\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hari mulai siang. Matahari mulai memanas. Kedua orang asing yang akan menikah itu malah membuat suasana siang menjadi sejuk. Semua mata menatap pasangan itu tak berkedip.
Deon sengaja menggandeng tangan Annisa layaknya sepasang kekasih. Wajah Deon yang biasanya memasang wajah dengan tatapan tajam. Kini berubah sayu dan meneduhkan, ditambah senyum indah yang menghiasi setiap langkanya.
Sungguh pasangan serasi jika dilihat. Paras yang sama - sama tampan dan cantik. Tubuh tinggi bak model profesional. Meskipun penampilan Annisa sedikit kampungan, namun kecantikan wajahnya yang natural mengalahkan segalanya.
"Kita mulai dari toko pakaian terlebih dahulu. Mata ku sakit melihat penampilan mu." Ucap Deon sambil berjalan menuju sebuah butik khusus pakaian wanita.
Setelah masuk, Deon langsung memilih beberapa pakaian secara acak untuk di coba terlebih dulu oleh Annisa.
Annisa mengambil baju yang dipilih oleh Deon dan membawanya ke dalam ruang ganti. Sebelum dia mencobanya. terlebih dahulu Annisa melihat label harga dari setiap potong pakaian.
Alangkah terkejutnya Annisa melihat harga setiap potong baju yang di pegangnya.
'Gilaaaa.... Ini baju dari kain kan ya bukan dari emas. Kenapa harganya bisa semahal ini. Jika beli di pasar aku bisa beli berkodi - kodi dengan sepotong baju ini. Sepertinya aku tidak bisa menerima ini.'
Annisa keluar dan menghampiri Deon yang tengah duduk santai di ruang tunggu.
"Maaf tuan Deon, aku tidak bisa menerima ini."
"Kenapa? Apa modelnya tidak sesuai dengan seleramu?"
Annisa mendekat dan duduk di samping Deon. Kemudian dia berbisik.
"Harganya sangat mahal tuan. Lebih baik kita beli di pasar saja."
"Kau menghinaku Annisa. sudah masuk sana, coba semua pakaian tadi segera."
"Tapi aku tidak bisa menerima nya, kau sudah menghabiskan banyak uang untuk ku."
"Aku tidak membelikan secara cuma - cuma. Kau akan membayarnya dengan menjadi istri ku.
"Tapi...." Belum sempat Annisa menghabiskan kalimatnya Deon langsung memotong perkataannya.
"Sudah ku bilang aku tidak suka dibantah. Kau sudah tau akibatnya." Ancam Deon yang langsung membuat Annisa menjauh darinya.
Ancaman itu sangat berhasil membungkam perkataan Annisa. Sepertinya Deon menjadikan kalimat itu sebagai kuncinya agar tidak dibantah lagi oleh Annisa. Benar saja, Annisa langsung pergi jika Deon mengatakan nya.
'Dia sangat pandai membuat ku mati kutu.'
Tidak berapa lama Annisa keluar dengan pakaian pertama.
Deon terpesona melihatnya, sangat cantik pikirnya. Ya, memang Annisa sudah cantik tapi ditambah dengan penampilan yang mendukung menambah aura kecantikan nya.
"Sempurna. Coba lagi yang lainnya."
Annisa dengan sangat patuh kembali ke ruang ganti. Sampai pada pakaian terakhir.
"Langsung pakai itu. Jangan pakai lagi baju mu yang kampungan itu."
"Baiklah..." Annisa menyahut tanpa membantah kali ini. Ia malas berdebat lagi dengan Deon, menurut saja pikirnya.
Kemudian deon kembali memilih baju untuk Annisa. Dia sekarang sudah tau ukuran yang cocok untuk dipakai Annisa.
Annisa ternganga melihat Deon yang memilih banyak baju hingga puluhan.
"Kamu yakin membeli semua baju ini?" Tanya Annisa yang terkejut.
"Tentu saja, aku tidak mau melihat kamu memakai baju kampungan di hadapan ku."
"Satu baju saja harganya sudah seperti itu bagaimana semuanya."
"Jangan membuat ku malu karena omonganmu. Sudah ku bilang kau akan membayarnya dengan menjadi istriku."
"Aku yakin bukan itu alasannya, pasti kau punya rencana lain."
"Hahaaa... Kenapa kau selalu benar. Tepat sekali. Aku punya rencana nanti ku jelaskan. Bisakah setelah ini kau diam saja dengan apa yang akan ku lakukan."
