"Selamat pagi, Pak." Sapa Hanna dengan semangat, menyambut kedatangan Rey.
Sedangkan Rey, jangankan membalas sapaan Hanna, menoleh pun tidak. Ia langsung masuk ke ruangannya dengan raut wajah seperti biasa, datar dan dingin.
"Kenapa raut wajahnya selalu tampak murung." Hanna membatin.
Hanna kembali duduk, memainkan bolpen yang berada di tangannya dengan pikiran yang terus menerka-nerka.
"Hannaaa ..." Lora, dengan heboh langsung berlari ke arah meja kerja Hanna.
Hanna langsung tersenyum sumringah menyambut kedatangan Lora.
"Aku tidak menyangka kau akhirnya-" Ucap Lora terputus, karena mulutnya yang bising langsung di bungkam oleh tangan Hanna.
"Ssttt jangan ribut! Kecilkan suaramu!" Pinta Hanna sambil melirik ke arah ruang CEO yang bisa tiba-tiba keluar dan memberi peringatan keras.
Lora mengangguk cepat, ia begitu excited. Awalnya ia sudah sangat sedih dan kecewa dengan apa yang terjadi pada Hanna. Namun siapa sangka, gadis yang baru saja di pecat kemarin justru tiba-tiba menjabat sebagai sekretaris CEO.
"Aku senang sekali, akhirnya kau kembali." Lanjut Lora, dengan suara yang lebih pelan. "Bagaimana ceritanya?" Tanyanya antusias.
"Ceritanya panjang." Imbuh Hanna dengan wajah tersipu. Sebenarnya ia sendiri pun masih tak percaya dirinya kini menjadi sekretaris CEO dengan gaji cukup fantastis dalam waktu sekejap mata. Mungkin itu buah dari hasil kerja keras dan penderitaan yang di alaminya selama ini.
"Tidak apa-apa, aku akan setia mendengarkannya." Ucap Lora seiring membenarkan posisi duduknya.
Hanna menatapnya tajam. "Aku tahu itu untuk bahan gossip mu kan!" Tebak Hanna.
Lora langsung terkekeh. "Semua orang penasaran, bagaimana ceritanya kau bisa tiba-tiba mendapatkan posisi itu." Imbuh Lora kemudian.
"Huftt..." Hanna menghela napas dalam sambil memutar bola matanya malas.
"Paling tidak aku bisa membelamu dengan cerita yang sebenarnya di depan orang-orang yang bergossip buruk tentang mu." Dengan raut wajah sedihnya.
"Memangnya apa yang mereka katakan tentang ku?" Selidik Hanna penasaran.
"Mereka bilang, kau sengaja merayu wakil Presdir untuk mendapatkan posisi itu." Ujar Lora. Dan akhirnya membuat Hanna terbahak.
"Kau percaya itu?" Tanya Hanna di sela kekehannya.
Lora menggeleng cepat. "Tentu saja tidak!" Jawabnya spontan.
"Tapi itu memang benar." Bisik Hanna pelan. Dan membuat Lora terbelalak dengan ekspresi shock.
"Sungguh?" Tanya Lora memastikan.
"Em.." Diiringi anggukkan kepalanya.
"Aku tidak percaya." Imbuh Lora dengan wajah seriusnya. Itu hampir membuat tawa Hanna pecah. Seakan berhasil mengerjai gadis yang selalu kepo itu. "Kau pasti bercanda!" Lanjut Lora lagi.
"Yasudah kalau tidak percaya." Sambil menaikkan kedua bahunya. "Jadi kau kesini hanya untuk bergosip?" Hanna memastikan.
"Tentu saja, karena butuh tanda tangan pak direktur." Imbuh Lora sambil menyodorkan beberapa dokumen.
Hanna tertawa pelan. Dengan lirikan mata yang membuat Lora juga ikut terkekeh akhirnya.
"Tunggu sebentar." Imbuh Hanna, setelah itu beranjak dari duduknya.
Hanna pun masuk kedalam ruangan Rey, setelah mengetuk pintu.
"Pak, ada dokumen yang harus Anda tandatangani." Imbuh Hanna seiring meletakkan berkas itu di atas meja kerja Rey.
Rey yang tadinya sedang sibuk dengan ponselnya, meraih dokumen itu setelah meletakkan ponselnya di atas meja.
"Jadi benar, kau merayu Raffael?" Tanya Rey tiba-tiba sambil menandatangani dokumen itu.
Pertanyaan itu membuat Hanna tersedak dengan salivanya sendiri.
"Jadi Anda-." Ucap Hanna terputus.
"Suara obrolan kalian terlalu bervolume dan bisa didengar dengan mudah." Ucap Rey datar.
"Maaf, Pak." Hanna membungkukkan setengah badannya. Karena merasa sudah mengganggu ketenangan Rey dari luar sana.
"Jadi itu benar?" Tanya Rey lagi, sepertinya ia benar-benar ingin memastikan hal itu.
"Tentu saja tidak!" Jawab Hanna tegas.
Rey, menyodorkan kembali dokumen yang sudah ditandatangani itu ke arah Hanna.
"Kembali kesini setelah kau menyerahkan dokumen ini!" Perintah Rey.
"Baik, Pak." Hanna mengangguk paham.
Ia keluar dari ruangan Rey, untuk menyerahkan kembali dokumen itu pada Lora yang masih menunggu.
"Kenapa lama sekali?" Protes Lora. Matanya langsung tertuju ke arah jemari Hanna. "Kau sudah menikah?" Tanyanya sambil meraih tangan Hanna dan melihat dengan jelas cincin yang melingkar di jari manis Hanna.
