Reynold duduk di dekat Elle dengan raut wajah tertegun. Mereka hanya saling teridam, tak ada satu patah katapun yang terlontar. Sehingga membuat suasana dalam ruangan tampak sangat hening. Denting jam seakan terdengar begitu nyaring. Alunan nafas mereka seakan terdengar bersautan satu sama lain.
Elle sebenarnya tengah menunggu penjelasan dari Reynold. Pria itu, yang kini duduk di sampingnya menyimpan banyak rahasia yang tak mampu ia ungkapkan pada Elle. ingin sekali Elle bertanya dengan nada mengintimidasi tetapi sekarang ia tak bisa melakukannya. Pria yang ada di hadapannya menjadi sangat pendiam dan misterius, Elle tak bisa menebak isi kepalanya.
Keheningan itu terpecahkan oleh suara langkah kaki yang cepat. Mereka berdua tahu langkah kaki milik siapa itu. Sesaat kemudian Zeielle muncul di hadapan mereka.
“Kakak!” Zielle langsung memeluk Elle dengan erat.
“Aku benar-benar khawatir, kakak baik-baik saja kan?”Zielle menatap ke semua bagian tubuh kakaknya. Ia ingin memastikan bahwa badannya masih lengkap dan utuh.
“...” Elle hanya terdiam. Tatapannya masih sama, dingin dan kosong.
“Zielle, kakakmu sudah mendapat perawatan dari bidan. Sekarang dia hanya perlu beristirahat. Jadi, tidak ada alasan lagi untukku berlama-lama di sini.” Reynold tanpa diminta langsung beranjak pergi.
“Tunggu!” Elle kini bersuara. Ia mencoba bangkit dan menghampiri Reynold.
“Lo masih berhutang penjelasan sama gue!” Elle terdengar mengintimidasi.
“Aku tidak berhutang apapun padamu Elle. apa yang kau lihat dan kau dengar, itulah kebenarannya. Kau tidak usah repot-repot memikirkanku. Pikirkan saja tentang kesehatanmu. Kau harus pulih cepat, aku berharap bisa melihatmu lagi duduk di bangku kelas.” Jelas Reynold.
“Memang semua cowo sama aja! Penipu dan pecundang!” Elle kemudian mundur dan menjauh dari Reynold.
“Elle, bukan begitu. Elle...” Reynold mencoba mengejar Elle.
“Biarkan saja Kak, mungkin Kakak sedang butuh istirahat. Jika kakak mau pulang sekarang kakak bisa melakukannya.” Ucap Zielle.
“Ya, baiklah. Aku titip Elle padamu ya. tolong perhatikan makan dan istirahatnya. Aku pamit sekarang.” Reynold kemudian menepuk pundak Zielle.
“Ya, sampai jumpa lagi Kak.” Ucap Zielle yang melambaikan tangannya hingga Reynold benar-benar meninggalkan rumah itu.
Usai berpamitan dengan Reynold, Zielle kemudian menutup pintu rumah dan mempersiapkan makan malam untuk dirinya dan kakaknya. Zielle baru berusia dua belas tahun, ia hampir akan menyelesaikan pendidikan di sekolah dasarnya. Tadinya, ayah tirinya hendak menyekolahkannya di sekolah internasional usai tamat dari bangku sekolah dasar. Tetapi siapa sangka peristiwa ini akan terjadi.
Zielle begitu menyayangi kakaknya melebihi ibu kandungnya sendiri. Tentu saja karena sejak kecil, Elle sudah bertugas mnejadi ibu pengganti bagi Zielle. Ibu mereka telah meninggalkan rumah sejak Zielle masih berusia dua tahun. Saat itu kondisi perekonomian keluarga mereka benar-benar sulit. Ayah kandung mereka jatuh sakit dan tidak bisa bekerja. Ibunya tak tahan dengan itu dan memilih untuk berselingkuh dengan pria kaya raya yang kini menjadi ayah tiri mereka. Begitu mengetahui Elle akan pergi dari rumah ayah tiri dan ibunya tentu dengan tegas Zielle akan memilih untuk mengikuti kakaknya.
Kini, Ayah mereka telah tiada dan Elle tertimpa kemalangan semacam ini. sejujurnya, Zielle belum sanggup untuk menghadapi ini semua. Tetapi mau bagaimana lagi. Jika ia tidak menemani kakaknya, apalagi dalam kondisinya sekarang yang begitu rapuh maka siapa yang akan menemaninya? Untunglah, Zielle dibantu oleh Reynold, sahabat Elle sejak duduk di bangku SMA. Zielle tak bisa menyebut mereka sebagai sahabat lagi karena perlakuan Reynold dan perasaan Reynold terhadap Elle sudah lebih dari itu. Dan Zielle juga tidak terlalu naif untuk mengetahui bahwa Reynold sudah beberaopa kali mengutarakan cintanya pada Elle tetapi terus ditolak. Zielle juga tahu kalau kakaknya juga mencintai pria lain bernama Fredy. Zielle pernah bertemu sekali dengannya saat Zielle datang ke kampus bersama ibunya untuk mengurus administrasi kuliahnya Elle.
