Bab 11

“Gue emang cinta sama lo, tapi lo gak bisa bersanding sama gue. Ada batas tinggi yang menghalanginya. Lo harusnya sadar dimana posisi lo dan posisi gue.” Terdengar suara berbisik diantara keheningan malam.

“Lo cantik, makanya gue pengen nikmati diri lo sampai puas,haha.” Suara kitu kini makin kencang.

“Lo rasain, gausah takut. Kalo lo ngerasa sakit bilang aja, gausah pake acara nangis segala.” Suara itu terdengar makin menggelegar.

“Kenapa? lo capek? Yaudah kita istirahat dulu. Oh! Jangan harap, hahaha.” Suara itu kini berubah menjadi teriakan yang menggelegar. Suara yang terdengar sadis dan mengancam.

“Aaaaaarrrrgggh!” Elle berteriak ketakutan.

Sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Tetapi badannya menggigil hebat. Dari matanya tumpah air mata yang membasahi pipi merah meronanya.

Ini sudah yang kesekian kalinya Elle dihantui dengan mimpi buruk itu. Elle bahkan tak mampu membedakan apakah itu mimpi buruk atau kenangan yang berasal dari masa lalunya. Yang jelas Elle kini ketakutan, hatinya terasa sesak. Ia tak tahan lagi jika harus terus hidup seperti ini.

Setelah tubuhnya mulai tenang, Elle memutuskan untuk turun dari ranjang. Ia merasa pengap berada di kamarnya dengan suasana yang serasa tengah mencekiknya. Elle membuka pintu perlahan.

Ia melihat pintu kamar Zielle terbuka, ia dapat melihat bahwa adiknya tengah tertidur di atas meja belajarnya. Ingin sekali dirinya menghampiri adiknya dan menyelimuti tubuhnya yang mungil itu. Ia kemudian meras iba, adiknya masih kecil tapi dipaksa harus memahami dan menerima kondisi dirinya saat ini. ia malah kembali menangis, tak kuasa memandangi adiknya ia kemudian segera menjauh dari kamar adiknya.

Elle melangkah keluar rumah. Ia berjalan tanpa arah, seperti orang linglung. Di tengah malam yang gelap itu ia menyusuri jalanan tanpa alas kaki. Elle terus berjalan sambil merintih.

Ia berhenti di sebuah gedung besar yang terbengkalai. Elle sudah sangat familiar dengan tempat itu. Tempat itu dulu adalah tempat persembunyiannya tatkala harus lari dari kenyataan hidupnya, terlebih saat ayah dan ibunya sering bertengkar.

Elle masuk ke dalam gedung itu. Ia tak merasa takut sedikitpun, karena ada yang lebih membuatnya takut saat ini. yakni kenyataan hidupnya yang tengah ia jalani. Tanpa berpikir panjang, Elle kemudian naik ke puncak gedung itu.

Ia kini berada di atap gedung itu. Tepatnya di bibir atap gedug itu. Ia berdiri dengan tatapan kosong. nampaknya fikirannya tengah kembali ke mimpi yang kerap menghantuinya itu. Ia merasa pikirannya terlalu bising sampai mebuat kepalanya seakan mau pecah. Ia kemudian berteriak dengan sangat kencang meluapkan segala gundah gulana yang tengah dirasakannya.

“Arrrrrggghhh!”Elle berteriak dengan sangat kencang. Ia kemudian mengakhiri teriakannya dengan isak tangis yang teramat dalam.

Elle tengah melamun, dari atas gedung ini ia dapat melihat dengan jelas daerah yang ada di bawahnya. Ia juga bisa melihat rumahnya yang kini terlihat sangat kecil. Elle kemudian menjadi teringat akan kenangan masa kecilnya. Di rumah itu, dulu ia pernah menjadi manusia yang bahagia dengan keluarga yang utuh. Lalu sebuah bencana yang tak diharapkan datang di kehidupannya. Bencana itu memporak-porandakan kehidupan bahagianya yang selama ini ia bangun dengan kedua orang tuanya.

Elle memejamkan matanya, mengingat kembali masa-masa itu membuat perasaanya semakin teriris. Kini ia memandangi dirinya di masa kini. Seorang gadis yang sudah tidak punya harga diri sama sekali. Ia bahkan masih berharap seorang pria, yang sangat ia cintai, akan datang dan menyelamatkan kehidupannya. Tetapi pria itu kini malah membuangnya. Elle merasa dirinya bak sampah yang tak ada nilainya lagi.

