Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu

Air kran di tempat cuci piring terus mengucur deras. Sedangkan Cahya yang berdiri di depan kran itu hanya termenung sembari memegangi gelas. Entah apa yang sedang mengganggu hati dan juga pikirannya. Namun sepertinya sikap yang ditampakkan oleh Awan membuat hati wanita itu sedikit kecewa.

Marni hanya bisa menatap nanar punggung Cahya dari tempatnya saat ini. Setelah harapan dan mimpi menantunya itu dipatahkan oleh Awan, wanita itu memilih untuk menyibukkan diri. Melupakan sikap sang suami yang mungkin sudah sangat keterlaluan. Ia menyapu, mengepel, membereskan kembali mainan anak-anaknya yang berserakan. Merapikan kembali tempat tidur kamar pribadi juga kamar anak-anak, dan kini pekerjaan rumah terakhir yang ia kerjakan adalah mencuci piring, gelas juga peralatan dapur yang kotor. Melihat kekecewaan yang terlukis jelas di wajah menantunya ini sungguh ikut merobek hati juga perasaannya sebagai seorang wanita.

"Ay!" seru Marni mencoba untuk membangunkan sang menantu dari lamunannya.

Benar saja, meskipun suara Marni terdengar pelan namun mampu menarik paksa kesadaran Cahya yang sebelumnya terbang entah kemana. Wanita itu menoleh ke arah belakang dan terlihat sang mertua melemparkan senyum ke arahnya.

"Ibu? Mengapa Ibu sampai di sini? Apa Ibu memerlukan sesuatu? Biar Aya ambilkan."

Bukan bermaksud untuk mengusir Marni dari tempat ini. Namun ruang dapur merupakan salah tempat yang paling ditakuti oleh Cahya jika sampai sang mertua berada di sini. Khawatir jika kursi roda yang dipakai oleh Marni sampai tergelincir karena licin.

"Tidak Ay, Ibu tidak membutuhkan apapun." Marni menunjuk ke arah air kran. "Itu, sejak tadi air krannya mengucur. Sedangkan kamu hanya berdiri sambil merenung."

Cahya menggeser pandangannya ke arah kran. Ia sedikit terkejut karena wastafel cucian piring ini hampir penuh dengan air karena air kran terus mengucur deras sedangkan saluran pembuangan tertutup oleh piring-piring kotor.

"Astaghfirullah.." Cahya memindahkan sejenak piring-piring kotor itu sehingga aliran air bisa mengalir kembali.

"Jangan sering melamun Nak, terlebih ini menjelang maghrib. Tidak baik jika kamu melamun."

Senyum getir terlihat jelas di wajah Aya. Ia yang sebelumnya sudah berangan-angan akan diajak jalan keluar bersama anak-anak ternyata hanya sebuah mimpi semata. Yang jauh lebih menyakitkan, mimpi itu terhempas dan dipatahkan oleh suaminya sendiri.

"Tidak kok Bu, Aya tidak melamun, ini tadi hanya ...."

Bak tercekat di dalam tenggorokan, suara Aya terjeda. Rasa sesak terlampau membelenggu dada hingga tak mampu untuk melanjutkan kalimatnya. Bulir-bulir bening yang ia paksa untuk tidak menetes, pada akhirnya menetes juga. Entah perasaan apa yang saat ini mengekang raganya. Yang pasti itu semua terasa begitu menyiksa.

"Kemarilah Ay ... Ibu ingin memelukmu!"

Cahya sejenak mentap intens wajah sang mertua. Sepersekian menit, ia mencoba untuk memahami apa yang diucapkan oleh Marni. Akhirnya ia memilih untuk mendekati sang mertua dan bersimpuh di bawah telapak kaki wanita paruh baya itu. Ia tenggelamkan wajahnya di pangkuan Marni. Ia tumpahkan semua rasa yang bercampur aduk dalam dada.

"Maafkan sikap Awan ya Nak. Ibu juga tidak menyangka jika putra Ibu tega melakukan hal seperti itu. Sebelumnya, Ibu juga mengira bahwa kamu akan diajak serta tapi kenyataannya..."

