“Elle kau tidak apa-apa? Maaf karena malam itu aku tidak datang menolong. Ada suatu urusan yang mendesak.” Reynold muncul dihadapan Elle saat ia hendak masuk ke rumahnya usai dari rumah sakit.
“Menjauhlah dariku dasar orang asing.” Ucap Elle dengan ketus.
“Apa maksudmu mengatakan itu semua padaku? Apa kau marah padaku karena malam kemarin aku tidak datang?” Reynold heran dengan sikap Elle saat ini.
“Tausah sok akrab, pergi lo dari hadapan gue! Gue muak liat muka lo. Pergi!” Elle mengusir Reynold yang baru saja datang ke hadapannya.
“Kamu jangan gitu dong Elle, aku tahu aku salah. Tapi tolong, beri aku kesempatan kedua. Aku minta maaf Elle.” Reynold tak ingin pergi.
“Yaudah, kalo lo ngerasa gak salah, tolong jelasin ke gue maksud dari pembicaraan lo sama bidan itu waktu di kamar gue!” Elle memandang wajah Reynold dengan tatapan tajam.
“Itu...itu...kau pasti salah paham Elle. aku...aku...” Reynold gelagapan menjawab pertanyaan itu.
“Lo gak mampu kan? Makanya! Gausah sok akrab sama gue. Pergi lo jauh-jauh dari hidup gue! Pergi sekarang!” Elle mendorong Reynold dengan sangat kencang sehingga Reynold terjatuh ke lantai.
“Yaudah, kalo hari ini kamu gak bisa terima aku, besok aku akan datang lagi kesini Elle, dan besoknya lagi dan besoknya lagi. Aku akan terus berusaha hingga kamu mau menerimaku di hidupmu Elle.” Reynold kini berjalan pergi dari hadapan Elle.
“Terserah, pergi sana jauh-jauh.” Ucap Elle dengan sinis.
Reynold pulang dengan wajah tertekuk, ia mengendarai motor dengan perasaan yang hampa. Andai saja malam itu ia datang dan berada di samping Elle mungkin saat ini Elle tidak akan terlalu marah padanya.
Reynold kembali teringat kejadian malam itu, yang membuat ia tidak bisa pegi bertemu dengan Elle.
Malam itu Reynold tengah memasak menu kesukaan Elle. rencananya ia ingin mengantarkan makanan ke rumah Elle. kemudian, tanpa diberi tahu sebelumnya, tiba-tiba kedua orang tua Reynold muncul di hadapannya. Betapa kaget Reynold saat itu.
“Mamih, Papih.” Saking kagetnya Reynold sampai menjatuhkan mangkuk yang tengah ia pegang.
“Kenapa kau terlihat begitu kaget? Apa kau tidak sedang dengan kedatangan kami?” Papih mendekati Reynold dengan tatapan curiga.
“Tidak, bukan begitu.” Reynold kemudian merapikan pecahan mangkuk yang berserakan.
“Lalu apa?” Papih kini ikut berjongkok.
“Kalian tidak memberi tahuku sebelumnya, tentu saja aku kaget.” Jawab Reynold dengan sedikit gelagapan.
“Apa kam harus memberi tahumu dulu jika kami ingin mengunjungi anak kami sendiri?” Papih tampaknya mulai sedikit kesal.
“Tidak, bukan begitu maksudku. Aku hanya....”Reynold bingung harus menjawab apa lagi.
“Cukup. berdirilah dengan tegak saat kau berbicara dengan Papih! Lagi pula untuk apa kau melakukan ini semua? Apa kau kekurangan uang dari kami? Bilang saja, kami akan transfer kapanpun kau mau.” Papih menatap anaknya dengan khawatir.
“aku tidak kekurangan uang sedikitpun.” Reynold sedikit berbohong.
“Kau yakin nak? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu dengan keadaanmu yang sekarang? Lihatlah, kau tinggal di tempat seperti ini. dan, apa yang kau kenakan itu? Apa itu bermerek?” Mamih kini ikut menimpali.
“Cukup, aku baik-baik saja. Tausah basa-basi lagi. Apa maksud sebenarnya kalian datang ke sini?” Reynold jadi sedikit kesal.
“Tentu saja karena ingin mengecek kondisimu. Kami mendapat informasi bahwa kau bergaul dengan gadis yang tidak baik. Kau juga tidak fokus dengan kuliahmu akibat gadis itu.” Papih akhirnya bicara to the point.
“Oh, jadi karena itu. Hah! Seharusnya aku sudah dapat menduganya.” Reynold kini kembali fokus ke kesibukannya.
