Tuan Danuarta tengah menuangkan bir ke gelas yang sudah diisi es batu sebelumnya. Ia kemudian meneguk bir itu dengan mata terpejam. Kemudian dia membuka kembali kelopak matanya dan langsung menatap tajam ke arah seorang wanita paruh baya yang ada di hadapannya. Ialah Nyonya Aletha, istri sahnya dan ibu dari ketiga puteranya.
“Jangan menghadapku jika kau hanya ingin memberi tahu soal tingkah konyol anak itu. Ini sudah kesekian kalinya, aku sudah muak!” Tuan Danuarta langsung menaruh gelasnya dengan kasar sambil mengatupkan bibirnya dengan sangat tipis.
“Tapi kenyataannya memang begitu. Dan ini lebih parah dari sebelumnya. Dia meniduri wanita ******.” Ucap Nyonya Aletha dengan hati-hati.
“Apa?” Tuan Danuarta langsung melotot. Ia kemudian bangkit berdiri.
“Keparat! Awas kau Fredy!” Tuan Danuarta lalu bergegas pergi. Nyonya Aletha berusaha menahan suaminya.
“Tunggu dulu, kau jangan langsung menghabisinya. Ingat! Dia satu-satunya pewarismu. Jadi kumohon kontrol dirimu.” Raut wajah Nyonya Aletha nampak menggabarkan kecemasan yang dalam terhadap anak sulungnya itu.
“Tidak! Kali ini dia sudah keterlaluan!” Tuan Danuarta tak menggubris perkataan dari istrinya dan malah tetap melanjutkan langkahnya.
“Boy!” Teriak Tuan Danuarta kepada asisten pribadinya.
“Ya, Tuan.” Tanpa menunggu lama Pak Boy, asisten pribadinya langsung muncul dihadapannya.
“Siapkan mobil, cepat!” Ucap Tuan Danuarta yang sudah hilang kesabarannya.
“Baik Tuan.” Pak Boy langsung menuruti perintah dari Tuan Danuarta.
Dengan cepat, Tuan Danuarta langsung melacak dan mendatangi lokasi dimana anaknya tengah berada.
Betapa kagetnya Tuan Danuarta saat mengetahui tempat apa yang tengah anaknya datangi itu. Sebuah Rumah bordir! Tuan Danuarta langsung turun dengan mengenakan penutup wajah. Ia harus menyembunyikan identitasnya.
Saat didatangi, ternyata Fredy sudah pergi dari tempat itu. Hal tersebut membuat Tuan Danuarta semakin marah dan murka. Menurut informasi yang didapat, Fredy sudah meninggalkan rumah bordir beberapa waktu yang lalu. Tuan Danuarta lalu pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh Madam Ling, tempat Fredy dan wanita ****** itu tengah berduaan.
Tuan Danuarta langsung masuk ke hotel itu tanpa pikir panjang, dirinya sudah dikuasai oleh emosi. Ia tak sanggup membayangkan anaknya tengah bermain dengan seorang wanita malam. saat itu juga Tuan Danuarta mendobrak pintu kamar hotel tempat Fredy dan wanita itu.
“Fredy!” Teriak Tuan Danuarta. Rautnya langsung berubah kaget saat melihat seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan kondisi lengan diikat dan mulut yang disumpal. Nampaknya wanita itu sudah lemas tak berdaya.
“Ayah!” Fredy langsung panik dan ketakutan saat mengetahui ayahnya tiba-tiba ada di hadapannya dengan raut wajah seperti siap menerkamnya.
“Plak!” Tuan Danuarta menampar anak sulung kesayangannya itu.
“Bedebah!” sebuah pukulan keras tepat mengenai perut Fredy.
“Dasar anak tak tahu diuntung!” Tuan Danuarta kini menjambak baju Fredy dengan kencang.
“Ampun Ayah, ampun.” Ucap Fredy memelas.
“Jangan harap! Kali ini kau akan mendapat ganjaran atas apa yang telah kau perbuat!” Ayah kemudian menyeret Fredy dengan kasar.
“Bereskan wanita itu.” Ucap Tuan Danuarta pada Pak Boy.
Dengan sigap Pak Boy membawa wanita itu. Ia memasukkan wanita itu ke kantung jenazah, padahal wanita itu masih bernafas. Pak Boy kemudian memasukkan wanita itu ke dalam bagasi mobil keluarga Danuarta.
Saat mobil melesat di jalanan dengan cepat, terlihat sebuah motor mengikuti dari belakang.
