Bab 7

❤️ Happy Reading ❤️

Hari ini Ivana berencana untuk pulang ke rumah yang di tempati om dan tantenya untuk mengambil pakaian serta barang berharga miliknya.

Barang berharga untuknya hanyalah photo bersama kedua orangtuanya serta surat-surat seperti ijazah saja.

''Ivi pamit ya ma...'' kata Ivana yang kemudian menyalami mana Cecil.

''Hati-hati ya...'' pesan mama Cecil.

''Mau kemana kak?'' tanya Ica yang kebetulan baru turun bersama anak dan suaminya.

''Aku ada sedikit urusan di luar.'' jawab Ivana. ''Pergi dulu ya...'' katanya lagi sebelum melangkah pergi.

❤️

''Ke jalan xx nomor 221 ya pak.'' kata Ivana pada supir mama Cecil.

''Baik nyonya muda.'' sahutnya.

''Huft...apa aku sanggup melihat mereka di sana.'' kata Ivana dalam hatinya. ''Melihat para penghianat.'' sambungnya.

''Kuat Ivi..kamu harus kuat dan tunjukkan pada mereka kalau penghianatan yang mereka lakukan sama sekali tak dapat menghancurkanmu.'' katanya lagi memberi semangat pada dirinya sendiri.

Sangking asiknya dengan pikirannya sendiri...Ivana sampai tak menyadari jika mobil yang ditumpanginya sudah berhenti di depan gerbang sebuah rumah.

''Maaf nyonya...kita sudah sampai.'' kata sang supir memberi tahu.

''Oh baik pak, terimakasih.'' sahut Ivana. ''Bapak tolong tunggu di sini sebentar...saya gak lama kok.'' sambungnya lagi sebelum benar-benar turun dari mobil.

Brak

Brak

''Pak tolong buka pintunya...ini saya...Ivi.'' seru Ivana sambil menggedor pintu gerbang.

Srek

''Non Ivi...dari mana saja?'' tanya satpam rumah.

''Nenangin pikiran.'' sahut Ivana. ''Ivi kedalam dulu pak.'' pamitnya.

Selangkah demi selangkah...Ivana mulai berjalan ke arah pintu belakang rumah dimana dulu dia selalu keluar masuk lewat sana karena tak di ijinkan melalui pintu utama.

Cklek

''Bik.'' panggil Ivi pada bik Ina sang art.

Art yang bekerja di sana dari mendiang orangtuanya masih ada.

Dia juga yang selalu memberi Ivana bekal untuk berangkat ke sekolah karena om dan tantenya sama sekali tak mengijinkan dirinya untuk makan di rumah mereka.

''Ya ampun non, dari mana saja?'' tanya bik Ina yang langsung menghampiri Ivana. ''Bibik sampai cemas mikirin non Ivi.'' sambungnya lagi. ''Em...yang sabar ya non, mungkin tuan Andrew memang bukan jodoh yang tepat untuk non Ivi.'' kata nik Ina dengan tangan yang menggenggam tangan Ivana.

''Iya bik, em aku ke kamar dulu ya bik...ada yang mau aku ambil.'' kata Ivana.

Prok

Prok

Prok

''Wah siapa ini yang datang...'' seru tante Meri saat Ivana baru saja akan melangkahkan kakinya.

Seruan yang keluar dari mulut wanita itu membuat sang suami melangkah ke arahnya.

''Ivana...buat apa kamu datang kemari?'' tanya Thomas dengan nada sinisnya.

''Kamu tuli ya...kemarin aku sudah bilang...jangan pernah injakkan kaki kamu kerumah ini lagi setelah apa yang kamu lakukan di pernikahan putriku.'' kata Meri. ''Kami pikir kamu sudah bunuh diri karena meratapi nasib.'' ejeknya.

''Cih, saya datang ke sini juga terpaksa...karena ingin mengambil pakaian saya.'' sahut Ivana. ''Permisi.'' kata Ivana yang langsung melenggang pergi ke arah kamarnya berada.

Kamar yang letaknya memang tak jauh dari tempatnya berada saat ini, karena Ivana memang di tempatkan di kamar pembantu begitu kedua orangtuanya tiada dan semua milik orangtuanya di ambil oleh kedua manusia serakah itu.

Selang beberapa menit Ivana sudah keluar lagi dengan membawa pigura cukup besar yang berisi photo kedua orangtuanya juga menyeret satu koper berisikan pakaian serta barang lain miliknya.

''Oh coba lihat apa yang gadis miskin ini bawa.'' kata Meri lalu secepat kilat merebut pigura yang di bawa Ivana.

Sret

''Rupanya photo kedua orang yang sudah mati.'' katanya lagi.

Prang

''Tante!'' seru Ivana saat melihat Meri membanting pigura photo miliknya.

