Bab 5. Seakan Menghindar

Deru suara mesin dan juga sorot lampu sebuah mobil membangunkan Cahya dari lamunannya. Ia memicingkan mata, berupaya untuk menahan sinar lampu itu yang terasa menusuk kornea. Kesadaran yang sebelumnya berkelana ke masa-masa yang telah lalu, seakan ditarik paksa untuk kembali setelah mobil itu berhenti tepat di depan garasi.

"Kemarilah Ay, bantu aku untuk mengangkat anak-anak. Mereka ketiduran di dalam mobil!"

Keluar dari dalam mobil, Awan berteriak lantang, meminta sang istri membantunya mengangkat anak-anak yang tengah tertidur pulas di dalam mobil. Cahya bergegas bangkit dari posisi duduknya dan bersegera menunaikan perintah dari sang suami.

Cahya tersenyum penuh arti. Meskipun hati wanita itu sempat dibuat sakit oleh Awan karena tidak diajak pergi jalan-jalan, namun wanita itu merasa bahagia bisa melihat wajah putri-putrinya ini nampak begitu cerah. Meskipun dalam keadaan terlelap guratan kebahagiaan itu tidak hilang dari wajah putri-putrinya.

"Jalan-jalan kemana saja Mas? Sepertinya mereka happy sekali? Mereka tidak rewel kan?"

"Seperti yang aku janjikan. Aku mengajak mereka membeli es krim, setelah itu jalan-jalan di pasar malam." Awan membenarkan posisi Malika dalam gendongan. "Tentu saja mereka tidak rewel dan mudah diatur. Aku bisa mengatasi mereka berdua."

"Syukurlah kalau begitu Mas. Aku hanya khawatir jika mereka sampai membuatmu kerepotan."

Awan menatap sinis wajah sang istri yang kebetulan juga tengah menggendong Alina. "Aku sampai heran, anak-anak yang mudah diatur seprti ini mengapa tidak bisa kamu hadapi Ay?"

Cahya mengernyitkan dahi. "Tidak bisa aku hadapi? Maksudmu bagaimana Mas? Aku sungguh tidak paham."

"Buktinya kamu keteteran dan kewalahan mengurus mereka sampai-sampai kondisi rumah begitu berantakan dan kamu sampai tidak memiliki waktu berdandan untuk menyambut kepulangan ku. Padahal anak-anak ini sangat mudah diatur. Aku sungguh heran. Itu semua karena memang kamu malas atau memang tidak sanggup mengurus semuanya?"

Ucapan Awan terdengar pelan namun benar-benar bisa menembus ulu hati wanita berusia dua puluh delapan tahun itu. Cahya yang baru saja bisa meredam rasa sakit hatinya akibat perilaku Awan, kini luka itu kembali mengaga setelah mendengar ucapan sang suami yang terdengar begitu meremehkan. Bahkan lelaki itu juga terkesan merendahkannya.

Cahya tersenyum getir. Ingin rasanya ia diam saja untuk tidak membalas perkataan Awan. Namun, ia merasa semakin ia diam, maka suaminya ini akan semakin keterlaluan.

"Jangan samakan aku yang seharian mengurus anak-anak dengan kamu yang hanya berada bersama mereka dalam hitungan jam saja Mas. Kedua hal itu tidak bisa menjadi bahan perbandingan. Karena waktu dua puluh empat jam tidak akan pernah bisa setara dengan waktu yang hanya beberapa jam saja."

Awan tersenyum sinis dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya. Lelaki itu masih terlihat begitu meremehkan apa yang dilakukan oleh Cahya.

"Aku sungguh tidak percaya jika anak-anak ini sampai membuatmu kewalahan seperti itu. Padahal selama berada bersamaku mereka sangat mudah untuk diatur dan dikendalikan."

Cahya hanya bisa mengurut dada kala mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya ini. Lelaki itu masih saja kekeuh ingin menimpakan semua kesalahan kepadanya. Mungkin Awan menginginkan agar Cahya mengakui bahwa ia memang tidak becus untuk mengurus rumah tangga.

"Sudahlah, apa katamu saja Mas. Berkali-kali aku memberikan penjelasan kepadamu, mungkin itu semua tidak akan pernah bisa membuatmu mengerti atas apa yang aku jalani sehari-hari. Silakan jika kamu tetap memiliki pemikiran seperti itu."

"Ceh, seharusnya performa kamu semakin hari semakin meningkat, tapi ternyata yang ada justru sebaliknya. Kamu terlihat jauh lebih kacau dari sebelumnya Ay. Rumah tidak pernah dalam keadaan bersih ketika aku pulang. Anak-anak juga masih kotor dan yang lebih parah, penampilan kamu ini sungguh tidak sedap sekali untuk dipandang."

Tanpa merasa bersalah dan berdosa, kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Awan. Lelaki itu kemudian melenggang begitu saja meninggalkan Cahya yang masih terpaku dan membeku untuk memahami setiap kata yang terucap dari bibir sang suami.

Tanpa terasa, setetes kristal bening itu lolos dari bingkai mata Cahya. Ia tidak menyangka jika Awan sampai hati mengucapkan itu semua. Tak ingin semakin larut dalam kesedihan, Cahya bergegas menyeka air mata yang menetes membasahi pipi. Ia kembali menguatkan hati. Mempersiapkan diri untuk menerima kata-kata menyakitkan apa lagi yang akan diucapkan oleh sang suami.

