Bab 7. Semakin Keterlaluan

"Apa-apaan kamu Mas? Mengapa kamu harus menggebrak meja?" teriak Cahya dengan kedua bola mata yang membulat sempurna. Ia sungguh terkejut karena Awan melakukan hal yang di luar kendali seperti ini.

Awan masih nampak hening dengan deru napas yang terdengar memburu. Pundaknya naik turun menahan amarah yang ada di dalam dada. Lelaki itu seakan masih belum puas untuk meluapkan semuanya. Sehingga ia mengumpulkan tenaga untuk bisa menyerang Cahya.

Cahya melirik ke arah kedua putrinya. Nampak jelas rona ketakukan di sana. Bahkan anak sekecil mereka pun turut terkejut dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah.

"Sayang ... Kalian tunggu di depan sama Nenek ya. Bunda siapkan bekal untuk kalian terlebih dahulu." Cahya mendekat ke arah sang ibu mertua. "Bu, temani anak-anak di teras dulu ya. Aku ingin bicara dengan mas Awan sebentar."

Seakan mengerti apa yang menjadi maksud sang menantu, Marni menganggukkan kepala seraya menggeret kursi roda yang ia duduki.

"Ayo Sayang, kita tunggu Bunda di depan."

Malika dan Alina saling melempar pandangan. Kedua anak kecil itu menurut apa yang menjadi perintah sang Bunda.

"Alina ke sekolah diantar Bunda saja. Alina tidak mau sama Ayah," ucap Alina sembari turun dari kursi makan.

"Iya, Malika juga tidak mau diantar Ayah. Ayah seperti monster. Hiiiiiiiiiii takut!" sambung Malika sembari bergidik ngeri. Hal itulah yang semakin membuat Awan tersentak. Lelaki itu tidak menyangka jika kedua putrinya akan mengatakan hal itu.

"Iya nanti Bunda yang antar ya Sayang. Sekarang Kakak dan Adek tunggu Bunda di depan dulu. Bunda ingin bicara sebentar sama ayah dan sekalian menyiapkan bekal untuk kalian."

Dua gadis kecil itu patuh akan apa yang diperintahkan oleh sang bunda. Mereka menuju teras bersama Marni.

Cahya menarik napas dalam dan ia hembuskan perlahan. Ada rasa sesak yang tertahan di dalam dada namun ia berupaya untuk mengurainya dengan beristighfar di dalam batin. Apa yang telah dilakukan oleh Awan sungguh merajam hati dan juga melumpuhkan sendi-sendi di tubuhnya.

"Apa yang telah kamu lakukan Mas? Mengapa kamu sanggup melakukan ini semua?"

Cahya yang sebelumnya berada di posisi berdiri, kini ia memilih untuk mendaratkan bokongnya di atas kursi makan. Ia ingat salah satu nasihat bijak bahwa ketika sedang berselisih dengan orang lain, ada baiknya dibicarakan dengan posisi duduk. Tentunya agar emosi itu dapat terkendali.

"Tidak perlu kamu tanya seharusnya kamu sudah paham, Ay. Masakanmu itu tidak enak. Terasa asin sekali. Kamu mau meracuniku?"

Awan berteriak lantang seakan tidak ingin kehilangan powernya sebagai seorang laki-laki. Dengan intonasinya yang tinggi, ia berharap akan membuat nyali sang istri menciut sehingga tidak bisa melawan lagi.

"Baiklah, aku minta maaf jika masakanku hari ini memang terasa asin. Tapi tidak semestinya kamu menggebrak meja di hadapan putri-putrimu Mas. Mereka pasti akan ketakutan. Sekarang kamu lihat sendiri bukan? Mereka bahkan tidak mau diantar olehmu!"

Awan masih berdiri dengan pongah. Ia memandang sinis wajah istrinya ini. "Aku memang sengaja menggebrak meja agar kamu itu sadar Ay!"

"Sadar? Sadar akan apa Mas? Aku rasa masakan yang keasinan merupakan hal yang wajar dan sering dialami oleh ibu-ibu rumah tangga yang lain. Tidak hanya aku saja."

Awan berdecih lirih. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya untuk bisa mendekatkan wajahnya di wajah Cahya. "Sadar bahwa kamu itu semakin hari semakin kacau, Ay!"

Dahi Cahya berkerut dalam. Tidak terlalu paham dengan apa yang diucapkan oleh Awan. "Kacau? Kacau bagaimana maksudmu Mas?"

"Semakin hari tidak ada satupun pekerjaan yang beres di tanganmu. Beberapa minggu terakhir ini pekerjaanmu sungguh buruk sekali. Rumah tidak sebersih dan serapi dulu. Penampilanmu yang awut-awutan dan sama sekali tidak terlihat menyejukkan mataku."

Seberapa kuat Cahya menahan sesak di dada, pada kenyataannya rasa sesak itu seperti tanggul yang jebol setelah dihantam oleh banjir bandang hingga membuat bulir bening yang telah menumpuk di sudut mata, lolos begitu saja.