“Aaah!” Elle meringis kesakitan. sesuatu dalam perutnya seakan baru saja menusuknya. Rasanya perih sekali. Elle kemudian terhuyung jatuh di atap gedung itu. Elle meringkuk kesakitan, menggeliat sambil memegangi perutnya.

Saking sakitnya ia sampai menjerit. Elle mengigit bibirnya dan memeluk perutnya dengan sangat kencag berharap rasa sakit itu akan segera mereda. Tetapi ia salah, rasa sakit itu malah semakin menjadi. Ia kemudian berusaha untuk bangun dengan sisa-sisa tenaganya.

Dengan tubuhnya rang sudah rapuh karena rasa sakit itu ia berusaha jalan dengan tertatih-tatih. Pandangannya kabur, ia tak tahu tengah berjalan ke arah mana. Ia hanya bisa merasakan rasa sakit yang tengah menggerogoti perutnya.

Dan tanpa ia sadari, ternyata ia tengah berjalan ke pinggir atap gedung. Beberapa langkah lagi dan ia akan terjatuh dari gedung setinggi enam lantai itu. Tapi Elle tak sadar, ia terus merintih kesakitan. hingga ia tersandung dan...

Ia terjatuh dari atap gedung itu.

Tubuhnya yang kurus itu kini terjun bebas dari atap gedung setinggi enam lantai itu. Elle suah tak perduli lagi, rasa sakitnya kini semakin menjadi. Itu membuatnya tak bisa berfikir jernih dan mencoba cara untuk menyelamatkan dirinya.

Dalam batinnya terbersit rasa ingin menyerah dan mengikhlaskan jika ia harus berakhir dengan rasa sakit di tubuhnya malam ini. ia hanya bisa berharap bahwa saat jatuh nanti semuanya berjalan cepat, ia langsung menutup mata dan tak sadarkan diri. Apa ia harus merasakan sakit lagi akibat jatuh dari gedung setinggi enam lantai saat di bawah? Atau ia akan jatuh kemudain tak sadarkan diri, secepat kau mengantuk kemudian tertidur. Elle berharap tuhan berbaik hati padanya untuk kali ini dan membiarkan semuanya berjalan dengan cepat dan tanpa rasa sakit.

Elle sudah semakin dekat dengan permukaan tanah, ia kemudian memejamkan matanya. Inilah saatnya ia akan meninggalkan kehidupannya yang begitu menyedihkan itu. Ia mencoba menarik napasnya panjang-panjang. Karena mungkin ini adalah tarikan napasnya yang terakhir. Lalu.....

“Buk!” ia sampai di bawah. Ternyata tidak sakit. Bukan, maksudnya jatuh itu tak menimbulkan sakit. Tapi anehnya ia masih bisa merasakan sakit dari perutnya itu. Mungkin semua rasa sakitnya akan menghilang dan ingatannya juga akan menguap. Mungkin beberapa detik lagi ia akan benar-benar tak sadarkan diri total.

Tapi...

Ia masih bisa merasakan rasa sakitnya. Ia juga masih bisa merasakan tangan dan kakiknya yang bergerak. Apa ia belum berakhir? Elle kemudian mencoba membuka mata. Pandangannya sudah buram akibat rasa sakit yang teramat hebat. Tapi ia masih bisa melihat walau tak jelas. Terlihat siluet wajah seseorang, seorang pria. Ia tak jatuh ke tanah, melainkan jatuh ke pangkuan seorang pria. Elle mencoba mengenali pria itu tapi tak bisa. ia sudah merasa sakit yang teramat sangat, rasanya sebentar lagi ia akan pingsan.

Elle berusaha keras untuk tetap membuat matanya terbuka dan menerawang wajah pria itu. Tapi percuma yang terlihat hanya gambaran buram dan berkabut. Kini rasa sakit itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia akhirnya menyerah pada keadaan.

“Siapa kau?” hanya itu kata yang mampu Elle ucapkan dengan sisa tenaganya. Dan setelahnya ia menutup mata tak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Roudatul Jannah

Roudatul Jannah

Seru banget😚

2023-02-10

0

Bu'e Kirana N Kenzie

Bu'e Kirana N Kenzie

lanjut kak seru cerita y😘😘😘

2023-01-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!