Cahya memasuki kamar Alina dan Malika dan berpapasan dengan Awan yang keluar dari sana. Cahya meletakkan tubuh Alina di samping tubuh Malika. Sejenak, wanita itu mendaratkan bokongnya di tepian ranjang. Ia tatap lekat wajah-wajah polos putri-putrinya ini.

Hati yang sebelumnya terasa begitu bergemuruh karena sikap dan perilaku Awan, kini seakan sirna setelah ia memandang wajah teduh putri-putrinya. Hatinya menghangat melihat betapa damainya mereka kala terlelap seperti ini.

"Sehat dan ceria selalu ya Sayang. Karena hanya kalian lah yang membuat Bunda tetap kuat untuk menjalani hidup ini. Seharusnya ayahmu bisa menguatkan Bunda juga. Namun sepertinya untuk saat ini ayahmu sedang lupa sehingga meremehkan apa yang sudah Bunda lakukan."

Cahya mengecup kening kedua putrinya bergantian. Ia benahi posisi selimut untuk membalut tubuh putri-putrinya ini. Ia beranjak dan keluar dari kamar sang putri.

Cahya menghentikan langkah kakinya ketika tiba di depan pintu ruang kerja Awan yang nampak terbuka. Wanita itu melihat ke dalam ruangan, ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh sang suami. Terlihat lelaki itu duduk di kursi ergonomis dengan menyenderkan punggung dan memijit-mijit pelipisnya.

"Sepertinya mas Awan memang sedang banyak pikiran. Karena hal itulah yang mungkin juga membuat sikapnya sedikit berbeda."

Cahya bermonolog lirih. Ia berbelok ke arah dapur bermaksud untuk membuatkan cokelat panas untuk sang suami. Senyum sumringah tersinggung di bibir Cahya. Ia akan membuang egonya untuk bisa mencairkan hubungannya dengan Awan yang sebelumnya sempat memanas.

"Semoga dengan cokelat panas ini, suasana hati mas Awan bisa kembali pulih. Dan semoga apa yang aku lakukan ini bisa mengembalikan mas Awanku yang dulu."

Cahya berharap banyak dengan segelas cokelat panas yang ia buat ini bisa membuat sikap Awan berubah seperti sedia kala. Mengingat jika cokelat panas merupakan salah satu minuman favorit sang suami. Dengan hati-hati, Cahya membawa minuman itu ke ruang kerja Awan.

"Mas, aku buatkan cokelat panas untukmu. Ayo diminum mumpung masih panas!"

Kedatangan Cahya membuat Awan yang sebelumnya memejamkan mata seraya memijit-mijit pelipis membuat kelopak mata lelaki itu terbuka seketika. Ia menegakkan punggungnya dan membenahi posisi duduknya. Tanpa basa-basi, lelaki itu menyeruput minuman panas yang dihidangkan oleh sang istri.

Cahya tersenyum simpul. Ia mengayunkan tungkai kaki dan berdiri di belakang kursi ergonomis yang diduduki oleh Awan. Tanpa meminta persetujuan dari Awan, wanita itu bergegas memberikan pijitan lembut di pundak sang suami.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu Mas? Aku lihat, sikapmu hari ini sungguh berbeda dari biasanya?"

Awan menghembuskan napas kasar. "Tidak, tidak ada. Mungkin aku hanya kelelahan karena baru saja pulang dari luar kota."

Cahya mencoba untuk mengerti dan memahami semua yang diucapkan oleh suaminya ini. "Oh, aku kira ada masalah yang sedang kamu hadapi Mas. Syukurlah jika semua baik-baik saja."

"Tenanglah. Aku memang baik-baik saja!"

Cahya menghentikan aktivitasnya. Ia condongkan tubuhnya untuk bisa lebih dekat dengan Awan. Ia pun meletakkan kepalanya di ceruk leher sang suami. Tidak sampai di sana saja, Cahya menciumi leher Awan dengan intens.

"Mas, ke kamar yuk. Aku merindukanmu!"

Awan terkesiap kala mendapatkan rangsangan dari istrinya ini. Ia sangat mengerti apa yang diinginkan oleh Cahya. Biasanya, miliknya bisa langsung memberikan respon ketika mendapatkan rangsangan. Namun entah mengapa kali ini ia merasa tidak berhasrat sama sekali.

Awan seketika berdiri yang membuat Cahya terkejut setengah mati. "Malam ini aku sungguh lelah sekali Ay. Lain kali saja ya."

Tanpa mempedulikan keberadaan Cahya, Awan bergegas melenggang pergi untuk keluar dari kamar. Menyisakan tubuh Cahya yang terpaku dan membeku dengan raut wajah yang dipenuhi oleh seribu tanda tanya.

Ada apa dengan mas Awan? Mengapa dia juga seperti menjauh dariku?

.

.

.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

si awan pasti nya punya wil nih makanya gt sikapnya

2023-02-18

0

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

dia sudah kegoda sama wanita lain sepertinya Ay

2023-02-05

0

Dira

Dira

semangat kakak...

2023-02-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!