Zielle dapat menilai pria macam apa Fredy itu sejak pandangan pertama. Sejujurnya, Zielle lebih suka kakaknya dekat dengan Reynold dari pada Fredy. Tetapi Kakaknya tak mau mendengar perkataan siapapun. Kakaknya tetap bersikeras untuk memilih Fredy sebagai kekasihnya. Padahal Zielle mempertanyakan apakah Fredy juga mencintai kakaknya?
Saat mekan malam itu, Zielle sendirian. Kakaknya menolak untuk makan. Zielle sudah cukup dewasa untuk menyadari bahwa perbuatan kakaknya itu adalah bentuk penolakannya terhadap kehadiran janin yang ada di rahimnya sekarang. Zielle, sejujurnya juga terkejut saat mengetahui fakta ini. bagaimana kakaknya bisa sampai sejauh ini. tapi satu hal yang Zielle ketahui, anak itu pasti anaknya Fredy. Karena tak mungkin jika Reynold.
“Kak, aku membeli nasi padang, kesukaan kakak. Ya, walau tanpa sambal. Ayo keluar dan makanlah.” Zielle tak patah semangat. Ia berkali-kali mengetuk pintu kamar kakaknya agar mau keluar.
“...”Tak ada jawaban sama sekali. Zielle hampir putus asa, ia kemudian mengeluarkan kalimat yang akhirnya membuat Elle mau membuka pintu kamarnya.
“Kak, aku melakukan ini karena aku sayang padamu. Aku tahu kau begitu membenci dirimu, tapi setidaknya tetaplah hidup untukku. Terserah kau mau apakan janin itu jika kau tak mengharapkannya. Tapi dirimu, tubuhmu, kau harus hidup untukku kak. Kau satu-satunya keluarga yang kupunya dan kusayangi.” Ucap Zielle, terdengar isakan di akhir kalimatnya.
Zielle sudah hampir pergi, kemudian Elle membuka pintu kamarnya.
“Kakak.”Zielle etrsenyum bahagia saat melihat wajah kakaknya dari balik pintu perlahan muncul di hadapannya.
Zielle, tak perlu bertanya. Ia langsung masuk ke kamar kakaknya, karena ia tahu jika kakanya membukakan pintu kamar berarti ia tegah mempersilahkan orang itu untuk masuk ke kamarnya.
Zielle kemudian duduk di kursi dekat kasur kakanya. Sementara Elle duduk di atas kasur.
“Kakak mau aku suapi?”Tanya Zielle dengan lembut.
“...”Elle menggeleng pelan.
“Baiklah. Akan ku taruh makanannya di atas meja.” Zielle kemudian bangkit. Ia hendak keluar karena ia takut jika kakanya akan malu jika diperhatikan makannya oleh Zielle.
Tetapi Elle menarik lengan Zielle, seakan berkata bahwa Zielle harus tetap disitu. Zielle kemudian kembali duduk, Elle lalu mengisyaratkan dengan tangannya untuk menuruh Zielle duduk di sampingnya. Zielle kemudian menurutinya.
Awalnya Zielle bertanya-tanya, apa yang akan Elle katakan padanya. Tetapi Elle tak berbicara sepatah katapun dan hanya menatap wajanya dengan bola mata yang berkaca-kaca. Elle kemudian mengelus lembut wajah Zielle. Ia kemudian menangis.
“Kakak.” Mereka kemudian berpelukan.
Elle lalu berbisik ke telinga Zielle dengan pelan.
“Aku telah hancur, aku mungkin bukan kakakmu lagi.” Ucap Elle. Zielle daoat merasakan air mata yang jatuh dari pipi Elle.
“Tidak Kak, mau bagaimana pun kau akan tetap menjadi kakakku dan akan selalu begitu. Kita kan melewati semua ini bersama-sama. Berjanjilah untuk tidak menyakiti dirimu lagi. Kau tahu betapa cemas aku memikirkannya. Kakak harus tetap hidup, kita akan hadapi semuanya bersama-sama.” Zielle tak kuasa menahan kesedihan yang memenuhi relung hatinya. Ia kemudian ikut menangis.
Bukan karena kondisi Elle saat ini, tapi lebih karena ia menyadari bahwa sebagian dari kakaknya telah hilang bersama kesedihan yang datang. Elle, kakaknya sudah banyak berubah di mata Zielle. Mungkin ia tak akan lagi menemukan kakaknya yang dulu, yang periang dan selalu tersenyum. Tawa lepasnya selalu menjadi yang paling kencang kini musnah oleh derai air mata yang tak pernah berhenti mengalir dari pipi tirusnya itu. Zielle hanya bisa berharap bahwa mungkin, di suatu hari nanti ia akan emnemukan kakaknya kembali. Kakaknya yang periang dan dikelilingi oleh kebahagiaan bukan penderitaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Roudatul Jannah
Perhatian banget adek nya😻
2023-02-10
0