Bab 11. Lupa Akan Janji

Senyum merekah di bibir Awan kala memandang wanita cantik yang ada di hadapannya. Setelah pertemuannya kembali dengan wanita itu di kasir minimarket, Awan mengajaknya untuk makan siang di rumah makan Padang yang juga tak berada jauh dari kantor pusat.

Gila .... Semakin dekat aku melihat wanita ini, rasa-rasanya semakin cantik saja. Wajahnya mulus, kulitnya putih bersih dan make-up nya juga nampak glamour. Jelas, wanita ini berasal dari kelas atas.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak ya Mas. Entah apa yang terjadi jika tadi saya tidak bertemu dengan Anda. Saya malu sekali."

Berbeda dengan kemarin di mana wanita itu terlihat garang karena sempat berkata dengan nada tinggi di hadapan Awan, hari ini wanita itu terlihat jauh lebih kalem. Bahkan sudah berkali-kali ia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Awan.

Awan tersenyum manis, semanis gula Jawa. "Sudahlah Mbak, tidak perlu mengucapkan itu lagi. Rasa-rasanya sudah terlalu banyak Anda mengucapkan terima kasih."

"Tapi saya juga sungguh keheranan Mas, bisa-bisanya dompet saya tertinggal di kantor," cicit wanita itu pula.

"Sudah Mbak, tidak apa-apa." Awan mengulurkan tangan. "Sepertinya kita belum sempat kenalan. Saya Awan, pemilik PT N3P," ucap Awan memperkenalkan diri.

Wanita itu menyambut uluran tangan Awan. "Saya Mega, Mas. Finance di PT Perkasa Abadi. Jadi Mas ini pemilik ekspedisi yang ada di seberang jalan itu?"

Awan menganggukkan kepala. "Betul sekali Mbak. Saya pemilik ekspedisi itu."

Mega tersenyum lebar. Tidak menyangka jika bisa bertemu dengan pemilik ekspedisi terbesar di kota ini. "Suatu anugerah saya bisa bertemu dengan Anda, Mas. Oh iya, ngomong-ngomong ekspedisi milik Anda itu namanya sungguh sangat unik. N3P memang artinya apa Mas?"

"N3P itu artinya Ngalor Ngidul Ngider Paket, Mbak. Ya aktivitas para kurir di mana mereka membawa paket kemana-mana," ujar Awan sembari tergelak. Gelak tawanya itulah yang ikut menular hingga Mega juga ikut tergelak.

"Hahahaha tapi sungguh unik loh Mas. Mungkin saya tidak akan pernah tahu kepanjangan dari N3P jika tidak diberitahu secara langsung oleh pemiliknya."

"Ya, di zaman sekarang kita memang harus unik Mbak agar bisa diingat oleh banyak orang." Awan menyeruput jus jeruknya dan kemudian ia lanjutkan obrolannya. "Oh iya, kantor Anda ini ada di mana? Sepertinya saya masih begitu asing dengan nama PT itu."

"Untuk kantor, mungkin sekitar tiga kilometer dari sini Mas. Kantorku ini memang masih baru, karena sebelumnya aku ada di Jakarta."

"Memang bergerak di bidang apa PT itu Mbak?"

"Kontraktor dan properti Mas."

Awan mendengarkan dengan seksama cerita Mega. Lelaki itu mengangguk-anggukkan kepala dan mulai berbincang intens perihal pekerjaan keduanya. Sampai-sampai membuat Awan lupa akan janji yang sudah ia ucapkan kepada kedua putrinya untuk menjemput mereka.

"Boleh dong kapan-kapan saya mampir di tempat kerja mbak Mega? Ingin lihat, bagaimana perusahaan yang bergerak di bidang properti itu."

"Tentu saja boleh Mas. Kalau ada waktu silakan mampir."

"Oh iya Mbak, boleh tidak saya minta dua hal kepada Anda?"

Dahi Mega sedikit berkerut. "Apa itu Mas?"

"Nomor ponsel mbak Mega dan saya minta kita jangan bersikap terlalu formal seperti ini. Biasa saja seperti teman yang sudah saling mengenal lama."

Mega tergelak hingga menampakkan barisan gigi-gigi putihnya. "Bisa saja Mas, kita bersikap biasa saja. Tapi untuk nomor ponsel apa tidak berlebihan?"

"Berlebihan bagaimana Mbak? Tidak ada yang salah bukan?"

Mega kembali tergelak. "Nanti istrimu cemburu kalau kita berkomunikasi via ponsel."

"Aaaahhhh ... Tidak perlu kamu khawatir akan hal itu Mbak. Semua bisa diatur."

Pada akhirnya dua orang itu saling bertukar nomor ponsel. Binar-binar kebahgiaan nampak jelas terpancar di wajah Awan. Persis seperti seorang nelayan yang berhasil mendapatkan ikan.

***

Satu persatu, murid-murid yang berada di Kelompok Bermain di mana Alina dan Malika berada mulai meninggalkan kawasan sekolah. Murid-murid kecil itu sudah dijemput oleh masing-masing orang tua mereka. Hingga suasana sekolah yang sebelumnya nampak begitu ramai dengan riuh tawa anak-anak, kini berubah menjadi lengang. Hanya tinggal segelintir orang saja yang berada di tempat ini.

"Kak Alina, ayah kemana? Mengapa belum tiba juga? Malika sudah lelah dan mengantuk Kak."

