"Memangnya kita mau makan dimana Raf? Kenapa gak di kantin kantor aja?" Tanya Hanna penasaran karena Rafa justru mengajaknya makan diluar kantor, alih-alih di kantin kantor.
"Aku mau mengajakmu ke restoran langgananku, aku yakin kau pasti akan suka." Imbuh Raffael percaya diri.
Ternyata, restoran yang dimaksud Rafa itu adalah restoran bintang lima.
Hanna tidak bisa menutupi rasa kekagumannya ketika untuk pertama kali masuk kedalam restoran mewah itu.
Raffael langsung membawanya ke meja yang telah dipesannya sewaktu didalam perjalan tadi. Tak lama berselang, pelayan datang membawakan buku menu. Hanna melongo melihat harga disetiap menu tersebut. Dia sampai menelan salivanya. Hanna menutup sebelah wajahnya dengan buku menu, agar tidak terlihat oleh si pelayan.
"Raf..." Panggil Hanna pelan.
"Iya..." Rafa pun mendekatkan wajahnya.
"Siapa yang bayar?" Tanya Hanna polos.
Raffael terkekeh. "Aku!" Jawabnya kemudian.
Hanna menghela napas lega dan tersenyum. Tingkah Hanna mengundang senyum tipis di wajah Rafa.
"Saya pesan yang ini." Sambil menunjuk salah satu menu.
"Minumnya?" Tanya si pelayan.
"Air mineral saja." Sambil menyengirkan senyumannya ke arah pelayan tersebut.
Raffael melirik ke arah Hanna. "Kenapa hanya pesan satu menu, makanan disini enak-enak loh." Raffaeil mencoba meyakinkan Hanna.
"Tidak apa-apa, aku pesan itu saja." Jawab Hanna canggung. Bukan karena enak atau tidaknya, melainkan karena harganya.
"Yakin?" Raffael memastikan.
"Em..." Hanna mengangguk yakin.
"Baiklah." Imbuh Raffael lalu mengangguk pelan. Kemudian ia menoleh ke arah pelayan yang sudah bersiap untuk mencatat pesanan. "Saya pesan Louis XIII Pizza, The Glamburger, Posh Pie dan Golden Opulence Sundae."
Hanna menatap tajam ke arah Raffael yang memesan begitu banyak makanan.
"Ada lagi." Si pelayan memastikan.
"Itu saja." Jawab Raffael sambil menyerahkan buku menu kembali pada sang pelayan.
"Baik, mohon ditunggu sebentar. Pesanannya akan segera kami siapkan." Pelayan itu pun berlalu pergi.
"Raf...!" Panggil Hanna untuk sekian kalinya.
"Yap..!"
"Hufft..." Hanna menghela sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Nih aku kasih tahu, anak magang seperti kita ini harus pandai-pandai simpan uang. Kita ini masih magang! Sukur-sukur kalau di angkat jadi karyawan tetap, kalau nggak? Cari kerjaan sekarang susah Raf!" Nasihat Hanna panjang lebar. Walaupun mungkin Raffael adalah anak orang kaya tapi tidak seharusnya ia menghambur-hamburkan uangnya.
"Iya Nona Hanna, terimakasih untuk nasihatnya. Tapi sekali-kali boleh dong membahagiakan diri sendiri." Ucap Raffael sambil menunjukkan senyuman terbaiknya ke arah Hanna.
"Sekali-kali sih boleh, tapi ya tidak seperti ini juga. Pesan makanan sampai sebanyak itu. Udah mahal lagi! Nanti kalau tidak habis kan kasian." Raut wajah Hanna tampak serius. Jika sudah menyangkut dengan uang dan makanan. Karena ia sadar betul, seperti apa sulitnya bertahan hidup.
Untuk kesekian kalinya, Raffael dibuat terkekeh dengan kepolosan Hanna.
"Kenapa kau tertawa. Aku serius!" Ujar Hanna dengan ekspresi seriusnya.
"Iya.. Iya.. Siap! Lain kali tidak seperti ini lagi. Janji!" Sambil menjulurkan jari kelingkingnya.
Hanna tersenyum. "Patuh sekali Anda." Lalu melingkari kelingkingnya ke kelingking Raffael.
Pesanan pun sampai. Hanna kembali di buat melongo. "Harga segitu mahalnya, tapi makanannya hanya segini? Pringnya saja yang besar." Hanna tertawa lepas sambil memegang perutnya. Sebenarnya dia menyayangkan jumlah uang yang terbuang percuma.