''Apa? kamu sudah berani melawan hah!'' bentak Meri tak terima saat Ivana menaikan nada suaranya.

Saat Ivana akan mengambil photo itu dengan menundukkan badannya, Meri kemudian menginjak photo kedua orangtua Ivana tepat di mana tangan Ivana memegang photo tersebut menggunakan kakinya yang memakai heels.

''Tante...tolong berikan photo kedua orangtua aku.'' pinta Ivana dengan sedih, bahkan tangan yang di injak dan sudah berlumuran darah akibat terkena pecahan kaca pun tak di rasakannya.

''Kamu mau ini?'' tanya Meri sambil memegang photo yang Ivana inginkan.

Ivana ingin meraihnya, namun kalah cepat dengan pergerakan tangan Meri.

Meri memberi kode pada suaminya untuk memegang tubuh Ivana.

''Apa-apaan ini om?'' pekik Ivana saat pergerakannya terkunci dari belakang.

''Kamu mau inikan...'' kata Meri lagi mendekatkan photo tersebut di depan wajah Ivana.

Ctek

''Apa yang Tante lakukan?'' tanya Ivana saat Meri mematik sebuah korek di tangannya. ''Tidak Tante...jangan...aku mohon...'' kata Ivana dengan memelas.

Namun seolah menulikan pendengarannya...Meri mulai membakar ujung photo tersebut dan whush...dalam sekejap mata photo berharga miliknya sudah berubah bentuk menjadi seonggok abu.

''Kalian benar-benar jahat!'' seru Ivana.

''Ya itu kami dan mulai saat ini kamu bukan siapa-siapa kami...apa pun yang terjadi dalam hidupmu, kami tak akan perduli dan tak mau terlibat.'' kata Meri dengan tegas.

''Baik...dengan senang hati.'' sahut Ivana dengan tatapan sinisnya.

Thomas membawa tubuh Ivana keluar pintu belakang dan mendorongnya, hingga kepala Ivana pun berdarah karena terbentur dengan pinggiran pot bunga yang besar dan terbuat dari semen.

Tak lupa Thomas pun melemparkan koper milik Ivana tepat mengenai tubuh gadis malang itu.

''Jangan coba-coba kau membantunya...atau tau sendiri akibatnya.'' ancam Thomas pada bik Ina yang sedari tadi sudah menahan tangisnya.

''Maaf.'' ucap bik Ina tanpa mengeluarkan suara dan Ivana pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah.

Dengan tertatih Ivana mencoba untuk bangun dan melangkahkan kakinya.

''Aku bersumpah demi kedua orangtuaku...aku akan membalas kalian semua.'' sumpah Ivana.

''Non.'' kata mang Harso, suami bik Ina yang juga tukang kebun di sana. ''Mari saya bantu non...'' katanya.

''Tidak usah mang, Ivi bisa sendiri dan aku gak mau mamang dan bibik kena masalah.'' kata Ivana.

''Baik-baik di luaran sana ya non...jaga diri dan jaga kesehatan.'' nasehatnya.

''Terimakasih, mamang dan bibik juga.'' kata Ivana dan meneruskan langkah kakinya.

❤️

''Nyonya muda.'' seru pak Tejo supir mama Cecil saat melihat keadaan istri dari tuan mudanya begitu kacau dengan luka di mana-mana.

Dengan sigap pak Tejo mengambil alih koper milik Ivana dan meletakkannya di bagasi mobil, kemudian dirinya bergegas membukakan pintu mobil untuk Ivana.

Tapi tubuh Ivana tiba-tiba limbung dan jatuh tak sadarkan diri yang membuat pak Tejo kaget.

Tak mau membuang waktu, pak Tejo pun langsung mengangkat tubuh Ivana dan memasukkannya ke dalam mobil di kursi bagian penumpang.

Untung tubuh Ivana tak terlalu besar, jadi pak Tejo tak begitu kesulitan saat membopongnya.

Mobil melesat menembus padatnya jalanan kota menuju ke salah satu rumah sakit yang ada di sana.

Begitu sampai dan Ivana mulai mendapatkan penanganan, pak Tejo pun menghubungi sang majikan.

Terpopuler

Comments

Yuen

Yuen

Lemah banget, gampar donk, rumah sendiri kok bs2nya dijadiin babu lawanlah

2024-03-08

3

Umi Maryam

Umi Maryam

aaww jahat sekali kamu thomas mery dasar parasit laknat ,tunggu pembalsan dari devan kau akan jadi gelandangan ........ thor cepet hancurkan keluarga thomas ..yg jahat jangan menang terus
......

2024-02-22

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LIAT AZA APA YG AKN GEVA LAKUKN BUAT HNCURKN KALIAN YG TLH LUKAI IVI..

2024-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!