Menikahlah Denganku

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Masih di pagi dan tempat yang sama.

"Mari kita bicara." Deon mengarahkannya dan berjalan ke ruang tamu.

"Sebelum kita mulai membahas masalahmu. Bagaimana jika kau ceritakan dulu tentang dirimu."

"Nama lengkapku Annisa Pertiwi, kau bisa memanggilku Annisa atau Nisa. Aku berasal dari desa 'S' . Aku dibesarkan oleh ayahku karena ibuku sudah tiada semenjak melahirkan ku. Tapi beberapa waktu lalu ayahku juga sudah meninggal dunia dan sekarang aku hidup seorang diri." Jelas Annisa secara panjang lebar.

"Aku ikut berduka. Lalu apa karena itu kau dengan mudahnya mengikuti ajakan untuk bekerja di kota?"

"Iya, ku pikir juga tidak ada yang ku lakukan juga di desa. Aku juga bermasalah dengan keuangan." Ucapnya sambil menundukkan kepala menahan air mata yang mulai menetes.

Mendengar penjelasan Annisa membuatnya tersentuh.

"Lalu, bagaimana denganmu. Kamu siapa dan apa pekerjaan mu?" Tanya Annisa yang membuat Deon terkejut.

"Kau berani bertanya dengan ku? Aku bahkan sudah menolongmu."

"Maaf, tapi aku hanya bertanyakan. Siapa tau kau adalah pembunuh bayaran atau penjual organ."

Deon tidak habis pikir mendengar ucapan Annisa namun hal itu justru membuatnya tergelitik.

"Tepat sekali!!! Ginjal mu sehat kan?" Deon memasang wajah dengan tatapan tajam dan mulai mendekatinya.

"Kauuuuuu.....!!! Jangan coba - coba mendekat." Jawab Annisa sedikit takut.

"Huahahahahaaaa ... Kau lucu sekali" Ucap Deon sambil mencubit kedua pipi Annisa.

"Aku bercanda." Sambungnya

Bluuush...

Pipi Annisa memerah karena perlakuan Deon.

" Perkenalkan namaku Deon Gibran. Aku punya perusahaan milik keluarga, jadi aku bekerja di perusahaan keluarga."

"Ooooooooh... Apa aku bisa bekerja di perusahaan mu."

"Tidak, aku sudah bilang punya pekerjaan untukmu."

"Lalu apa, apa pekerjaan untukku."

"Menikahlah denganku!" Ucap Deon dengan mimik wajah menjadi serius.

"Hah... Apa maksudmu?"

"Aku akan menikahimu."

Seketika raut muka Annisa menjadi sedih dan dia mulai menunduk.

"Maafkan aku. Sepertinya aku tidak pantas untukmu. Aku terlalu banyak merepotkanmu."

"Jika kau menikah denganku maka semua hutangmu ku anggap lunas."

"Tetap saja tidak bisa. Tadi malam aku juga sudah kehilangan kehormatan ku." Mata Annisa mulai berkaca - kaca.

"Aku tau itu."

"Bagaimana kau bisa tau? Apa tuan Zen mengatakan nya padamu?

"Tidak, karena aku yang telah mengambil kehormatan mu itu."

"Kau jangan bicara sembarangan, jangan bercanda lagi. kau sudah mau membantuku untuk keluar dari lembah kelam. Kini kau ingin menaikan kehormatan ku dengan menikahiku. Kau terlalu baik tuan Deon."

"Aku tidak bercanda. Ada tahi lalat di bawah dada kananmu."

Sontak Annisa terkejut mendengarnya, jawaban Deon memang sangat tepat. Memang benar ada tahi lalat di bawah dada kanannya.

"Ternyata aku salah menilaimu. Ku pikir kau adalah dewa penolong yang di kirim tuhan untuk ku. Namun ternyata semua salah. Jadi kau membawaku karena kau sudah merasakan tubuhku. Apa kau sudah sering melakukannya. Apa rasa seorang perawan sangat memuaskan untukmu hingga kau rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan ku. Sekarang aku mengerti maksud mu membawaku kesini." Air mata Annisa tak dapat dibendungnya lagi. Ia menangis tersedu - sedu mendengar kenyataan pahit tentang penilaiannya terhadap Deon.

Annisa berdiri dan membelakangi Deon untuk pergi dari hadapan Deon. Secara cepat Deon menangkap tangannya dan memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku, sulit bagiku untuk mengatakan ini sebelumnya. Ini juga yang pertama kalinya untukku. Aku terpengaruh alkohol saat itu. Itulah sebabnya aku membawamu pergi dari sana. Ada rasa bersalah di hatiku. Ku pikir aku akan menikahimu sebagai pertanggung jawabanku. Ku mohon terima lah!" Ucap Deon tanpa melepaskan pelukannya.