*
Raffael kembali mengantar Hanna ke perusahaan.
"Kau tidak masuk?" Tanya Hanna yang sedikit penasaran karena Raffael bahkan tidak mematikan mobil sesampainya diperusahaan.
"Tidak, aku harus menghadiri pernikahan Sahabatku sebentar lagi. Jadi aku akan pulang dan bersiap-siap." Raffael memberikan jawaban atas pertanyaan Hanna.
"Hemm baiklah." Hanna mengangguk paham. Hanna turun dari mobil Raffael dan kembali ke departemennya.
Sambil mengusap perutnya yang kekenyangan. Hanna kembali ke balik meja kerjanya yang sudah di tinggalkan hampir 2 jam itu.
"Hanna!" Yah, seperti biasa. Seakan namanya itu yang paling mudah di sebut oleh Bu Mirna, Managernya.
"Iya Bu!" Hanna langsung bangkit dan menuju meja kerja Bu Mirna.
"Bawa berkas ini untuk ditanda tangani Pak Presdir. Temui dia di alamat ini." Bu Mirna menyodorkan selembar note, yang tertuliskan sebuah alamat lengkap disana. "Ingat, ini berkas penting. Kau harus segera membawa berkas ini kembali." Imbuh Mirna mewanti-wanti.
"Baik Bu." Sahut Hanna mengerti.
Seperti biasa, Hanna bergegas dengan semangat. Setelah menyimpan berkas tersebut didalam bagasi motornya. Dia mulai mengemudikan si pinky menuju alamat yang diberikan Managernya.
Setelah menempuh perjalan yang cukup jauh, Hanna tiba di depan sebuah Hotel bintang lima yang sudah di penuhi dengan karangan bunga ucapan selamat.
"Apa dia sedang menghadiri pesta pernikahan ya?" Gumam Hanna sambil memperhatikan ke sekeliling.
Setelah memarkirkan motornya, Hanna masuk kedalam hotel yang sudah dipenuhi dengan para tamu undangan.
Sambil celingak celinguk mencari sosok sang Presdir perusahaannya.
Pandangan Hanna teralihkan ketika dia sampai di depan Aula Pernikahan. Melihat foto prewedding yang terpampang disana.
"Ternyata ini pernikahannya!" Celetuk Hanna termangu.
Hanna memang belum pernah bertemu dengan Rey secara langsung sebelumnya. Dia hanya tahu Rey dari majalah yang menulis tentang biografi Presdir barunya itu. Yah, Rey baru saja menjabat sebagai Presdir di perusahaan majalah tersebut. Namun, sebelum dia sempat menempati ruangan Presdir, dia sudah disibukkan dengan persiapan pernikahannya.
***
"Dimana Myesa, Rey? Kenapa belum sampai juga? Kita sudah mengulur waktu hampir 2 jam." Mama Lalita mulai gelisah.
"Mungkin sebentar lagi sampai, Ma." Rey tak kalah gelisahnya dibandingkan Mama Lalita.
"Jangan sampai buat Papa mu malu. Kami sudah memperingati sejak semula." Mama Lalita meninggalkan Rey diruang tunggu pengantin. Rey terus mencoba menghubungi Myesa yang jelas-jelas nomor kontaknya tidak aktif.
"Dimana kau, Myesa!" Geram Rey, ia sangat kesal karena merasa dipermainkan oleh Myesa.
"Permisi.." Imbuh Hanna pelan, setelah mendapatkan izin dari dua orang bodyguard yang berjaga di depan ruang tunggu itu, akhirnya Hanna masuk kedalam ruang tunggu yang sedang digunakan oleh Rey.
Perlahan Hanna mendekati Rey yang sedang sibuk dengan ponselnya, di tengah ruang tunggu itu.
Rey menoleh, melihat ke arah sumber suara.
"Maaf Pak, aku Hanna. Karyawan Bapak dari Editor Departement. Aku-"
Belum sempat lagi Hanna melanjutkan kalimatnya. Rey yang sedari tadi terus memperhatikan Hanna dari ujung kaki hingga ujung kepala, tiba-tiba saja justru meraih tangan Hanna.
"Ikut Aku." Ujar Rey, seakan hilang akal.
"Hah!" Tanpa perlawanan, Hanna hanya mengikuti kemana Rey membawanya.
"Pakai ini!" Ucap Rey kemudian.
"Ma-maaf Pak. Maksud Bapak?" Hanna tidak mengerti, kenapa Rey justru memintanya untuk memakai sebuah gaun pengantin mewah yang sedang terpajang anggun diruangan itu.
