"Aaahhh .... **** .... Kamu sungguh nakal Han!"
Awan meracau kala merasakan tubuhnya dibuat semakin panas akan permainan Mega. Lelaki itu menjambak rambut Mega yang berada di bawah sana.
Ini untuk pertama kali Awan merasakan sensai s e x yang berbeda dari sebelumnya. Selama tujuh tahun menjalani biduk rumah tangga bersama Cahya, style permainan ranjang mereka hanya sebatas WOT dan MOT. Namun saat ini ia bisa merasakan sensasi oral. Di mana miliknya dimainkan di dalam rongga mulut Mega.
"Oh Honey ... Aku, aku ingin kelu.... aarrgghhhh!!!"
Lelehan lahar putih menyembur seiring dengan tubuh Awan yang bergetar hebat hingga membasahi wajah Mega. Mega bahkan tanpa merasa jijik meratakan lelehan berwarna putih pekat itu di wajahnya dan menyesap-nyesap jemarinya. Layaknya anak kecil yang tengah menikmati es krim.
Mega tersenyum genit. Ia benahi posisinya dan kini berbaring di sisi Awan. "Bagaimana? Apakah tubuh kamu sudah tidak kedinginan lagi Mas?"
"Aaarrggghhh ... Permainanmu sungguh membuatku puas Han. Meskipun hanya sekedar oral, aku sungguh merasakan kenikmatan itu. Dan rasa dingin yang sebelumnya aku rasakan seketika terhempas menjadi gelora panas yang membara."
Awan mengusap lembut wajah Mega yang masih dihiasi semburan lahar putih miliknya. Entah mengapa melihat wajah Mega yang seperti ini semakin membuat gairahnya semakin meningkat saja. Bahkan wajah wanita ini terlihat jauh lebih seksi dan menggoda.
"Hahahaha kamu ini bisa saja Mas." Mega mulai bangkit dari posisinya. "Aku mandi dulu Mas. Tubuhku gerah."
Dengan gerak cepat, Awan menarik lengan tangan Mega hingga membuat wanita itu kembali jatuh ke dalam dekapannya.
"Lalu, kapan milikku ini boleh merasakan nikmatnya liang surgawi milikmu, Han? Aku sungguh sudah tidak sabar!"
Mega terkekeh pelan. Ia cubit kembali hidung mancung kekasihnya ini. "Jika kamu sudah bisa membuktikan bahwa posisiku lebih tinggi dan lebih penting dari istri dan juga anak-anakmu, aku pastikan kamu bisa segera merasakannya Mas."
Awan sejenak berpikir. Mencoba memahami apa yang Mega maksud. Lelaki itupun hanya bisa tersenyum penuh arti.
"Akan aku buktikan kepadamu Meg!"
***
Pyaaaaarrrr...
"Aya! Ada apa Nak?"
Marni memekik penuh keterkejutan saat mendengar sesuatu yang pecah dari dapur. Ia yang tengah berada di ruang tengah, bergegas menggeret kursi rodanya untuk menuju dapur. Benar saja, lantai dapur itu sudah dihiasi oleh pecahan piring yang berserakan di mana-mana.
"Astaghfirullahalazim...," lirih Cahya saat mulai tersadar jika piring yang ada di genggaman tangannya terjatuh dan pecah. Ia sedikit berjongkok untuk bisa membersihkan pecahan-pecahan piring itu.
"Ada apa Nak? Mengapa bisa jatuh seperti itu?"
Cahya menggeleng pelan. "Entah Bu, Aya juga tidak paham. Padahal Aya sudah memegang piring ini dengan benar dan tidak licin juga tapi tiba-tiba jatuh begitu saja."
Marni menghela napas panjang kemudian ia hembuskan perlahan. "Kamu lelah Nak? Jika memang lelah, istirahatlah barang sejenak."
Lagi-lagi Cahya menggelengkan kepala. "Tidak Bu. Pagi ini Aya tidak merasakan lelah sama sekali. Bahkan Aya merasa semakin bersemangat untuk menjalani hari karena sikap Mas Awan kembali manis dan romantis."
"Lantas, mengapa bisa jatuh Nak, piring itu!?"
Cahya nampak hening memikirkan sesuatu. Hingga pada akhirnya ia membelalakkan kedua bola matanya dan bibirnya menganga. Buru-buru ia bangkit dan ia ambil ponsel yang berada di atas meja makan.
Wanita itu sibuk menghubungi sang suami. Ia teramat khawatir jika sampai piring yang pecah itu menjadi sebuah pertanda atau firasat jika sang suami mendapatkan kemalangan. Cahya terlihat frustrasi sendiri saat panggilannya tidak mendapatkan jawaban.
"Ada apa Nak? Kok terlihat panik seperti itu?" tanya Marni dengan kernyitan di dahi.
"Aya khawatir dengan keadaan mas Awan, Bu. Aya takut jika sampai ada hal-hal buruk yang menimpanya."
Meskipun perkataan sang menantu terdengar logis, namun Marni mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak ingin membuat sang menantu semakin risau.
"Sudah Nak, jangan terlalu dipikirkan. InshaAllah Awan akan baik-baik saja," tutur Marni penuh kelembutan.
