelah selesai, Annisa memulai kembali pembicaraan nya.

"Tuan."

"Deon, panggil saja aku Deon."

"Emmm Deon, aku Annisa."

"Iya, Annisa ada apa?"

"Kau sudah banyak membantu ku. Terima kasih."

"Aku tidak sebaik itu, aku hanya menebus kesalahanku."

Sebenarnya Deon sangat ingin mengatakan bahwa dia ingin menebus kesalahannya karena telah merebut mahkotanya. Tapi menurutnya itu belum saatnya dia mengatakan kebenaran tersebut.

"Kesalahan? Apa maksudnya?"

"Kesalahan jika aku membiarkan kamu tetap berada di tempat itu."

"Kamu benar, kau sudah banyak membantuku. Padahal kau tidak mengenalku."

"Aku hanya tidak ingin melihat gadis polos sepertimu terjun terlalu jauh, kau tidak tahu dunia ini sangat kejam. Hidup di kota sangat menyeramkan."

"Aku punya rumah besar di desa. Tapi memang tidak bisa melunasinya. Aku akan bekerja."

Sebenarnya Deon sudah malas mendengar ocehannya, karena ini mungkin untuk pertama kali baginya menghadapi gadis yang ceplas ceplos mengoceh tanpa henti.

"Terserahlah. Bisa kau diam, kupingku terasa panas."

Mendengar hal ini membuat Annisa segera membungkam mulutnya, namun tidak berapa lama ia masih menggerak - gerakkan bibirnya tanpa bersuara.

Kemudian mobil memasuki kawasan elite, hal itu membuat Annisa ternganga melihat rumah - rumah besar bak istana berjejeran di sepanjang jalan.

'Tadi aku mengatakan bahwa rumah ku besarkan? Hah, ku tarik kembali ucapan ku. Rumah di sini bukan rumah biasa tapi istana.' Seketika Annisa malu sendiri dengan ocehannya tadi.

Annisa mengambang dalam pikirannya sendiri, entah pria yang seperti apa yang ada di sampingnya itu. Dia menerka - nerka siapa pria ini dan apa pekerjaan nya hingga dia bisa memiliki rumah di kawasan ini.

Sampailah akhirnya mereka di rumah Deon. Kemudian Deon mengajak Annisa yang masih mematung di depan rumah.

"Hei bunglon kenapa bengong? Ayo masuk!"

'Bunglon dia bilang, hei aku manusia.' Gumamnya dalam hati sambil mengerutkan bibirnya.

"Deon, sebenarnya kamu siapa? Apa jangan - jangan kau komplotan perdagangan manusia juga."

Deon sangat terkejut mendengar ucapannya.

"Apa kau sangat bodoh, aku bahkan menghabiskan uangku hanya untuk mengeluarkanmu dari sana." Ujar Deon sambil mengetukkan jarinya ke dahi Annisa.

"Heheee, maaf aku seperti tidak tau diri ya." Jawab Annisa cengengesan.

Deon berjalan naik kelantai dua dan menunjukkan kamar untuk Annisa.

"Kau tidurlah di kamar ini, kamar ku ada disebelah. Jika ada apa - apa panggil saja."

"Tapi urusan hutang piutang kita belum selesai."

"Sudah ku bilang jangang mengurusi itu sekarang, besok saja."

"Tapi aku tidak bisa tidur jika urusan ku belum selesai dan..."

Cup

Belum sempat Annisa menyelesaikan ucapannya Deon langsung mencium bibir Annisa dengan cepat.

"Lanjutkan saja bicaramu lagi jika mau lebih dari ini." Ancam Deon yang membuat Annisa langsung tak berkutik.

Wajah Annisa langsung berubah memerah karena malu. Dia langsung masuk ke kamar tanpa suara.

Bibir Deon langsung melengkung sempurna melihat tingkah Annisa itu. Mungkin senyum pertama semenjak ia tidak pernah tersenyum kembali.

Kemudian Deon segera masuk ke kamar nya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Dia tidak habis pikir bisa berjumpa dengan wanita seperti Annisa malam ini.

Terpopuler

Comments

Mien Mey

Mien Mey

ga usah heran dion kl.kamu bs dihianati pasti kamu bkl ketemu perempuan yh lbh baik berterimakasihlah pd author😂

2021-11-03

1

Gusti Biang Riskaa

Gusti Biang Riskaa

adudu senangnya hatiku

2021-05-06

0

Sita Aryanti

Sita Aryanti

untung salah kmar..jd bs selamat

2021-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!