Malika gadis kecil itu wajahnya nampak ditekuk. Setelah jenuh mencoba semua permainan yang ada di halaman, ia memilih untuk duduk selonjoran di atas rerumputan. Raut kesal pun juga terlihat jelas di wajahnya. Wajahnya ditekuk dengan bibir mengerucut. Seakan menggambarkan rasa kecewa karena sudah terlalu lama menunggu sang ayah.

"Tunggu sebentar lagi ya Dek. Mungkin ayah masih ada di jalan. Kita tunggu saja ya."

Meskipun ia juga merasa sedikit kecewa karena sang ayah tidak kunjung tiba, namun Alina harus bisa memenangkan sang adik. Ia tidak ingin jika membuat adiknya itu semakin tidak terkendali. Bisa jadi Malika tiba-tiba tantrum karena begitu lama menunggu kedatangan sang ayah.

"Apakah ayah akan ingkar janji Kak? Padahal tadi pagi ayah sudah janji tidak akan terlambat menjemput kita. Tapi sampai sekarang ayah belum datang."

Alina sudah tidak dapat menjawab apapun lagi. Gadis kecil itu sudah seperti kehabisan jawaban untuk menanggapi pertanyaan sang adik. Ia juga sampai kebingungan mencari jawabannya.

Seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun keluar dari ruang guru. Ia menyusuri tiap-tiap sudut untuk menuju parkiran. Namun baru saja ia akan melangkahkan kakinya ke arah tempat parkir, ia hentikan langkah kakinya itu. Ia menoleh ke arah samping, terlihat dua anak didiknya masih terlihat santai di atas hamparan rumput hijau.

"Loh, Alina, Malika, mengapa kalian masih ada di sini? Kalian belum dijemput?" tanya salah seorang guru yang bernama Laila. Ia melirik jam digital di ponsel, sudah dua jam lebih orang tua Alina dan Malika terlambat menjemput.

"Belum bu Guru. Alina dan adek masih menunggu Ayah. Tapi sampai sekarang belum tiba," ucap Alina menjelaskan.

Laila bergegas mencari nomor kontak Cahya. Ia ingin menghubungi orang tua muridnya untuk mengetahui di mana keberadaan mereka sampai-sampai lupa menjemput putri-putrinya.

***

"Kok tumben ya Bu jam segini mas Awan dan anak-anak belum sampai di rumah? Ini sudah dua jam lebih dari jadwal pulang anak-anak di sekolah."

Cahya berjalan mondar-mandir di depan teras. Sedari tadi pandangan wanita itu tidak lepas dari halaman rumah menunggu kepulangan suami dan anak-anaknya. Raut cemas terlihat pula menghias wajah Cahya. Cemas karena sampai saat ini suami dan anak-anaknya belum juga tiba.

"Apa mungkin Awan mengajak anak-anak jalan-jalan atau makan siang terlebih dahulu Ay? Sehingga sampai saat ini mereka belum tiba di rumah?" ucap Marni mengemukakan pendapatnya.

Cahya mengambil ponsel dari dalam saku bajunya. Ia mencoba untuk menghubungi sang suami. Namun hanya kekecewaan yang ia dapati setelah ponsel Awan tidak bisa dihubungi.

"Ponsel Mas Awan tidak aktif Bu. Aduh kemana ya Bu mereka? Kalau hanya sekedar makan siang masa sampai lama seperti ini?" lirih Cahya semakin cemas setengah mati.

Cahya tiba-tiba terperanjat kala ponsel di tangannya berdering seketika. Wanita itu membaca nama kontak yang ada di layar. Ia mengernyitkan kening saat nama salah satu pengajar di sekolah kedua anaknya menghubunginya.

"Assalamu'alaikum bu Laila."

"Waalaikumsalam Bunda. Mohon maaf, Bunda ada di mana ya? Kok sampai sekarang belum menjemput anak-anak? Anak-anak masih ada di sekolah Bun."

Kedua bola mata Cahya membulat penuh. "Astaghfirullah ... Jadi suami saya belum menjemput mereka Bu?"

"Belum, Bunda. Saya harap Bunda segera kemari. Kasihan anak-anak sepertinya mereka sudah kelelahan sekali."

"Baik, baik Bu. Saya akan segera menjemput mereka. Minta tolong tunggu saya sampai tiba ya Bu."

Cahya kembali memasukkan ponsel ke dalam saku gamis yang ia kenakan. Wanita itu terlihat terburu-buru yang membuat Marni kebingungan.

"Ada apa Nak?"

"Anak-anak Bu. Anak-anak masih ada di sekolah. Ternyata Mas Awan belum menjemput mereka!"

"Astaghfirullahalazim...," lirih Marni sembari mengelus dada.

.

.

.

Terpopuler

Comments

revinurinsani

revinurinsani

jijik banget laki laki kayak si awan

2023-11-11

0

✨AkuHanyaWanitaBiasa✨

✨AkuHanyaWanitaBiasa✨

hai kak hadir lagi buat baca karya kak, walaupun nggak bisa tiap hari,,

2023-05-13

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղα🇵🇸🍉Kᵝ⃟ᴸ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղα🇵🇸🍉Kᵝ⃟ᴸ

wkwk ayahmu lg tebar pesona dek àmpe lupa jemput kalian🤧🤧🤧

2023-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!