Cahya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menyusuri ruas-ruas jalan yang nampak ramai di pagi hari ini. Seperti biasa, ia harus ekstra hati-hati dalam berkendara mengingat di jam-jam seperti ini banyak orang yang berlalu lalang menggunakan fasilitas jalan raya. Memulai hari dengan segala macam aktivitas dan rutinitas masing-masing.
Cahya bisa bernapas lega setelah melihat wajah Alina dan Malika kembali berbinar. Wajah-wajah yang sebelumnya begitu muram karena rasa kecewa yang mereka tunjukkan kepada sang ayah kini telah menghilang, berganti dengan rona kegembiraan. Bagaimana tidak gembira jika di tengah perjalanan menuju sekolah anak-anak tadi, Cahya membawa mereka untuk mampir sejenak di minimarket. Membelikan keduanya es krim yang merupakan salah satu menu favorit mereka.
Mungkin terdengar sangat tidak wajar karena pagi-pagi seperti ini Cahya membelikan kedua putrinya es krim. Namun itu adalah satu-satunya cara agar mereka bisa kembali bersemangat untuk pergi ke sekolah. Tidak bisa dipungkiri jika sikap yang ditunjukkan oleh Awan benar-benar telah menghancurkan mood kedua putrinya ini.
"Loh Bun, ini mobilnya kenapa? Kok seperti mau mogok?"
Alina berseru saat merasakan mobil yang ia tumpangi terasa begitu aneh. Cahya yang merasakan hal yang sama juga dibuat bertanya-tanya ada apa gerangan dengan mobil ini. Mendadak mobil ini lajunya seperti tersendat-sendat. Ia mengarahkan setir kemudinya ke arah kiri bermaksud untuk menepi.
"Iya ya Sayang, kenapa ya?"
Belum sempat mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya, tiba-tiba saja mesin mobil yang ia kemudikan mati. Hal itulah yang membuat Cahya sedikit terkejut.
"Astaghfirullah .... ada apa ini?" ucap Cahya lirih. Meskipun sedikit panik namun Cahya mencoba untuk tetap tenang.
"Nah kan, mogok kan Bun. Kenapa Bun? Apa bensinnya habis?" tanya Malika dengan polosnya.
"Tidak Sayang. Bensinnya masih full. Mungkin mesinnya."
"Mesinnya kenapa Bun? Terus kami ke sekolah naik apa?"
"Tunggu sebentar ya Nak. Barangkali di luar sana ada orang yang bisa memberikan bantuan. Kalian tetap di sini ya."
"Baik Bunda!"
Cahya keluar dari dalam mobil. Ia berdiri di depan kap mobil sembari menatap lekat bagian itu.
"Percuma saja jika aku membuka kap mobil. Aku juga tidak paham perihal mesin seperti ini," lirih Cahya sembari membuang napas sedikit berat. Ia sungguh bingung harus bagaimana dan melakukan apa.
Cahya mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Hanya ada barisan tanaman padi yang menguning di sisi kanan kirinya. Karena area ini memang merupakan area persawahan.
"Mau tidak mau, aku harus memesan taksi online untuk bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah."
Cahya merogoh saku gamis yang ia kenakan. Wanita itu bermaksud memesan taksi online untuk bisa mengantarkan kedua putrinya. Baru saja Cahya akan membuka aplikasi, ekor matanya menangkap bayangan sebuah mobil berwarna hitam yang berhenti tepat di belakang mobilnya. Tak berselang lama keluarlah sosok lelaki berperawakan tinggi dan tegap dengan mengenakan pakaian formal.
"Ada apa Mbak? Kok berhenti di pinggir jalan seperti ini?" tanya lelaki itu seraya berjalan mendekat ke arah Cahya.
"Ini Mas, mobil saya tiba-tiba mogok."
"Mogok? Apa kehabisan bensin?"
"Tidak Mas, bensin masih full. Sepertinya bagian mesinnya. Tapi saya juga tidak paham Mas."
Lelaki itu terlihat berpikir sejenak. "Lantas, Mbak ini mau kemana?"
"Mau mengantar sekolah anak-anak Mas. Mereka menunggu di dalam mobil."
Lelaki itu melirik penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangan. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan sudah mendapatkan jalan keluar.
"Begini saja Mbak, lebih baik Mbak memesan taksi online terlebih dahulu. Sedangkan mobil ini untuk sementara coba saya perbaiki. Takutnya jika menunggu mesin mobil ini sampai hidup kembali, anak-anak Mbak terlambat ke sekolah."
Cahya terhenyak. Dengan cara yang diusulkan oleh lelaki ini ia takut jika sampai merepotkan. "Tapi Mas, apa tidak merepotkan?"
"Sama sekali tidak Mbak. Saya sedikit paham perihal mesin. Mudah-mudahan bisa saya perbaiki."
Cahya tersenyum penuh arti. Ia menganggukkan kepala sebagai pertanda menyetujui usulan lelaki ini. "Baiklah kalau begitu Mas. Sekali lagi saya minta maaf karena sudah merepotkan."
"Sama sekali tidak Mbak."
Cahya menghampiri anak-anaknya yang masih berada di dalam mobil. "Sayang, turun dulu yuk. Kita naik taksi online."
