“Bruk!” Tuan Danuarta melempar tubuh Fredy ke hadapan Nyonya Aletha dengan sangat keras.
“Ampun Mah! Ampun!” Fredy buru-buru sujud dan memelas di bawah kaki ibunya.
“....”Nyonya Aletha terisak tak kuasa membendung rasa sedih dan kecewanya.
“Kau lihat anak kesayanganmu itu! Lihat! Apa yang sudah ia lakukan untuk kita, hah? Dia telah menghancurkan martabat keluarga Danuarta yang telah susah payah aku bangun puluhan tahun lamanya!” Raut murka kini terpampang dengan jelas di wajah Tuan Danuarta.
“Cukup! aku sudah muak dengan martabat yang selalu kau bangga-banggakan itu! Untuk apa semua itu jika keluargaku hancur! Aku tak akan membiarkannya.” Kini Nyonya Aletha berani menentang perkataan suaminya dengan lantang.
“Hancur? Itu karena ulah anakmu sendiri! Hasil didikanmu! Kau selalu memanjakan mereka hingga mereka berani berbuat seperti ini!” Dengan nada yang lantang Tuan Danuarta menyudutkan istrinya.
“Anakku? Anak kita! Didikan kita! Kau lupa jika kau juga telah menurunkan sifat tempramentalmu pada mereka. Kau juga selalu berbuat kasar, mereka mencontohnya! Jangan pernah kau menyalahkan siapapun atas kesalahan mereka! Ini semua salah kita! Kita tidak berhasil mendidik mereka dengan baik. Sadarilah hal itu.” Nyonya Aletha kemudian bersimpuh dan merangkul puteranya dengan penuh kasih sayang.
“Sudah, kau tak usah menangis. Kau telah berani melakukan ini, maka sekarang kau harus bertanggung jawab. Kau harus siap dengan resiko yang akan kau tanggung.” Ucap Nyonya Aletha kepada Fredy dengan lembut.
“Tak usah kau manjakan dia! Sekarang dia harus menerima hukumannya. Wiro!” Tuan Danuarta kemudian memanggil kepala keamanan rumahnya.
“Ya, Tuan.” Pak Wiro langsung sigap menghadap Tuan Danuarta.
“Kurung Fredy di sel. Jangan lepaskan dia sebelum aku memerintahkannya.” Tuan Danuarta langsung menyeret Fredy dengan kasar.
“Tidak! Kumohon, jangan lakukan itu padanya. Sudah cukup kedua anakku menjadi korban dari keputusanmu itu, tapi tidak dengan Fredy! Dia harapan terakhirku!” Nyonya Aletha langsung memebrontak.
“diam kau! Aku tak akan luluh lagi dengan perkataanmu! Dia sudah bertindak di luar batas. Cepat bawa dia Wiro!” Tuan Danuarta tak mau mendengar permohonan dari istrinya.
“Tidak, kumohon jangan lakukan itu Ayah! Aku takut! Ayah! Komohon!” Fredy kini bersimpuh dibawah kaki ayahnya. Tetapi sia-sia, tubuhnya kini diseret oleh Pak Wiro. Fredy akhirnya dibawa paksa ke sel.
“Ayaaaaah!” Teriak Fredy.
Nyonya Aletha tak kuasa mendengar jeritan anaknya. Hatinya kembali terluka untuk yang ketiga kalinya. Ia menatap wajah Tuan Danuarta dengan dendam yang teramat sangat dalam. Seakan Tuan Danuarta telah merampas semua kebahagiaan dalam hidupnya.
“Kau akan berterima kasih padaku Aletha, lihatlah, besok ia akan berubah dan menyesali perbuatannya.” Ucap Tuan Fredy dengan sombong.
“Kau salah, aku justru akan membalas semua perbuatan kejimu pada anak-anakku. Lihatlah, akan kutusuk kau sedikit-demi sedikit hingga kau merasa bahwa kau lebih baik mati daripada menanggungnya.” Nyonya Aletha kemudian pergi dari hadapan Tuan Danuarta.
“dasar wanita angkuh, tunggu saja, kita lihat siapa yang akan menang.” Tuan Danuarta tersenyum licik.
***
Nyonya Aletha keluar dari kamarnya dengan masih mengenakan gaun tidur sutera warna putih. Ia berjalan dengan begitu anggun, tak akan ada yang mengira kalau usianya sudah hampir separuh abad. Nyonya Aletha kemudian menuruni tangga basement rumahnya. Ia membuka pintu yanga da di basement dan kembali menuruni anak tangga lagi. Ternyata ia akan ke ruang bawah tanah. Raut cemas tampak tergambar di wajah mulusnya.
Nyonya Aletha kemudian sampai di ruang bawah tanah yang penuh dengan penjagaan itu. Salah satu penjaga kemudian menghampirinya.
“Ada gerangan apa Nyonya malam-malam turun ke sini?” Tanya penjaga itu.