"Ini perintah! Pakai ini. Atau kau lebih memilih di pecat!" Rey mengancam.
Rey benar-benar kalut, pesta pernikahannya berada di ujung tanduk.
Sedangkan Hanna, juga tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah Rey. Atau dia benar-benar akan kehilangan pekerjaannya yang sudah dengan susah payah di perjuangkannya itu.
"Ah baiklah!" Imbuh Hanna dengan suara yang lantang. Hanna meletakkan berkas yang penting itu di atas meja dan meraih gaun yang sedang terpajang tersebut. "Apa Anda akan tetap disini, Pak?" Tanya Hanna yang menyadari Rey masih belum beranjak dari posisinya berdiri. Karena ia tidak akan bisa mengganti pakaiannya jika Rey tidak keluar dari ruangan itu.
Setelah menerima perintah dari Rey, MUA dan asistennya pun masuk kedalam ruang ganti itu dan menyulap Hanna bak menjadi seorang ratu. Hanna saja tidak menyangka, penampilannya akan secantik itu.
"Ini aku?" Tanya Hanna yang sedang berdiri tepat didepan cermin besar yang berada didalam ruangan itu.
"Tentu Nona. Anda terlihat sangat cantik." Puji salah seorang karyawan MUA yang sedang melayaninya.
***
Dengan anggun, Hanna berjalan menuju Altar Pernikahan. Dengan Veil yang dikenakannya, Rey berharap para tamu undangan tidak menyadari bahwa dia gadis yang berbeda. Rey memang sudah memerintahkan MUA untuk merias wajah Hanna agar terlihat mirip seperti Myesa. Dan sepertinya berhasil!
Tak ada yang tahu, bahwa gadis yang sedang berjalan menuju Altar itu bukan pengantin wanita yang sesungguhnya. Hanya orang tua Rey yang tahu bahwa itu bukan Myesa, melainkan hanya karyawan dari perusahaan mereka.
Rey mengulurkan tangannya. Sedangkan Hanna, langsung menerima uluran tangan Rey. Pernikahan tanpa gladi resik itu diperankan Hanna dengan sangat sempurna.
Janji pernikahan pun diikrarkan. Terasa begitu hitman dan menyentuh. Semua tamu undangan dibuat berkaca-kaca oleh janji yang diucapkan Hanna. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya mengalir begitu saja. Hingga, tibalah dimomen pemakaian cincin. Dan diluar dugaan, cincin yang tidak muat dijari Myesa justru bisa dengan mudah masuk di jari manis Hanna.
Pernikahan yang sempat tertunda dan hampir saja batal itu, akhirnya berakhir dengan sempurna.
Sebelum meninggalkan Aula Pernikahan, para tamu menghampiri pengantin untuk mengucapkan 'selamat'.
Mata Hanna langsung tertuju ke salah satu sosok yang dia kenal. 'Raffael!' Sedang berjalan menuju kearah pengantin. Hanna terbelalak tak percaya, lalu mencoba untuk menghindari Rafa. Namun, Rey langsung menarik tangannya dan menggagalkan aksinya yang ingin kabur itu.
"Ini belum berakhir. Tetap berdiri di tempat semula." Ucap Rey penuh penekanan. Ia ingin Hanna berakting hingga akhir dan menyempurnakan pernikahannya.
"Tapi Pak!" Keluh Hanna yang tidak ingin sampai ketahuan Raffael.
"Selamat ya bro!" Ucap Raffael sambil bergenggaman tangan dengan Rey.
"Thanks bro!" Sahut Rey, sambil menunjukkan senyumannya.
"Selamat ya, Mye." Raffael berniat untuk menjabat tangan Hanna yang dikiranya Myesa.
Sedangkan Hanna yang sedang menyembunyikan wajahnya di balik lengan Rey ragu-ragu untuk menjulurkan tangannya. Dia takut Raffael akan mengenalinya.
Namun Rey langsung menarik tangan Hanna dan menuntunnya untuk berjabat tangan dengan Raffael.
TO BE CONTINUED >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
Seperti seru nihhh
2023-12-22
1
Mommy El
Lo tadi pas janji pernikahan yg disebut nama Hanna apa Myesa Thor?
2023-12-11
1
Kimo Miko
wkwkwk.....hana ...hana...nasibmu han. gak tahu apa2. malah dipajang di pelaminan. ngimpi apa to kiiiiihhhhh🤭🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-09
1