Dengan cepat Hanna menarik tangannya. "Apa cincin ini hanya bisa di pakai oleh orang yang sudah menikah?" Jawab Hanna kikuk.
"Tentu saja tidak! Tapi-"
"Ini! Ambil dokumennya dan cepat serahkan pada atasanmu." Ucap Hanna sambil meraih tangan Lora untuk menerima dokumen itu dengan segera.
"Yasudah.. Kalau begitu, sampai jumpa nanti." Ucapnya dengan wajah lesu.
Seakan tak ingin berpisah. Dulu, ia bisa dengan mudah untuk menemui Hanna. Kapanpun yang ia inginkan, karena mereka berada di lantai yang sama. Tapi sekarang, selain dipisahkan oleh 10 lantai ia juga sudah tidak bisa dengan sembarangan masuk ke lantai unit 13 tempat Hanna berada. Karena hanya yang berkepentingan yang boleh kesana.
Setelah kepergian Lora, Hanna kembali masuk kedalam ruangan Rey. Sesuai dengan perintahnya.
Rey bangkit, dan mempersilahkan Hanna untuk ikut duduk di sofa bersamanya.
"Ada apa ya, Pak?" Tanya Hanna yang seakan tak sabar ingin tahu.
"Bukankah sudah aku katakan, aku tak suka dengan panggilan itu!" Ucap Rey, dengan tatapan tajamnya.
"Tapi terasa tidak sopan, jika aku memanggilmu dengan sebutan nama." Hanna membela diri. "Lagi pula orang lain juga memanggil mu dengan sebutan, Pak." Lanjutnya lagi.
"Mereka hanya bertemu denganku sesekali! Sedangkan kau? Lagi pula ini perintah! Kau bisa meninggalkan posisi itu jika merasa keberatan!" Pungkas Rey, dengan raut wajah serius.
"Ada apa dengannya? Mengapa ia mempermasalahkan hal sekecil itu?" Hanna membatin. "Baiklah, Rey!" Jawabnya singkat, sambil mengangguk.
Rey menghela napas dalam. Lalu bersandar disandarkan sofa sambil mengusap kasar wajahnya.
Ia ingin menyampaikan pembahasan yang dibahasnya tadi pagi di meja makan bersama orangtuanya pada Hanna. Namun, rasanya berat sekali mengutarakan itu semua.
Selain ia tidak rela, ia juga merasa Hanna pasti juga tidak akan setuju.
Rey tidak rela, jika Hanna menemui keluarga besarnya sebagai istrinya. Itu berarti otomatis posisi Myesa benar-benar akan tergantikan.
Ia ingin Myesa yang diperkenalkan sebagai istrinya di hadapan keluarga besarnya.
"Ada lagi yang ingin Anda sampaikan?" Tanya Hanna. Karena jika tidak, ia ingin kembali ke meja kerjanya.
"Keluarga besarku meminta, agar aku membawa istriku di acara pertemuan keluarga minggu depan!" Pungkas Rey.
"Lalu?" Tanya Hanna, sambil mengernyitkan keningnya.
"Apa kau bersedia ikut?" Rey juga ikut bertanya.
"Tentu saja, tidak!" Jawab Hanna spontan. "Bukankah kita sudah berjanji untuk merahasiakannya?"
"Tapi ini sedikit rumit." Ujar Rey yang tampak kebingungan mencari jalan keluarnya.
"Katakan saja istri mu sakit." Imbuh Hanna memberikan alasan yang paling simple.
"Dan mereka akan pergi untuk menjenguk istri ku yang sakit!" Sarkas Rey, memberi balasan untuk ide Hanna. Intinya itu akan sama saja. "Kau pikir mereka sesimpel itu?" Lanjut Rey.
"Yaudah, kalau begitu bawa saja kekasih mu. Bukankah dia sudah kembali." Hanna dengan lugasnya berucap.
Dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rey untuk sekian kalinya.
"Sebaiknya kau diam saja jika tidak tahu permasalahannya." Imbuh Rey sedikit kesal. Andai saja bisa, ia sudah pasti melakukannya tanpa di sarankan oleh Hanna.
"Jadi bagaimana?" Tanya Hanna yang juga sudah di buat pusing. Ia tidak mungkin menghadiri acara itu. Itu sama dengan menyebarkan rahasia pernikahan itu ke dunia.
Bagaimana jika suatu saat, entah dimana. Hanna tiba-tiba bertemu dengan salah satu keluarga besar Rey disaat Hanna sedang bersama seseorang. Dan orang itu akan bertanya tentang Rey pada Hanna karena menganggap Hanna istri Rey. Lalu orang yang sedang bersama Hanna pasti akan curiga dan akhirnya juga akan tahu tentang rahasia itu.
Keduanya, Hanna dan juga Rey. Sama-sama termenung, memikirkan berbagai macam kemungkinan yang pasti akan terjadi.
Namun sekeras apapun mereka memikirkannya. Pilihannya hanya satu, mereka harus tetap menghadiri acara itu. Mau tidak mau, siap tidak siap!
Karena itu perintah langsung dari Papa Surya.
Dimana mereka berdua bergantung karier padanya!
TO BE CONTINUE >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
wduuuuh...gmn Hanna ya terjebak dlm situasi yg sgt sulit....🤔🤔🤔
2023-12-28
1
Deasy Dahlan
Njutt
2023-12-22
1
Kimo Miko
wah rey....utk menutupi rasa malu karena ulah kekasihmu itu dan hanna yg jadi korbannya.
2023-12-10
1