"Begitu burukkah semua pekerjaan yang sudah aku kerjakan di matamu, Mas? Tidak adakah satupun yang benar di pandanganmu?"

Suara Cahya terdengar sedikit sumbang. Seorang suami yang seharusnya bisa menjadi sosok pelindung yang penuh dengan kasih sayang kini yang ada justru sebaliknya. Ucapan Awan sudah seperti sebilah belati tajam yang menghunus jantung milik Cahya hingga wanita itu merasakan kesakitan.

Awan mengendikkan bahu. "Ya, di mataku kamu buknlah Cahya yang dulu. Kamu berubah Ay!"

"Kamu yang berubah Mas. Kamu yang berubah!" teriak Cahya sembari menyeka air mata yang sudah membanjiri pipi. "Kamu dulu sering membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Kita saling bahu membahu untuk mengerjakan ini semua. Sedangkan sekarang apa? Kamu memandangku sebelah mata di saat semua pekerjaan rumah aku tanggung sendirian!"

Awan tersenyum sinis. Ia menyilangkan lengan tangannya di dada. "Jelas aku berubah. Saat ini perusahaan ekspedisi yang aku rintis sudah berada di mana-mana jadi aku tidak sudi untuk membantumu mengerjakan pekerjaan rumah. Di mana letak harga diriku sebagai seorang pemilik perusahaan ekspedisi yang sukses jika harus membantumu mengerjakan pekerjaan rumah!"

Cahya terhenyak. Ternyata kesuksesan yang didapatkan oleh Awan membuat lelaki itu lupa akan daratan. Cahya bangkit dari posisi duduknya. Ia berdiri di hadapan Awan untuk sejenak.

"Jangan terlalu jumawa dengan apa yang sudah kamu genggam, Mas. Ingat, sebuah hal yang mudah bagi Allah untuk membuatmu kembali seperti dulu lagi, di mana kamu belum dikenal oleh siapapun dan tidak memiliki apapun selain keluargamu!"

Awan tergelak seketika hingga suaranya terdengar begitu menggelegar. "Hahahaha ... Jika kata kamu dunia ini seperti roda yang berputar, saat ini aku akan menghentikan roda itu Ay, dan selamanya aku tatap berada di posisi puncak!"

Cahaya semakin terperangah, dengan bibir yang menganga lebar. Ternyata suaminya ini sudah berubah drastis.

"Aku sungguh tidak lagi mengenalmu Mas. Kamu berubah!"

Tak ingin terlalu lama berhadapan dengan Awan yang hanya semakin mengikis kesabaran yang ia punyai, Cahya memilih untuk segera melenggang pergi meninggalkan ruangan ini. Ia menyambar bekal kedua putrinya yang sudah siap dan bermaksud untuk segera mengantar mereka ke sekolah.

"Sayang, ayo kita berangkat! Mumpung masih pagi, jadi udara masih terasa segar!" ajak Cahya kepada dua putrinya.

"Bunda .... Bunda menangis? Kok mata Bunda berair? Ayah marah-marah ya Bun?" tanya Malika dengan polosnya.

Cahya tersadar. Buru-buru ia menyeka sisa-sisa air mata yang mungkin masih membekas di sana. Wanita itupun mencoba untuk tertawa pelan.

"Tidak Sayang, ayah tidak marah-marah kok. Ini mata Bunda berair karena tadi terkena sabun," ucap Cahya sedikit berbohong. Ia tidak ingin membebani hati anak-anaknya dengan kesedihan yang saat ini ia rasakan.

"Bunda kan tidak sedang mandi, mengapa bisa terkena sabun?" tanya Alina yang justru membuat Cahya kelimpungan mencari jawaban.

Cahya tersenyum kecut. Ia baru ingat jika kedua putrinya ini sangatlah kritis. Ia sampai kebingungan harus memberikan jawaban yang seperti apa.

"Sudah, sudah, ayo segera berangkat. Nanti cucu-cucu Nenek ini terlambat ke sekolah. Bukankah hari ini hari pertama kalian masuk sekolah? Pasti tidak ingin terlambat bukan?"

"Iya Bun, ayo kita segera berangkat. Benar kata Nenek, Alina tidak mau terlambat Bun!"

Pada akhirnya Marni menjadi penyelamat Cahya dari pertanyaan-pertanyaan kritis kedua putrinya. Wanita itupun tersenyum simpul di hadapan sang mertua.

"Terima kasih banyak Bu."

Marni juga ikut tersenyum. Ia meraih telapak tangan Cahya dan ia genggam dengan erat.

"Maafkan semua perilaku dan perkataan Awan, Ay. Kamu harus sabar untuk menghadapi ini semua dan kamu juga harus kuat, Nak!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

revinurinsani

revinurinsani

sabar itu ada batasnya..dah deh lebih baik tinggalin aja tuh si awan nnti apa udah berada dibawah sadar lho nnti ngejar lagi cahya

2023-11-11

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

mundur aja ay dr pd makan ati trs²n biarin aja mo ampe kapan awan berada di atas

2023-02-18

0

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

batin cahya pasti tertekan sekali

2023-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!