Senyum merekah di bibir Awan kala memandang wanita cantik yang ada di hadapannya. Setelah pertemuannya kembali dengan wanita itu di kasir minimarket, Awan mengajaknya untuk makan siang di rumah makan Padang yang juga tak berada jauh dari kantor pusat.
Gila .... Semakin dekat aku melihat wanita ini, rasa-rasanya semakin cantik saja. Wajahnya mulus, kulitnya putih bersih dan make-up nya juga nampak glamour. Jelas, wanita ini berasal dari kelas atas.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak ya Mas. Entah apa yang terjadi jika tadi saya tidak bertemu dengan Anda. Saya malu sekali."
Berbeda dengan kemarin di mana wanita itu terlihat garang karena sempat berkata dengan nada tinggi di hadapan Awan, hari ini wanita itu terlihat jauh lebih kalem. Bahkan sudah berkali-kali ia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Awan.
Awan tersenyum manis, semanis gula Jawa. "Sudahlah Mbak, tidak perlu mengucapkan itu lagi. Rasa-rasanya sudah terlalu banyak Anda mengucapkan terima kasih."
"Tapi saya juga sungguh keheranan Mas, bisa-bisanya dompet saya tertinggal di kantor," cicit wanita itu pula.
"Sudah Mbak, tidak apa-apa." Awan mengulurkan tangan. "Sepertinya kita belum sempat kenalan. Saya Awan, pemilik PT N3P," ucap Awan memperkenalkan diri.
Wanita itu menyambut uluran tangan Awan. "Saya Mega, Mas. Finance di PT Perkasa Abadi. Jadi Mas ini pemilik ekspedisi yang ada di seberang jalan itu?"
Awan menganggukkan kepala. "Betul sekali Mbak. Saya pemilik ekspedisi itu."
Mega tersenyum lebar. Tidak menyangka jika bisa bertemu dengan pemilik ekspedisi terbesar di kota ini. "Suatu anugerah saya bisa bertemu dengan Anda, Mas. Oh iya, ngomong-ngomong ekspedisi milik Anda itu namanya sungguh sangat unik. N3P memang artinya apa Mas?"
"N3P itu artinya Ngalor Ngidul Ngider Paket, Mbak. Ya aktivitas para kurir di mana mereka membawa paket kemana-mana," ujar Awan sembari tergelak. Gelak tawanya itulah yang ikut menular hingga Mega juga ikut tergelak.
"Hahahaha tapi sungguh unik loh Mas. Mungkin saya tidak akan pernah tahu kepanjangan dari N3P jika tidak diberitahu secara langsung oleh pemiliknya."
"Ya, di zaman sekarang kita memang harus unik Mbak agar bisa diingat oleh banyak orang." Awan menyeruput jus jeruknya dan kemudian ia lanjutkan obrolannya. "Oh iya, kantor Anda ini ada di mana? Sepertinya saya masih begitu asing dengan nama PT itu."
"Untuk kantor, mungkin sekitar tiga kilometer dari sini Mas. Kantorku ini memang masih baru, karena sebelumnya aku ada di Jakarta."
"Memang bergerak di bidang apa PT itu Mbak?"
"Kontraktor dan properti Mas."
Awan mendengarkan dengan seksama cerita Mega. Lelaki itu mengangguk-anggukkan kepala dan mulai berbincang intens perihal pekerjaan keduanya. Sampai-sampai membuat Awan lupa akan janji yang sudah ia ucapkan kepada kedua putrinya untuk menjemput mereka.
"Boleh dong kapan-kapan saya mampir di tempat kerja mbak Mega? Ingin lihat, bagaimana perusahaan yang bergerak di bidang properti itu."
"Tentu saja boleh Mas. Kalau ada waktu silakan mampir."
"Oh iya Mbak, boleh tidak saya minta dua hal kepada Anda?"
Dahi Mega sedikit berkerut. "Apa itu Mas?"
"Nomor ponsel mbak Mega dan saya minta kita jangan bersikap terlalu formal seperti ini. Biasa saja seperti teman yang sudah saling mengenal lama."
Mega tergelak hingga menampakkan barisan gigi-gigi putihnya. "Bisa saja Mas, kita bersikap biasa saja. Tapi untuk nomor ponsel apa tidak berlebihan?"
"Berlebihan bagaimana Mbak? Tidak ada yang salah bukan?"
Mega kembali tergelak. "Nanti istrimu cemburu kalau kita berkomunikasi via ponsel."
"Aaaahhhh ... Tidak perlu kamu khawatir akan hal itu Mbak. Semua bisa diatur."
Pada akhirnya dua orang itu saling bertukar nomor ponsel. Binar-binar kebahgiaan nampak jelas terpancar di wajah Awan. Persis seperti seorang nelayan yang berhasil mendapatkan ikan.
***
Satu persatu, murid-murid yang berada di Kelompok Bermain di mana Alina dan Malika berada mulai meninggalkan kawasan sekolah. Murid-murid kecil itu sudah dijemput oleh masing-masing orang tua mereka. Hingga suasana sekolah yang sebelumnya nampak begitu ramai dengan riuh tawa anak-anak, kini berubah menjadi lengang. Hanya tinggal segelintir orang saja yang berada di tempat ini.