"Oke..."
Mereka berjalan menuju kasir. Annisa terkejut melihat nominal harga dari total jumlah baju yang dibelikan Deon untuknya. Tapi dia malas untuk membantah, karena ia tau resiko nya.
Mereka keluar dari tempat itu dan berjalan ke arah toko kosmetik.
"Mau apa kita ke sini." Tanya Annisa ke Deon karena sebenarnya Annisa tidak pernah menggunakan perawatan tubuh. Annisa sudah cantik dari lahir dengan wajah tanpa cela dan noda. Kulit putih dan wajah yang terlihat baby face dengan bibir merah muda natural.
"Tentu saja membelikan mu perlengkapan perawatan kulit."
Deon mengambil sabun, shampoo dan perlengkapan mandi tanpa bantahan dari Annisa. Kemudian menuju perlengkapan make up.
"Aku tidak memakai itu." Ucapnya saat melihat Deon mengambil lipstik dan bedak.
"Kau harus belajar menggunakan nya. Aku akan memilih yang natural untuk mu. Penampilan dan tata rias mu harus seimbang."
"Apa yang kau rencanakan sih. Kenapa aku harus berpenampilan seperti orang lain. Aku cukup menggunakan bedak bayi, biasanya cuma itu yang ku pakai."
"Kau sudah tua, kenapa pakai bedak bayi?"
"Ya aku merasa suka dengan bau nya, juga tidak berat di wajah. Entahlah, rasanya nyaman saja."
"Kau bisa memakainya jika kita punya bayi." Goda Deon yang lagi - lagi membuat Annisa terdiam.
Deon langsung meninggalkan Annisa yang menunduk malu, dan dia kembali memilih keperluan Annisa.
Setelah selesai, mereka menuju kasir. Lagi - lagi Annisa terkejut melihat pembayaran belanjaannya.
'Astaga.... Aku bisa jantungan jika terus berjalan dengan orang ini. Dia membeli hal yang tidak berguna dengan harga segitu. Tidak dapat ku percaya. Sudahlah, toh uang dia juga kan. Kenapa aku jadi khawatir dengan rencananya ya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk ku, pasti aku juga harus membayarnya dengan sesuai kan.'
Deon sudah selesai dengan pembayaran dan langsung keluar dari toko. Namun Annisa masih mematung terbengong di depan kasir.
"Woy bunglon!! Kenapa kau suka sekali bengong sih." Deon langsung menarik tangannya dan mereka pergi meninggalkan toko kosmetik itu.
"Kita makan siang dulu ya, sekalian aku akan menjelaskan padamu tentang rencana ku. Biar kamu tidak bengong terus dan tidak membantahku."
Annisa dengan sangat patuh mengikuti langkah kaki Deon tanpa ada bantahan lagi.
Tanpa mereka sadari di kejauhan ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka.
Joni si asisten pribadi Deon tengah memperhatikannya dari jauh. Dia menerka - nerka apa orang yang di lihatnya benar - benar bosnya atau bukan. Joni sangat tau tentang trauma bosnya, rasanya tidak mungkin Deon bisa jalan dengan seorang wanita apa lagi sambil pegangan tangan.
'Apa aku salah lihat? Itu beneran bos Deon kan? Tapi rasanya tidak mungkin dia bisa menggandeng wanita. Tapi mataku kan masih normal. Eh, siapa tau hanya miripkan. Tapi tidak mungkin, kan wajah bos Deon limited edition. Hah, sudahlah harusnya aku mengikutinya lagi.' Gumam Joni yang berdebat dengan pikirannya sendiri.
Namun, setelah dia sadar dari pertempuran dengan pikirannya sendiri. Deon sudah menghilang tanpa jejak.
"Haaaah sial, kenapa aku bisa kehilangan orang itu sih." Ucap Joni sambil menjambak rambut nya sendiri.
"Aku harus mencarinya lagi, aku masih penasaran dengan orang itu." Kemudian Joni berjalan mengitari tempat dia melihat Deon.
Namun Deon benar - benar sudah menghilang karena Deon pergi ke restauran di lantai yang berbeda dari tempatnya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nesa Satria
bener👍👍👍👍👍
2021-01-28
2
Dede Simeut
Karena ceritanya bagus dan ringan, gk usah lg d komen cukup like vote ajha he...
2021-01-07
3
Yadi
kok nggak ada komentar sih..? gue udah 5x ngulang baca bab ini
2020-11-28
1