Dua gadis itu menurut dan kini mereka berdiri di samping Cahya.
"Lalu mobil Bunda bagaimana? Apa ditinggal di sini?" tanya Alina.
"Tidak Sayang." Cahya menunjuk ke arah lelaki yang tengah berdiri di depan kap mobil. "Itu ada Om baik yang menolong kita."
Malika dan Alina sama-sama mengedarkan pandangan mereka ke arah lelaki itu. Mereka pun berlari kecil mendekatinya.
"Om ini siapa? Apa Om ini yang bekerja di bengkel?" tanya Malika dengan polos.
Lelaki itu memperhatikan dengan lekat dua gadis kecil berseragam biru yang terlihat cantik-cantik sekali. Ia pun hanya bisa tersenyum simpul.
"Bukan Nak, Om bukan pekerja bengkel. Namun Om sedikit tahu tentang mesin seperti ini. Semoga mesin mobil kalian ini bisa hidup lagi ya."
Alina menatap sinis lelaki asing yang ada di hadapannya ini. "Om benar orang baik kan? Atau penjahat yang sering mencuri mobil?"
Cahya terhenyak. Kedua bola matanya terbelalak lebar. Tidak menyangka jika Alina bertanya seperti itu.
"Nak, tidak boleh berkata seperti itu. Itu namanya tidak sopan, Sayang."
"Kata bu guru di sekolah, sekarang ini sering terjadi pencurian mobil Bun. Bunda tidak kenal Om ini kan? Alina takut jika Om ini akan membawa lari mobil kita."
Cahya tersenyum kikuk. Ia sungguh merasa tidak enak hati terhadap sosok lelaki ini akibat celotehan dari si putri sulung. "Maafkan ucapan anak saya ya Mas."
Di luar dugaan, lelaki itu justru tergelak. Ia merasa jika dua anak kecil ini sungguh sangat paham tentang bahayanya mudah percaya kepada orang yang tidak dikenal.
"Benar yang dikatakan oleh anak-anak, Mbak." Lelaki itu berjongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Alina dan Malika. Ia ulurkan kertas kecil yang ia ambil dari saku kemejanya. "Jika Om membawa lari mobil kalian, kalian bisa melaporkan Om ke kantor polisi. Di kartu nama ini ada nama dan juga alamat kantor Om."
Alina menerima kartu nama yang diberikan oleh lelaki ini. Gadis kecil itu mengeja huruf-huruf yang tertera di sana.
"Langit Biru? Ini nama Om?"
"Betul Nak, Langit Biru adalah nama Om. Bagaimana, apakah kalian sudah percaya bahwa Om ini bukan orang jahat?"
Alina terlihat berpikir sejenak, namun kemudian ia menggelengkan kepala. "Tapi Alina masih belum percaya. Bisa-bisa Om ini memakai kartu nama orang lain."
Lelaki yang ternyata bernama Langit itu semakin dibuat terbahak. Ia sungguh tidak menyangka jika akan bertemu dengan anak kecil yang cerdas seperti ini. Tanpa banyak kata, Langit mengambil sesuatu yang ada di dalam mobilnya. Kemudian ia serahkan kepada Alina.
"Ini adalah STNK mobil Om. STNK ini bisa kalian bawa sebagai jaminan bahwa Om tidak akan membawa lari mobil kalian. Bagaimana? Apa sudah cukup membuat kalian percaya?"
Alina menerima STNK yang diberikan oleh Langit dan ia serahkan kepada Cahya.
"Nah, kalau seperti ini Alina percaya jika Om ini memang bukan orang jahat Bun."
Cahya hanya bisa menggaruk ujung hidungnya yang tiada gatal. Sungguh ia merasa tidak enak hati jika lelaki bernama Langit ini tersinggung atas sikap sang putri.
"Saya benar-benar minta maaf ya Mas. Maafkan sikap putri saya ini jika menyinggung perasaan Mas Langit."
"Sama sekali tidak Mbak. Aku malah kagum dengan mereka. Di usia mereka yang masih terbilang kecil ini mereka sudah bisa berpikir kritis. Ini justru menjadi kelebihan Mbak. Dengan begitu mereka tidak mudah percaya kepada orang asing yang baru mereka kenal."
Lagi-lagi Cahya hanya bisa tersenyum kikuk. Tak selang lama, taksi online yang ia pesan tiba. Cahya dan kedua putrinya bersiap-siap untuk menaiki taksi online itu.
"Terima kasih ya Om Langit," ucap Alina setelah sang bunda menutup pintu taksi online.
"Sama-sama Nak. Hati-hati di jalan dan semangat belajar."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
nahhh langit yg akan membantu awan mencari kan rumah buat mega dan awan bilang klo mega lah istri nya hmm dan langit lah yg akan menjadi pelangi setelah badai melanda memporak porandakan hidup aya wkwk ngarep kek gt gpp kn ya🤭🤭🤭🤭
2023-02-18
0
Ahmad Affa
nah kan.... awan mendung akan tergantikan dengan langit biru yg akan banyak memberikan cahaya keindahan dalam semesta.....sepertinya ini jodoh yg tertunda buat cahaya 🤭😄
2023-02-07
1
indriyani
untuk part ini, aku berikan jempol untuk Alina dan Malika🤪🤪🤪
2023-02-01
0