AWAL SEBUAH JEBAKAN
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Semilir angin sejuk menyejukan hati. Setetes embut menyentuh kalbu. Mentari bersinar dibalik pegunungan. Pagi nan indah menyambuat hari....
Mata indah milik seorang gadis mulai terbuka. Wajahnya yang mulus mengalahkan kelembutan embun pagi. Hari yang cerah pagi itu membuat senandung burung berkicauan. Cerahnya hari membuat senyum ceria setiap insan. Namun, berbeda dengan gadis pemilik mata indah itu. Harinya suram seperti hari – harinya seminggu ini.
“Haaah.... sudah pagi lagi” Gumamnya sambil membuang nafas kasar.
Hari – hari yang berat baginya setelah kepergian sang ayah. Sudah beberapa menit berlalu ia masih terbaring di kasur empuknya.
Ketukan diarah pintu utama mengagetkannya pagi itu.
“ Tok tok tok.... Annisaaaa?” Panggil seorang pria paruh baya dari luar.
Tak ada sahutan dari annisa, dia mengetuk lagi.
“Tok tok tok.... Annisaa.. Apa kamu ada didalam?
Mendengar ketukan di depan rumahnya dan panggilan akan namanya membuatnya bergegas bangkit dari tempat tidurnya.
Tangan nan halus mulai menyentuh ganggang pintu utama, disambut senyum indah seorang pria paruh baya saat pintu mulai terbuka, pak eko namanya. Beliau tetangga annisa yang tinggal di seberang rumahnya.
“Ada apa pak eko?” tanya annisa dengan ramah.
“Mohon maaf nih nak nisa, saya sudah mengganggu paginya nak nisa. Ada yang mau saya bicarakan.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Nggak apa – apa kok pak, masuk dulu.” Sambil memutar tubuhnya berjalan menuju ruang tamu yang diikuti langkah kaki pak eko.
“Ada apa sih, apa sangat penting sampai pagi – pagi sudah kesini.” Gumamnya dalam hati.
“Duduk dulu pak, saya buatkan minum sebentar.”
“Nggak usah nak nisa, saya sudah minum tadi di rumah.” Jawabnya sambil duduk di sofa ruang tamu rumah annisa.
“Ya sudah, apa yang mau pak eko bicarakan?” tanya annisa sambil duduk di sofanya.
Saat memulai pembicaraan, pak eko menarik nafas panjang dengan perasaan sedikit ragu untuk mengatakan. Bingung untuk memulai apakah pantas untuk dikatakan saat ini atau tidak.
“Ada apa sih pak, kok malah jadi ragu untuk mengatakannya? Katakan saja pak, nggak apa – apa kok.” Ucap anissa dengan ramah.
“Emmmm.... Begini nak nisa. Mohon maaf nih, kalau waktunya kurang pas untuk dikatakan.”
“Iya pak, katakan saja.
“Teman saya yang seorang pengusaha di kota, saat ini dia sedang mencari karyawan di cafe miliknya nak nisa.”
“Maksud pak eko apa ya?”
“ Yaaa... Maksud saya, saya menawarkan sama nak nisa apa nak nisa mau kerja sama teman saya? Gajinya sangat besar nak nisa lima kali lipak gaji kepala desa kita sebulannya. Terus, tempat tinggal dan ongkos makan juga sudah ditanggung. Kalau nak nisa keberatan, nggak apa – apa juga sih tapi saya kasian sama nak nisa kan nak nisa nggak ada kerjaan juga.” Ucapnya panjang lebar.
Annisa merasa bingung dengan tawaran dari pak eko ini. Dia terlihat menunduk memikirkan keputusan yang akan diambilnya.
“Pikirkan saja dulu nak nisa, nanti sore saya akan kemari lagi.” Sambung pak eko setelah melihat annisa yang masih bingung.
“Kalau begitu saya pamit dulu nak nisa, sekali lagi maaf sudah mengganggu nak nisa pagi – pagi begini.”
“Ah iya pak, saya pikarkan dulu ya!!” Jawab annisa tegas
Setelah kepergian pak eko dari rumahnya. Annisa bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sambil berendam memikirkan tawaran dari pak eko.
“Aku memang lagi perlu pekerjaan sih. Uang tabungan ku juga hampir habis. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku kalau begini. Apa kuterima saja ya tawaran dari pak eko. Kan lumayan buat hidup dan sisanya bisa ku tabung untuk ku membuka usaha di desa ini nanti.” Pikir annisa sambil merancang kelanjutan hidupnya.