"Menikah itu adalah suatu hal yang sakral tuan. Kau tidak bisa menikah seenaknya saja seperti yang kau katakan. Apa lagi menikah tanpa cinta."

"Aku tau itu, aku sudah memikirkannya. Masalah cinta, bukankah cinta bisa tumbuh dengan sendirinya dalam kebersamaan. Kenapa tidak kita coba."

"Aku akan memikirkan nya dulu."

"Tidak usah di pikirkan. Itu sudah sangat bagus. Kamu akan bebas tinggal disini. Semua kebutuhan mu akan ku tanggung."

"Tapiii....."

Cup

Deon mencium bibir Annisa yang ingin membantahnya.

"Aku tidak suka di bantah. Persiapkan dirimu, kita akan pergi keluar."

"Mau kemana?"

"Kau mau ku cium lagi, jangan cerewet. Ganti bajumu."

Mendengar ancaman dari Deon membuat Annisa bergegas pergi ke kamarnya dengan berlari - lari kecil. Kemudian, ia segera menutup pintu kamarnya.

Dah Dig Dig jantung Annisa tidak bisa dikontrol.

'Kenapa kau selalu membuat jantung ku tak terkontrol tuan Deon. Sepertinya kau ingin membunuhku perlahan dengan merusak jantungku' Gumam Annisa sambil tersenyum.

Tidak perlu lama Annisa sudah siap dan menghampiri Deon yang sudah menunggunya. Raut wajah Deon berubah masam melihat pakaian Annisa.

"Ada apa dengan pakaian mu? Apa kamu tidak tau dengan tren pakaian dan sejenisnya. Gayamu kampungan sekali."

"Hei, aku sudah memakai pakaian terbaikku."

"Kau tidak pernah melihat di media sosial di ponselmu tentang pakaian seperti apa yang lagi trend. Itu pakaian mu jenis pakaian abad keberapa hah!"

"Kenapa kau malah cerewet sekali hanya masalah pakaian. Aku tidak punya ponsel bagaimana aku tau cara pakaian sekarang."

"Apa?! Astaga... kau membuatku terkejut, kau benar - benar sangat polos."

Annisa hanya cemberut mendengar perkataan Deon.

"Ayo kita berangkat." Sambil menggandeng tangan Annisa yang kemudian terkejut melihat tangannya yang kini menyatu di tangan Deon.

"Kita mau kemana?"

"Menjual ginjalmu, mumpung masih sehat." Ucap Deon sambil tersenyum.

"Kau gila." Langsung Annisa menarik tangannya dari genggaman Deon.

"Aku bercanda, kenapa kau sensitif sekali tidak bisa di ajak bercanda."

"Itu karena kau yang tidak pandai melihat situasi saat bercanda.

Mereka berjalan menuju garasi mobil. Saat pintu garasi terbuka, mulut Annisa ternganga melihat deretan mobil yang tersusun lebih dari satu.

"Tutup mulutmu, kau ingin membuat semua lalat bersarang dimulut mu?" ucap Deon Sambil membungkam mulut Annisa dengan telapak tangannya.

"Eh maaf, aku hanya takjub."

"Memangnya kenapa?"

"Apa semua ini mobil milikmu?"

"Bukan, tapi milik tetanggamu. Hahaa... Tentu saja milikku bodoh. Jika semua benda ini ada di tempat ku artinya semua ini milikku."

"Seharusnya kau jadi pelawak saja tuan Deon. Kau akan laku keras di dunia hiburan. Dari tadi bercanda terus."

'Aku juga bingung Annisa, kenapa setelah bersamamu aku menjadi berubah seperti ini. Aku seperti burung yang keluar dari sangkar. Merasa bebas dan tidak terkekang lagi.' Gumam Deon dalam hati.

"Sudahlah, ayo naik. Aku akan mpermakmu hari ini."

"Hei, aku bukan celana jeans yang bisa di permak. Tutur bahasamu asal - asalan tuan Deon."

"Itu karena kamu kampungan."

"Ah sudahlah, kau menang Deon."

Senyum kemenangan melengkung indah di bibir Deon.

'Kau bagai mainan menakjubkan yang singgah di hidupku Annisa. Sepertinya aku sungguh jatuh cinta padamu.'

Terpopuler

Comments

Suhrat Danish

Suhrat Danish

wah makin seruh ni ceritanya

2022-01-31

0

Meylin

Meylin

kirain Deon tukang clup sana sini ma cewek yg kbnyakan dunia halu novel biasnya CEO ganteng berduit pergi k club' seperti itu

2021-07-20

0

nayaka

nayaka

keren banget...

2021-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!