My Boss, Is My Husband
Hanna Jasmine
Seperti biasa, gadis itu kesiangan lagi. Kebiasaan buruk yang belum bisa ia ubah sampai detik ini.
"Oh tidak, Hanna!" Pekiknya sambil bergegas bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa. Lalu kembali berbalik untuk mematikan jam wekernya yang masih setia berbunyi, bahkan setelah 30 menit semenjak waktu yang sudah Hanna setel. Yap, ia bahkan tidak bangun walaupun alarm sudah berbunyi 30 menit lamanya.
"Hufftttt..." Hanna mencoba mengatur nafas, sekali lagi memeriksa penampilannya didepan cermin, tampaknya ia sudah siap untuk berangkat. Tidak lupa ia raih ID Card nya, Kartu Pengenal Karyawan yang 3 hari lalu Hanna terima setelah ia dinyatakan lulus seleksi untuk magang di sebuah perusahaan Majalah Fashion.
"Waktunya kita berangkat, let's go!" Ditemani si Pinky, motor matic yang selalu setia menemani dan menjadi saksi perjuangan Hanna menyusuri jalanan untuk bertahan hidup sebatang kara di kota besar ini.
Setelah menerobos beberapa lampu merah, tentu itu bukan hal yang patut di contoh. Namun, Hanna tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja.
Iiitttttt.... Dubrakkkk !!!
Hanna tidak bisa menghindari sebuah mobil yang berhenti karena lampu merah. Dan kecelakaan itu pun tak dapat terelakkan.
Hanna tersungkur dan terjatuh, untung ada beberapa orang yang langsung membawanya dan si Pinky ke bahu jalan.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampiri Hanna.
Hanna yang sedang sibuk menepuk-nepuk celana jeansnya yang sedikit sobek dibagian lutut, mendongakkan wajah dan melihat ke arah sumber suara. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang ia tabrak. Dan bisa langsung Hanna pastikan, pria yang berpenampilan rapi dengan setelan jas ini pasti pemilik dari mobil yang baru saja Hanna tabrak.
"Maaf maaf, aku benar-benar tidak sengaja." Sambil berulang kali membungkukkan tubuhnya. Tubuh Hanna masih gemetar, takut dan terkejut karena kecelakaan yang baru saja ia alami.
"Apa kau terluka?" Tanya pria itu, seperti mengkhawatirkan Hanna.
"Tidak! Aku baik-baik saja. Maaf, aku pasti akan ganti rugi." Dengan tergesa-gesa, Hanna keluarkan selembar kertas dan pulpen dari dalam tasnya. "Ini nomor kontak Ku, maaf aku sedang buru-buru." Untuk sekian kalinya Hanna kembali membungkuk dan bergegas menuju motor matic nya.
Sayangnya, disaat yang sangat genting itu, si Pinky justru mogok.
"Ayolah Pinky, kita sudah terlambat." Gumam Hanna seorang diri.
"Kalau tidak keberatan, Aku bisa memberi mu tumpangan." Suara itu kembali mengagetkan Hanna. Hanna pikir Pria itu sudah pergi dari tadi.
"Tidak apa-apa, terimakasih." Dengan senyuman canggungnya. Hanna masih berusaha menghidupkan motornya yang nyatanya hanya sia-sia.
"Tidak perlu takut, aku bukan orang jahat." Pria itu mencoba meyakinkan Hanna. Sebenarnya Hanna bukan takut, Hanna hanya merasa tidak enak. Normalnya orang akan marah-marah ketika mobilnya di tabrak orang lain, bukan justru menawarkan diri seperti yang dilakukan pria ini.
Hanna melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sungguh tidak apa-apa?" Tanya Hanna memastikan. Waktunya hanya tinggal 5 menit untuk sampai di kantor atau ia benar-benar akan terlambat.
Pria itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah...!" Hanna langsung bergegas menuju ke mobil pria itu dengan buru-buru.
Yapp..
Ia melupakan sesuatu.
Hanna kembali menoleh ke belakang, ternyata pria itu sudah mendorong motor Hanna ke depan salah satu toko disana dan berbicara dengan sang pemilik toko sambil menyodorkan kartu namanya. Lalu kembali menuju ke mobil nya dan tak lupa melempar senyum manisnya ke arah Hanna.
Detik itu, Hanna seakan terhipnotis. 'Apa dia malaikat?'
"Ke..." Tanya si pria menggantung.
"Zillow Group." Sela Hanna cepat bahkan sebelum pria itu sempat menyelesaikan kalimatnya.
Pria itu kembali tersenyum dan mengangguk. Lalu mengemudikan mobilnya dengan santai setelah memasang safety belt. Lutut Hanna tidak bisa berhenti ia gerakkan naik turun, sebenarnya Hanna sangat geram dengan pria itu yang mengemudi sangat santai, sedangkan Hanna sudah terlambat.
"Maaf, apa Anda bisa lebih cepat? Ini hari pertama saya bekerja, dan saya sudah terlambat." Dengan sangat hati-hati, kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Hanna setelah sudah dengan sangat Hanna tahan.
"Kita harus mengutamakan keselamatan." Ucapnya.
"Tentu!" Hanna kembali tersenyum canggung.
*
Mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk Zillow Group.
Saking terburu-burunya Hanna langsung keluar dari mobil dan lupa mengucapkan terima kasih.
