Elle menutup pintu WC dengan kencang. Hatinya berdegup keras, ketakutan menyelimuti dirinya. Badannya gemetaran, segera ia memeriksa celananya.
Betapa kagetnya ia saat melihat ke bawah kakinya. Darah mengalir dari kakinya. Ia pun panik, saat bercermin ia melihat kondisi wajahnya yang sudah pucat pasi. Elle mulai merasa pusing dan lemas. Sesaat kemudian ia tak sadarkan diri.
Zielle juga sebenarnya agak cemas dengan kondisi Kakaknya yang tak kunjung keluar dari WC. Ini sudah satu jam. Apa mungkin kakaknya membersihkan WC? Tapi bukannya tadi sudah. Zielle tak tenang, ia pun memutuskan untuk pergi ke wc dan mengecek kondisi kakaknya.
“Kak, lo ada di dalem kan?” Zielle menggedor pintu wc dengan keras. Tak ada jawaban sama sekali.
“Kak! Jawab!” Zielle jadi panik.
“Kak, buka pintunya!...Kakak!” Zielle semakin risau. Kakaknya tak kunjung keluar atau merespon. Ia akhirnya mendobrak pintu WC.
“Brak” pintu WC pun terbuka.
“Kakaaaak!” Zielle begitu syok tatkala mengetahui kondisi kakaknya yang terbaring di lantai wc tak sadarkan diri.
“Kakak! Bangun Kak!” Dengan tangan yang gemetaran dan panik tak karuan Zielle mencoba membangunkan kakaknya.
Zielle kebingungan, bagaimana sekarang, ia seorang diri di sini. dan rumahnya pun jauh dari warga sekitar. Zielle harus minta tolong ke siapa?
Di tengah kebingungan itu, tiba-tiba handphone Elle berdering. Zielle kemudian pergi untuk mengangkat telpon itu.
“Hallo.” Ucap Zielle dengan nada getir.
“Hallo, Zielle? Ini kau? apa Kakakmu sedang bersamamu?” Ternyata yang menelpon adalah Reynold. Hati Zielle jauh lebih tenang saat mendengar suara Reynold.
“Kak Rey, Kak Elle...” Zielle tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia kemdian menangis sesegukan.
“Elle kenapa? Ada apa dengannya?” terdengar suara Reynold yang berubah panik.
“Kak Elle tak sadarkan diri di wc. Kami sekarang sedang di rumah Papah. Kak Zielle memintaku untuk ikut pindah ke sini bersamanya. tapi sekarang, dia...dia...” Zielle menangis sesegukan.
“Sudah, cukup. aku sudah mengerti sekarang. Baiklah, aku akan segera ke sana sekarang. Kau tenanglah, tetap berada di samping kakakmu ya.” Ucap Reynold yang kemudian mematikan sambungan telepon.
“Baik Kak.” Zielle kemudian menaruh handphone milik Elle ke saku tasnya.
Zielle kemudian menunggu kedatangan Reynold dengan harap cemas. Ia terus memegang erat lengan Kakaknya. Berharap kakaknya bisa sadar sekarang.
“Kakak..” Ucap Zielle sambil menangis.
Beberapa saat kemudian, datanglah Reynold. Reynold langsung masuk ke rumah yang tak dikunci itu. Ia berlari ke WC dengan wajah yang panik.
“Elle.” Reynold membuka pintu WC.
“Kak Rey.” Ucap Zielle kemudian berlari memeluk Reynold.
“Untunglah Kakak datang.” Zielle memeluk Reynold sambil menangis.
“Tidak apa, kau jangan khawatir.” Reynold mengusap kepala Zielle perlahan. Ia mencoba menenangkan Zielle.
Reynold kemudian mengecek kondisi Elle. Ia sangat terkejut tatkala mengetahui sekujur kaki Elle penuh dengan darah.
“Zielle, apa kakakmu terjatuh?” Tanya Reynold.
“Tidak Kak, Tadi kami sedang memasang lampu di ruang tengah. Saat aku kemudian menyadari bahwa celana Kak Elle terdapat darah. Aku kira Kak Elle mens atau apa. Tapi ia begitu panik saat mengetahui itu, kemudian ia ke wc lama sekali. Akhu khawatir, akhirnya aku dobrak pintu dan tiba-tiba kakak sudah tak sadarkan diri dengan kondisi begini.” Zielle menjelaskan sambil menyeka air matanya.
“Baiklah, ayo kita bawa Kakakmu ke rumah sakit.” Ucap Reynold yang kemudian memangku Elle untuk dibawa ke mobilnya.
Reynold meminjam mobil milik temannya, ia sudah menduga bahwa ia akan membawa Elle ke rumah sakit. Dengan sigap Reynold meletakkan Elle di mobil dan menyalakan mesin. Mereka kemudian pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Elle langsung di bawa oleh tenaga medis ke ruang gawat darurat. Elle langsung ditangani oleh tim medis.