"Kak Alina, ayah kemana? Mengapa belum tiba juga? Malika sudah lelah dan mengantuk Kak."
Malika gadis kecil itu wajahnya nampak ditekuk. Setelah jenuh mencoba semua permainan yang ada di halaman, ia memilih untuk duduk selonjoran di atas rerumputan. Raut kesal pun juga terlihat jelas di wajahnya. Wajahnya ditekuk dengan bibir mengerucut. Seakan menggambarkan rasa kecewa karena sudah terlalu lama menunggu sang ayah.
"Tunggu sebentar lagi ya Dek. Mungkin ayah masih ada di jalan. Kita tunggu saja ya."
Meskipun ia juga merasa sedikit kecewa karena sang ayah tidak kunjung tiba, namun Alina harus bisa memenangkan sang adik. Ia tidak ingin jika membuat adiknya itu semakin tidak terkendali. Bisa jadi Malika tiba-tiba tantrum karena begitu lama menunggu kedatangan sang ayah.
"Apakah ayah akan ingkar janji Kak? Padahal tadi pagi ayah sudah janji tidak akan terlambat menjemput kita. Tapi sampai sekarang ayah belum datang."
Alina sudah tidak dapat menjawab apapun lagi. Gadis kecil itu sudah seperti kehabisan jawaban untuk menanggapi pertanyaan sang adik. Ia juga sampai kebingungan mencari jawabannya.
Seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun keluar dari ruang guru. Ia menyusuri tiap-tiap sudut untuk menuju parkiran. Namun baru saja ia akan melangkahkan kakinya ke arah tempat parkir, ia hentikan langkah kakinya itu. Ia menoleh ke arah samping, terlihat dua anak didiknya masih terlihat santai di atas hamparan rumput hijau.
"Loh, Alina, Malika, mengapa kalian masih ada di sini? Kalian belum dijemput?" tanya salah seorang guru yang bernama Laila. Ia melirik jam digital di ponsel, sudah dua jam lebih orang tua Alina dan Malika terlambat menjemput.
"Belum bu Guru. Alina dan adek masih menunggu Ayah. Tapi sampai sekarang belum tiba," ucap Alina menjelaskan.
Laila bergegas mencari nomor kontak Cahya. Ia ingin menghubungi orang tua muridnya untuk mengetahui di mana keberadaan mereka sampai-sampai lupa menjemput putri-putrinya.
***
"Kok tumben ya Bu jam segini mas Awan dan anak-anak belum sampai di rumah? Ini sudah dua jam lebih dari jadwal pulang anak-anak di sekolah."
Cahya berjalan mondar-mandir di depan teras. Sedari tadi pandangan wanita itu tidak lepas dari halaman rumah menunggu kepulangan suami dan anak-anaknya. Raut cemas terlihat pula menghias wajah Cahya. Cemas karena sampai saat ini suami dan anak-anaknya belum juga tiba.
"Apa mungkin Awan mengajak anak-anak jalan-jalan atau makan siang terlebih dahulu Ay? Sehingga sampai saat ini mereka belum tiba di rumah?" ucap Marni mengemukakan pendapatnya.
Cahya mengambil ponsel dari dalam saku bajunya. Ia mencoba untuk menghubungi sang suami. Namun hanya kekecewaan yang ia dapati setelah ponsel Awan tidak bisa dihubungi.
"Ponsel Mas Awan tidak aktif Bu. Aduh kemana ya Bu mereka? Kalau hanya sekedar makan siang masa sampai lama seperti ini?" lirih Cahya semakin cemas setengah mati.
Cahya tiba-tiba terperanjat kala ponsel di tangannya berdering seketika. Wanita itu membaca nama kontak yang ada di layar. Ia mengernyitkan kening saat nama salah satu pengajar di sekolah kedua anaknya menghubunginya.
"Assalamu'alaikum bu Laila."
"Waalaikumsalam Bunda. Mohon maaf, Bunda ada di mana ya? Kok sampai sekarang belum menjemput anak-anak? Anak-anak masih ada di sekolah Bun."
Kedua bola mata Cahya membulat penuh. "Astaghfirullah ... Jadi suami saya belum menjemput mereka Bu?"
"Belum, Bunda. Saya harap Bunda segera kemari. Kasihan anak-anak sepertinya mereka sudah kelelahan sekali."
"Baik, baik Bu. Saya akan segera menjemput mereka. Minta tolong tunggu saya sampai tiba ya Bu."
Cahya kembali memasukkan ponsel ke dalam saku gamis yang ia kenakan. Wanita itu terlihat terburu-buru yang membuat Marni kebingungan.
"Ada apa Nak?"
"Anak-anak Bu. Anak-anak masih ada di sekolah. Ternyata Mas Awan belum menjemput mereka!"
"Astaghfirullahalazim...," lirih Marni sembari mengelus dada.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
revinurinsani
jijik banget laki laki kayak si awan
2023-11-11
0
✨AkuHanyaWanitaBiasa✨
hai kak hadir lagi buat baca karya kak, walaupun nggak bisa tiap hari,,
2023-05-13
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղα🇵🇸🍉Kᵝ⃟ᴸ
wkwk ayahmu lg tebar pesona dek àmpe lupa jemput kalian🤧🤧🤧
2023-02-18
0