Ia berlari masuk kedalam perusahaan yang mulai di padati karyawan.
"Ma.. ma-maaf buk, aku terlambat." Hanna belum sempat mengatur nafasnya. Dan kini, ia sudah berdiri tepat di depan meja manager.
Manager wanita itu melihat ke arah Hanna dari ujung kaki hingga ujung kepala, dengan ekspresi biasa saja. mimik wajahnya datar, sehingga sulit bagi Hanna menebak, dia sedang marah atau tidak.
"Kau terlambat 5 menit di hari pertamamu." Wanita dengan penampilan modis itu bangkit dari balik mejanya sambil melihat jam arlojinya.
Dengan ragu-ragu Hanna ikuti langkah wanita itu yang akhirnya berhenti di sebuah meja kerja.
"Ini meja mu, dan ini berkas yang harus kau koreksi. Lalu serahkan kepada ku."
Wanita dengan wajah datar itu kembali beranjak ke meja kerjanya. Meninggalkan Hanna tanpa beberapa penjelasan yang seharusnya di berikan bukan.
"Huffttt.. Semangat Hanna." Hanna duduk di balik meja kerjanya. Untuk pertama kalinya, tanpa pengalaman kerja sebelumnya. Ia tatap kosong berkas yang tergeletak di hadapannya. "Koreksi?" Hanna buka berkas tersebut, lalu ia bolak balik halaman yang sama sekali tidak ia mengerti itu.
"Apa yang harus aku koreksi?" Gumam Hanna.
Hanna mengalihkan pandangannya ke sekeliling, semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Ada beberapa yang ia kenal, mereka juga karyawan magang yang baru diterima sama dengan Hanna. Hanna ingat pernah bertemu mereka saat wawancara. Mereka terlihat sibuk dengan pekerjaannya. "Apa cuma aku yang tidak mengerti dengan apa yang harus aku kerjakan?" Batin Hanna
Dengan linglung dan tanpa arah, Hanna coba buka kembali berkas tersebut dan ia baca dengan teliti sambil mencari referensi di internet.
Dan, ia mulai paham setelah membaca penjelasan di internet. Dengan semangat mulai Hanna kerjakan pekerjaan pertamanya itu.
"Selesai..." Dengan senyuman sumringahnya. Dengan begitu semangat Hanna bangkit dan menyerahkan berkas itu kepada manajer.
"Cepat sekali." Imbuhnya masih dengan ekspresi datar. Dia membaca dengan teliti berkas yang sudah Hanna koreksi tersebut. Terus Hanna perhatikan mimik wajah wanita itu yang masih tetap terlihat datar.
"Apa memang dia tidak memiliki ekspresi." Batin Hanna dalam hati.
"Bagus, kau mengerjakannya dengan susunan yang sangat rapi dan mudah di pahami. Cukup memuaskan untuk pekerjaan pertama mu." Pujinya!
Hanna tersenyum puas.
"Terimakasih bu." Untuk pujiannya. "Kalau begitu aku permisi." Ujar Hanna. Hanna pun berbalik hendak kembali ke meja kerjanya.
"Tunggu!"
Spontan Hanna langsung kembali menghadap ke arahnya.
"Iya bu." Jawab Hanna sopan.
"Tolong gandakan berkas ini." Wanita itu menunjuk setumpuk berkas yang ada di samping mejanya.
Hanna berjalan mendekat. "Semuanya?" Tanya Hanna memastikan.
"Lantas?" Dia balas bertanya.
"Baik bu, akan aku kerjakan." Hanna meraih berkas yang tumpukkannya hampir setengah meter itu.
Dengan susah payah berjalan menuju... "Dimana ruang penggandaan dokumen?" Tanya Hanna pada diri sendiri.
"Maaf, permisi mau tanya ruang penggandaan dokumen nya dimana ya?" Tanya Hanna akhirnya pada salah seorang karyawan.
"Disana." Sambil menunjuk sudut ruangan.
"Terima kasih.." Hanna sedikit menganggukkan kepalanya, setelahnya ia berjalan ke arah yang di tunjuk karyawan tadi.
Hampir setengah jam Hanna habiskan waktu untuk menggandakan semua berkas tersebut.
Dan kini, berkas-berkas itu menjadi dua kali lipat banyaknya. Hanna kembali membawa berkas itu ke meja kerjanya. Lalu menemui Bu Mirna, managernya.
"Bu, berkasnya sudah selesai saya gandakan." Ujar Hanna, pada Bu Mirna yang tampak sibuk di balik meja kerjanya.
Tanpa menjawab, wanita itu bangkit lalu memeriksa hasil pekerjaan Hanna.
"Apa kau tidak menyusunnya seperti semula?" Tanyanya dengan nada sedikit meninggi.
"Apa aku harus menyusunnya seperti semula?" Otak Hanna berputar. "Maaf bu, tadi..."
"Saya tidak butuh alasan, susun kembali seperti semula." Bentaknya tanpa mau mendengarkan penjelasan sedikitpun.
"Oh tidakkk!" Pekik Hanna dalam hati ketika melihat berkas yang bertumpuk di meja kerjanya.
TO BE CONTINUED>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Siti Aminah
sepertiny bagus ceritany...
2024-02-22
3
Ocha Ocha
aku banget nggak tuh
2023-12-23
1
𝕿нє тα𝖇
aduh kok mirip drachin ya😅
2023-12-21
2