“Sial!” Pak Boy menggebrak kemudi mobil dengan kencang, ia tampak kesal karena ada saja yang mengganggu tugasnya.
Mengetahui hal itu Pak Boy langsung memisahkan diri dari rombongan Tuan Danuarta. Tuan Danuarta dan anaknya berada di mobil yang satunya, melaju berlawanan arah dengan mobil yang dikendarai oleh Pak Boy.
Pak Boy dengan cepat berusaha menjauhkan diri dari sosok yang mengikutinya. Saat dirasa mulai jauh dan tak diikuti lagi, Pak Boy kemudian berhenti di tepi jurang. Ia membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan kantung yang berisi wanita itu. Pak Boy kemudian membuang kantung itu ke jurang. Dasar jurang itu langsung lautan. Jadi menurut Pak Boy kantung itu akan tenggelam dan hanyut di lautan lepas.
“...” Pak Boy terdiam untuk sesaat, seakan sekujur tubuhnya membeku. Nampaknya, ia masih memiliki rasa kemanusiaan. Pak Boy tak tega untuk melenyapkan gadis yang ada di kantung itu.
“Payah, mengapa aku jadi selemah ini.” Pak Boy kembali mengangkat kantung itu. Ia berusaha melawan jeritan hati kecilnya yang tak terima dengan perbuatan yang akan dilakukannya itu.
“Aku akan tetap menjalankan tugasku. Tetapi jika takdirmu akan selamat, maka biarkan Tuhan menjalankan alur ceritanya.” Ucap Pak Boy sembari meratapi kantung itu. Ia kemudian memantapkan hatinya untuk membuang kantung itu.
Setelah membuang kantung itu, Pak Boy kembali masuk ke mobil dan segera meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa.
Saat semua orang telah pergi, sosok yang mengikuti Pak Boy kembali muncul dan mendekati kantung yang baru saja dibuang. Ternyata selama ini sosok itu bersembunyi di balik semak-semak yang ada di tempat itu. Sosok itu ialah Reynold, ia begitu panik saat mengetahui Elle, wanita yang ada di dalam kantung itu dibuang begitu saja ke jurang dalam kondisi hidup-hidup.
“Elle!” teriak Reynold.
Reynold kemudian turun ke jurang tanpa pengaman apapun. Untunglah, kantung itu tidak langsung terbuang ke lautan, kantung itu menyangkut diantara ranting pohon yang ada di tepi jurang. Reynold berusaha dengan keras untuk mengangkat kantung itu ke atas.
Reynold hampir menyerah, tenanganya hampir habis. Ia sudah tak kuat untuk naik ke atas. lengannya tak sanggup lagi untuk menopang kantung yang berisi manusia itu. Hampir saja Reynold melepaskan genggamannya, tapi untungnya ia tak putus asa. Ia memaksakan sisa tenanganya dan berjuang sekuat tenanga untuk bisa kembali ke atas bersama kantung itu.
“Kau harus hidup Elle! Kau harus bahagia!” Reynold berteriak dengan kencang, ia tahu Elle tidak akan mendengarnya tetapi kata-kata itu yang berhasil memacu semangatnya.
Usaha Reynold tak sia-sia. Ia akhirnya sampai di atas dengan kantung itu. Ia masih panik dan ketakutan, dengan tergesa-gesa ia langsung membuka kantung itu. Untunglah, Elle masih bernafas. Reynold kemudian mendekapnya karena tubuh Elle sudah sedingin es. Elle tak bisa bangun, Reynold benar-benar panik.
Reynold hanya bisa menangis dan meratapi kondisi wanita pujaannya itu yang kini sudah tak karuan. Wajah cantiknya sudah pucat, tubuh seksinya sudah koyak. Air mata mengalir dengan deras membasahi pipi Reynold. Reynold mendekap Elle dengan erat, ia kemudian merapikan rambut Elle yang kusut dan menghalangi wajah cantiknya itu.
“Kau adalah mutiara, wajahmu gemerlap ditimpa sinar rembulan Elle.....” Reynold mengusap wajah Elle dengan penuh kasih sayang.
“Kau tak pantas untuk menerima semua ini Elle.” Air mata Reynold jatuh membasahi wajah Elle yang berkilauan ditimpa sinar rembulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Roudatul Jannah
kasian banget🤧
2023-02-10
0
Roudatul Jannah
Hujan deras🤧
2023-02-10
0