Tanpa berpikir panjang, dia langsung memutuskan untuk pergi ke kota. Rasa kesedihannya telah mengalahkan kecerdasannya dalam berpikir.
Bergegaslah ia menyelesaikan mandinya, lalu langsung memakai pakaian rapi dan menuju ke dapur membuat sarapan.
Selesai sarapan ia pun tidak menunggu pak eko untuk kerumahnya nanti sore. Namun ia langsung menuju ke rumah pak eko dengan segera untuk mengatakan keputusan yang telah ia buat.
“Tok tok tok... permisi pak ekooooo? Apa ada di rumah?”
Mendengar suara ketukan dan suara annisa, bergegaslah pak eko membukakan pintu.
“Eh nak nisa, silahkan masuk nak!”
“Iya pak.”
“Loh kok sudah kesini, kan saya bilang nanti sore saya yang akan ke rumah nak nisa.”
“I....Iya pak, saya rasa sudah memutuskan keputusan saya. Jadi saya rasa langsung saya sampaikan saja.” Jawab annisa dengan sedikit rasa malu.
“Waaah nak nisa ini nggak sabaran ya rupanya.”
“Hehehee.... bukan begitu pak, saya rasa karena sudah saya putuskan jadi tidak perlu merepotkan bapak untuk pergi kerumah saya nanti sore. Lebih cepatkan lebih baik pak.”
“Iya, jadi gimana keputusan nak nisa?”
“Saya setuju pak atas tawaran bapak, tapi bagaimana dengan rumah saya ini pak.”
“Nak nisa tidak perlu khawatir masalah rumah nanti biar pak eko yang ngerawat, seminggu sekali pak eko bisa bantu membersihkannya.”
“Duuuh, malah merepotkan pak eko dong saya. Saya nggak punya apa – apa lagi pak buat bayar bapak untuk merawat rumah saya.”
“Nggak apa – apa nak, saya ikhlas bantu nak nisa. Kan kita tetangga, sebagai tetangga yang baik kan harus saling membantu. Bukan begitu nak nisa?”
Ah, Iya pak. Sekali lagi saya benar – benar berterima kasih dengan pak eko. Sudah sangat membantu saya.”
“Tidak perlu sungkan nak.”
“Jadi kira – kira kapan saya bisa berangkat ke kota pak?”
“Bagaimana kalau besok. Kebetulan asisten teman saya masih ada di sini nak nisa. Jadi nak nisa nggak perlu keluar ongkos untuk berangkat. Bisa langsung ikut dengannya saja besok.”
“Secepat itu pak? Waaaah kalu begitu saya harus siap – siap dong sekarang.”
“Iya nak, silahkan jika mau beres – beres dulu.”
“Kalau begitu saya pamit dulu pak.” Ucapnya sambil pergi meninggalkan rumah pak eko.
Dengan terburu – buru annisa menuju ke rumahnya.
Pak eko yang memandangi punggung anak gadis itu sampai tak terlihat lagi bayangannya. Ada rasa sedikit bersalah dalam hatinya. Tapi egonya mengalahkankan rasa ibanya terhadap annisa. Dia hanya berharap bahwa apa yang dilakukannya akan membuat hidup anak gadis itu lebih baik walaupun dalam jalan yang salah. Toh annisa juga tidak mempunyai siapa – siapa lagi, jadi tidak ada yang bisa menuntut dirinya akan apa yang terjadi terhadap annisa. Begitulah pikirnya.
“Maafkan saya nak nisa, saya juga terpaksa membohongi kamu karena saya juga sangat memerlukan uang.” Sedikit rasa iba dalam pikiran pak eko namun ditepisnya dengan kekurangannya.
Jelas saja ada rasa bersalah di hati pak eko, karena kenyataannya bahwa annisa tidak akan mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan cafe namun dia telah menjual gadis itu ke tempat prostitusi.
HALO TEMAN – TEMAN, SALAM KENAL DARIKU. MOHON DUKUNGANNYA YA!!! INI NOVEL PERTAMAMKU. TOLONG BERIKAN KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN. MOHON MAAF JIKA MASIH ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN MAUPUN EJAAN. SERTAKAN SEMUA KESALAHAN YANG ADA DALAM KETIKAN DIKOLOM KOMENTAR YA!!! TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Risma Riskita
astagaaa kejem bng pak eko😡😡😡
2022-10-24
0
flow🌹🌹🌹
hrus di santet online tu pk eko dari sini..
2022-04-29
0
Ernanina
astagfirullah haladzim pak eko kejem bgt
2022-03-06
0