“Aku ingin melihat kondisi anak-anakku.” Ucap Nyonya Aletha.
“Tapi Nyonya, Tuan melarang siapapun untuk mendekati atau melihat mereka.” Petuga situ menyampaikan perintah dari Tuan Danuarta dengan ragu-ragu.
“Aku tak peduli. Tidak ada yang bisa menghalangi seorang ibu untuk menemui anaknya sendiri.” Nyonya Aletha tetap berjalan mendekati sel tempat anak-anaknya dikurung.
“Tapi Nyonya...” Petugas itu masih tetap mencegahnya.
“diam, cepat bukakan kuncinya sekarang, aku ingin masuk.”Ucap Nyonya Aletha dengan tegas.
“B-b-baik Nyonya.” Akhirnya petugas itu pun menyerah dan menuruti perintah Nyonya Aletha.
Nyonya Aletha kemudian masuk ke dalam sel. Matanya terbelalak begitu melihat kondisi kedua anaknya. Fredy dan anak keduanya, Gema tengah dipasung dan kedua tangannya diikat rantai. Melihat kedatangan ibunya, Fredy langsung menangis sementara Gema, hanya tersneyum dan meracau tak jelas.
“Mama! Lepaskan aku mah.” Fredy mencoba memberontak dan melepaskan diri dari jeratan.
Nyonya Aletha kemudian duduk diantara kedua anak lelakinya itu.
“ahaha! Sekarang ruangan ini ramai.” Ucap Gema dengan melirik ke seluruh ruangan. Tatapannya tak fokus. Gema, adik Fredy mengalami kecanduan obat-obatan terlarang hingga merusak mental dan kepribadiannya. Tuan Danuarta sudah memasungnya beberapa tahun yang lalu.
Nyonya Aletha kemudian mengusap wajah gema dengan lembut.
“Ini Mama nak, kau harus bertahan untuk sedikit lagi ya, sebentar lagi kita akan keluar dari temoat terkutuk ini.” Ucap Nyonya Aletha sambil meletakan kepala anaknya agar bersandar di bahunya.
Kemudian Nyonya Aletha menyeka air mata yang menggenang di kelopak mata Fredy. Nonya Aletha merapikan rambut Fredy yag acak-acakan dengan lembut.
“Jangan takut. Mama akan segera mengeluarkanmu dari sini.” Nyonya Aletha meletakan kepala Fredy di sisi pundak sebelah kirinya. Kedua anaknya kini bersandar di bahunya. Nyonya Aletha kemudian mengusap kepala dan menenangkan anaknya.
***
Sementara itu, Tuan Danuarta tengah dipusingkan dengan kasus yang telah Fredy perbuat. Tuan Danuarta mendapat laporan dari Pak Boy kalau keluarga dari wanita itu telah melaporkan kasus itu ke polisi. Dan wanita itu tengah divisum.
“Celaka!” Ucap Tuan Danuarta dengan penuh emosi.
“Kita harus segera membereskannya. Siapkan sejumlah uang malam ini juga.” Ucap Tuan Danuarta kepada Pak Boy.
“Baik Tuan.” Pak Boy kemudian melaksanakan perintah dari Tuan Danuarta.
Tuan Danuarta kemudian meluncur ke rumah sakit tempat visum itu dilaksanakan. Dengan identitas yang dirahasiakan Tuan Danuarta mendatangi petugas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tes visum itu.
Bukan Tuan Danuarta jika tak mampu memanipulasi orang-orang. Tuan Danuarta dengan pengaruh dan kekayaannya akhirnya berhasil memalsukan hasil visum. Hasil visum yang asli memang menunjukkan bahwa Fredy lah pelaku tidakan pelecehan kepada wanita itu. Tetapi Tuan Danuarta telah merubahnya. Kini nama anaknya akan bersih.
“Beres Tuan.” Ucap Pak Boy sambil menyerahkan hasil visum yang asli kepada Tuan Danuarta.
“Bagus, sekarang tinggal apa lagi.” Tanya Tuan Danuarta kepada Pak Boy.
“Jaksa dan Hakim Tuan. Mereka juga harus disumpal.” Ucap Pak Boy.
“Ya, kau sudah membawa uangnya kan?” Tuan Danuarta memastikan.
“Aman Tuan.” Pak Boy kemudian menyalakan mesin mobil.
“Baiklah, ayo kita bereskan malam ini juga.” Tuan Danuarta tersenyum puas.
“Ya Tuan.” Pak Boy kemudian menjalankan mobil dan mengendarainya menuju kediaman hakim dan jaksa.
Tuan Danuarta akan melakukan apapun demi martabat keluarganya. Meski itu tindakan kotor dan curang seperti ini. Dia beranggapan bahwa martabat keluarga dan nama baiknya diatas segala-galanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Roudatul Jannah
Danuarta curang beut y
2023-02-10
0