Cahya mencoba untuk mengabaikan apa yang ada di dalam pikirannya, namun tetap saja pikiran buruk itu seperti menguasai raga. Ia sungguh sangat khawatir jika terjadi hal-hal buruk kepada suaminya.
"Bunda ... Alina dan adek sudah siap. Ayo kita berangkat Bun!"
Aya tersenyum manis. Melihat wajah kedua putrinya yang berbinar, membuat kekalutan hati yang sempat ia rasakan sedikit terobati.
"Ayo. Tapi salim dulu sama Nenek ya."
Dua gadis kecil itu menghampiri Marni. Mereka menyalami sang nenek secara bergantian.
"Sekolah yang rajin Nak. Semoga kelak cucu-cucu Nenek ini bisa menjadi anak-anak yang sukses dunia akhirat."
Marni mengecup pucuk kepala Alina dan Malika dengan penuh sayang. Salah satu alasan yang membuatnya bahagia dan bersemangat menjalani sisa umurnya tidak lain adalah kehadiran kedua cucunya ini. Meskipun terkadang ia terkungkung dalam kesedihan karena sudah tidak bisa berjalan lagi.
"Iya Nek. Alika dan adek pasti bisa menjadi anak yang pintar dan sukses," ucap si sulung dengan menggebu.
"Aamiin ... Aamiin ... Ya sudah, cucu-cucu Nenek berangkat ya. Semangat belajar cantik!"
"Makasih Nek!"
Kedua gadis itu berlari kecil ke arah teras. Diikuti oleh Cahya yang melangkah pelan.
"Aya antar anak-anak dulu ya Bu. Ibu hati-hati di rumah."
"Iya Nak. Kamu juga hati-hati."
***
"Sudah sampai Han. Kamu yang semangat ya kerjanya!"
Mobil yang dikemudikan oleh Awan berhenti tepat di depan kantor di mana Mega bekerja. Sejenak, Awan menatap lekat bangunan kantor yang berdiri. Sebuah Office dengan desain bangunan modern dan terlihat kekinian sekali.
"Makasih banyak ya Mas sudah di antar. Maaf kalau merepotkan."
Mega berupaya untuk melepas safety belt yang ia kenakan, namun tangan wanita itu tiba-tiba dipegang oleh Awan. Hal itulah yang membuat Mega sedikit tersentak dan kini keduanya saling menatap dalam.
"Aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu Han. Terima kasih karena pagi ini kamu memberiku sesuatu yang indah. Sumpah, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa lupa akan nikmatnya."
Awan berkali-kali mengecup buku-buku jemari Mega. Bahkan tanpa malu-malu, ia menggunakan bibirnya untuk menjelajahi lengan tangan Mega yang sontak membuat wanita itu merinding seketika.
"Sama-sama Mas. Itu masih belum seberapa. Jika kamu bisa membuktikan bahwa aku jauh lebih kamu prioritaskan, akan aku berikan yang lebih dari sekedar oral."
Meskipun didera oleh hasrat, namun Mega berusaha mati-matian untuk tidak melakukan hal yang lebih daripada yang sudah ia berikan untuk Awan. Ia masih ingin melihat seberapa serius kekasihnya ini dalam mencintainya.
Awan mendekatkan wajahnya di wajah Mega. Ia kecup bibir merah milik kekasih gelapnya ini dengan lembut.
"Aku ini lelaki Han. Aku tidak akan pernah mengingkari atas janji yang sudah pernah aku ucapkan. Akan aku buktikan semuanya!"
Senyum merekah di bibir Mega. Ia semakin merasa jika Awan memang sudah terperangkap dalam pesonanya. Ia mengusap lembut pipi Awan dan ia kecup dengan intens.
"Terima kasih banyak Mas. Aku percaya padamu."
"Ya sudah, masuk gih. Jika terlalu lama berada di dalam mobil, aku khawatir jika tidak bisa menahan diri untuk tidak menjamahmu. Tubuhmu sungguh seperti candu untukku Han!"
Mega tergelak pelan. Gegas, ia pun membuka pintu mobil dan mulai turun dari sana. "Kamu hati-hati ya Mas."
"Oke. Nanti sore aku jemput kamu."
Wanita itu menganggukkan kepala dan kemudian masuk ke dalam area office. Sedangkan Awan masih menatap lekat sisa-sisa bayangan Mega yang perlahan mulai hilang dari pandangan.
"Sepertinya aku harus menghubungi pak Ardi, pengusaha properti terkenal di kota ini. Akan aku belikan sebuah rumah untuk Mega. Ya, inilah salah satu bentuk pembuktianku kepadanya."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
revinurinsani
waduhh laki laki engga baekkk
2023-11-11
0
✨Nak Rank Malayu✨
Bukan Kemalang Ay tapi kenikmatan,semoga kamu cepat di beri petunjuk ya Ay biar kamu tau kelakuan suami mu di luar sana,
2023-06-14
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
aku ini laki² meg jd gk akan mengingkari janji hueekkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮janji suci di hadapan allah beserta malaikat nya loe ingkar wan dasar pendusta ulung😡😡😡😡😡😡😡
2023-02-18
0