“Bukan hanya itu nak, kami datang ke sini karena ingin membawamu pergi bersama kami ke Amerika.” Mamih menambahkan.
“Tidak! Aku tidak akan pernah mau. Sudah, kalian urusi saja bisnis dan karier kalian di sana. Kalian tak usah sok khawatirkan aku di sini. lagi pula aku memang sudah terbiasa ditinggal oleh kalian sejak kecil. Jadi tak usah repot-repot untuk hal itu.” Reynold ternyata masih menyimpan dendam kepada kedua orang tuanya.
“Rey, jangan bicara seperti itu. Kami melakukan semua itu demi kau nak. Agar hidupmu tidak kekurangan apapun.” Mamih mecoba membela diri.
“Sia-sia saja apa yang telah kalian lakukan. Kalian terlalu fokus mengejar materi untukku sedangkan kalian lupa bahwa aku juga butuh kasih sayang bukan hanya uang. Mungkin dalam materia aku tidak kekurangan apapun. Tapi kasih sayang dari kalian, aku tidak pernah merasakannya sedari kecil. Aku tumbuh dan besar dengan uang kalian, bukan dengan kasih sayang kalian.” Reynold mengatakan itu dengan berkaca-kaca.
“Plak.” Papih tiba-tiba menampar Reynold dengan keras.
“Beraninya kau bicara seperti itu dihadapan kami! Dasar anak tidak tau diuntung. Sudah dikasih hati malah minta jantung. Kau lupakan jasa-jasa kami dalam membesarkanmu. Jika tanpa kami dan uang dari kami sekarang kau bisa apa?” Ayah sudah kelewat marah.
“Sudah Pih, jangan terlalu keras padanya.” Mamih mencoba melerai mereka.
“Oh, jadi begitu. Baiklah, mulai sekarang kalian tak usah khawatirkan lagi soal aku. Kalian tak usah mentransfer uang lagi padaku. Karena mulai hari ini, aku bukan anak kalian lagi! Akan kubuktikan bahwa tanpa kalian pun aku bisa hidup!” Reynold kini pergi dari hadapan mereka.
“Kau mau kemana nak? Tunggu dulu. Dengarkan dulu, kami belum selesai berbicara padamu.” Mamih mencoba menahan Reynold.
“Tak usah! Aku sudah tidak ingin dengar apapun lagi dari kalian.” Reynold melepaskan genggaman tangan ibunya dengan kasar kemudian pergi.
“Rey! Rey!” Mamih berteriak memanggil nama anak satu-satunya.
“Biarkan saja Mih, kita lihat sampai kapan egonya bertahan. Nanti juga dia akan kembali lagi kepada kita dan memohon untuk dikirimi uang lagi.” Ucap Papih dengan nada menantang.
“Pih! Kenapa kau selalu begitu terhadapnya. Ingat, dia anak kita satu-satunya! Dia pewaris tunggal kita. kau sudah bertindak terlalu keras padanya. Maka dari itu ia sampai menjalani kehidupan yang sperti ini. lagi pula perkataannya ada benarnya juga. Rey kurang kasih sayang dari kita. ia kurang kita perhatikan. Kita terlalu sibuk mencari uang di negeri orang hingga lupa anak kita sendiri.” Mamih mengucapkan hal itu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Halah! Aku juga bersikap seperti itu karena itu caraku mendidiknya. Jika tidak seperti itu ia akan manja. Kau terlalu membelanya, jangan-jangan kau sudah termakan omongannya?” Bukannya mengamini ucapan dari istrinya Papih malah balik menuding.
“Terserah Papih saja. Mamih sudah lelah!” Mamih kini ikut berjalan pergi meninggalkan Papih.
Sementara itu, Reynold tengah mengemasi barang-barangnya. Ia akan pergi dari tempat ini sekarang juga. Ia akan mencari tempat tinggal yang baru, yang jelas yang tak akan diketahui oleh kedua orang tuanya. Ia sudah lelah selalu dipandang sebelah mata oleh kedua orang tuanya.
Reynold mengendarai sepeda motor tua peninggalan dari Kakeknya. Ia berjalan tanpa arah. Sejujurnya ia bingung harus kemana, hatinya juga tengah terluka oleh ucapan kedua orang tuanya tadi. Reynold mengendarai sepeda motor sambil terisak.
Malam sudah kian larut, Reynold tak kunjung menemukan tempat tinggal. Kemudian ia teingat mess tempat kerjanya. Ia pun mengarahkan sepeda motornya untuk ke sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Roudatul Jannah
Mama ny baik banget ya☺
2023-02-10
0