Reynold dan Zielle pun menunggu di luar. Reynold terus mondar-mandir, ia tampak begitu cemas. Begitupun dengan Zielle, yang terus-terusan menangis. Reynold pun berusaha untuk menenangkan Zielle.
“Zielle, sudah. Kakakmu pasti baik-baik saja.” Ucap Reynold sambil memeluk Zielle.
“Tapi...tapi...”
“Sudah, kau jangan menangis. Lebih baik kita berdoa sekarang, supaya kakakmu tidak kenapa-napa dan cepat sembuh. ya?” Ucap Reynold.
“Iya Kak.” Jawab Zielle. Reynold kemudian menyeka air mata Zielle.
Tak lama berselang, seorang perawat keluar dan memanggil mereka.
“Keluarga Nona Adelle .” Ucap Perawat itu.
“Ya, kami.” Ucap Reynold kemudian menghampiri perawat itu.
“Anda suami Nona Adelle?” Tanya pearwat memastikan.
“Emm, saya wakilnya.” Jawab Reynold.
“Baiklah, kalau begitu silahkan masuk ke dalam. Ada beberapa hal yang ingin dokter sampaikan kepada Anda terkait kondisi Nona Adelle.” Kata perawat itu.
“Ya baik.” Jawab Reynold.
“Zielle, tunggu sebentar Ya, Kak Rey harus menemui dokter. Zielle jangan kemana-mana ya.” Ucap Reynold kepada Zielle.
“Baik Kak.” Zielle menuruti perkataan Reynold.
Reynold kemudian masuk ke ruangan. Ia dapat melihat Elle yang tengah ditangani oleh beberapa perawat. Reynold ingin sekali mendekati Elle, tapi ia tahu itu tak bisa. Reynold kemudian duduk di kursi yang berhadaan langsung dnegan dokter yang menangani Elle.
“Anda suaminya Nona Adelle?” Tanya dokter itu kepada Reynold.
“Bukan, saya...saya wakilnya.” Jawab Reynold dengan sedikit canggung.
“Baik. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda terkait kondisi Nona Adelle saat ini. sebelumnya apakah anda tahu bahwa Nona Adelle sedang hamil?” Jelas dokter sambil memeriksa bebebrapa lembar dokumen.
“Apa? Hamil?” Reynold kaget sekali saat mendengar pernyataan dari dokter. ia tak percaya dengan apa yang abru saja ia dengar.
“Iya. Dia hamil, usia kandungan empat minggu.” Dokter kemudian menyodorkan selembar foto USG.
“Tii—tidak mungkin.” Reynold syok saat melihat foto USG milik Elle.
“Kenapa? Apakah tidak ada yang mengetahui terkait kehamilan Nona Elle? Anda tidak diberi tahu sebelumnya?” tanya dokter.
“Tidak dok, bahkan saya tidak akan mengetahuinya jika bukan dari dokter. Apa ini benar-benar hasil USG nya Elle?” Reynold masih ragu.
“Benar Mas. Dan saat ini kondisi janinnya lemah. Nona Adelle masih sangat muda dan ia sepertinya mengalami kelelahan berat yang mengakibatkan pendarahan hebat. Untung saja tidak sampai keguguran. Tetapi jika hal ini terjadi lagi maka janin yang ada dalam kandungannya tidak dapat terselamatkan. Dan akan membahayakan juga pada kondisi ibunya.” Jelas Dokter.
“Pendarahan? Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang?” Tanya Reynold.
“Kami sedang menangani Nona Adelle, usai dari sini, Nona Adelle harus melakukan bedrest total selama satu bulan, sampai kondisi janinya kuat kembali. Dan yang paling penting, ia tidak boleh stress atau sedih berlebihan, itu akan mempengaruhi pada kondisi janin yang ada dalam kandungannya. Tubuh Nona Adelle sebenarnya belum siap untuk menanggungnya, ia masih terlalu muda. Kehamilan di usainya sangat beresiko, jadi saya mohon jaga Nona Adelle dengan baik. Perhatikan asupan makan dan istirahatnya.” Ucap Dokter.
“Baik Dok.” Jawab Reynold dengan hati yang hancur.
Bak petir di siang bolong, Reynold seakan baru saja ditampar dengan sangat keras. Ia tak bisa mempercayai kebenaran yang baru saja ia terima. Elle, wanita yang begitu ia cintai tengah mengandung, tapi yang jelas bukan anaknya karena tak pernah sedikitpun Reynold menyentuh Elle. Siapa yang berani membuat Elle seperti ini. apa Elle juga sudah tahu bahwa ia tengah mengandung? Pikiran Reynold langsung ruwet. Ia tak bisa berpikir jernih untuk saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rendy Pratama
fix inimah alur cinta gue tahun lalu.
nyesek bgt pokok nya,
2023-02-17
0
Roudatul Jannah
Kasian pasti kcewa beut
2023-02-10
0