Marni ikut menangis, menumpahkan rasa kecewanya terhadap sikap yang ditunjukkan oleh Awan. Tidak semestinya sang putra melakukan hal semacam itu karena Cahya juga berhak pergi keluar untuk sekedar menghirup udara segar. Merefresh pikiran yang penat karena dipenuhi oleh segala macam urusan pekerjaan rumah tangga.

Wanita yang tengah kecewa itu menangis tergugu di pangkuan Marni. Punggungnya naik turun tiada beraturan seakan menegaskan bahwa hatinya benar-benar kecewa.

"Apakah tempatku hanya di dalam rumah saja Bu? Apakah aku tidak memiliki kesempatan untuk bisa menghirup udara segar di luar sana. Bahkan momen kebersamaan dengan mas Awan dan juga anak-anak yang sudah Aya tunggu nyatanya tidak Aya dapatkan. Apakah aku hanya diperbolehkan untuk tetap berada di dalam rumah saja Bu?"

Dengan suara bergetar, Cahya meluapkan semua rasa yang terjebak dalam dada. Sudah hampir dua bulan belakangan, ia dan suami sama sekali tidak pernah menikmati apa itu quality time. Awan selalu disibukkan dengan pekerjaan di luar kota sehingga membuat lelaki itu tidak banyak memiliki waktu untuk keluarga.

Marni menggelengkan kepala seraya mengusap pucuk kepala sang menantu yang berbalut hijab. "Tidak Nak, kamu memiliki hak untuk menyenangkan dirimu. Kamu berhak untuk jalan-jalan, refreshing, dan ataupun berbelanja di mall. Ibu minta maaf Ay, seharusnya Ibu bisa melakukan sesuatu untukmu. Menjaga anak-anakmu saat kamu mempergunakan waktu untuk menyenangkan dirimu sendiri. Namun pada kenyataannya, Ibu tidak dapat melakukan apapun."

Cahya justru terhenyak kala mendengar Marni menyalahkan dirinya atas keadaannya saat ini. Kepala yang sebelumnya tenggelam di pangkuan Marni, kini sedikit ia dongakkan. Netranya pun bersiborok dengan netra milik Marni.

"Tidak, tidak, tidak Bu. Ibu sama sekali tidak bersalah. Karena apa yang menimpa Ibu, murni sebuah kecelakaan dan musibah. Tidak seharusnya Ibu menyalahkan diri Ibu sendiri."

"Nanti coba Ibu beri masukan kepada Awan untuk mencari asisten rumah tangga ya Ay. Dengan begitu akan meringankan pekerjaanmu dan kamu hanya fokus dengan anak juga suami."

Cahya mengangguk pelan. Barangkali jika Marni yang meminta secara langsung untuk mencari asisten rumah tangga, Awan bersedia untuk mengabulkannya. Ia hanya bisa berdoa semoga permasalahan seperti ini bisa segera menemukan jalan terangnya.

***

Cahya duduk sendirian di sebuah kursi rotan yang berada di depan teras rumah. Ia nampak melepas lelah setelah sibuk berjibaku dengan semua pekerjaan rumah. Akhirnya selepas shalat maghrib, ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.

Kepala wanita itu mendongak ke atas melihat hamparan langit yang nampak gelap gulita. Tak ada rembulan ataupun bintang yang menampakkan wajah mereka. Seakan tenggelam di dalam pekat sang angkasa.

Sekelebat memori yang telah lalu mencoba untuk menggoda dan merayu Cahya. Di mana ia menjalani masa-masa sulit kehidupan bersama sang suami di awal pernikahan. Ia yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan ekspedisi memilih untuk resign dan memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri. Dua tahun jatuh bangun merintis, akhirnya semua berbuah manis. Perusahaan ekspedisi yang ia dirikan perlahan berkembang pesat.

Awal merintis, belum banyak yang tahu akan perusahaan ekspedisi yang didirikan oleh Awan. Yang membuat tidak ada satu pun pelanggan menggunakan jasa yang ia tawarkan. Cahya tidak berhenti memutar otak untuk bisa membantu sang suami. Wanita itu mempergunakan ketrampilan menjahitnya untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia bersyukur, hasil dari satu dua orang yang setiap hari datang kepadanya untuk menggunakan jasa jahitnya, bisa ia gunakan untuk memastikan asap dapur tetap mengepul. Hingga setelah dua tahun, semua kerja keras dan pengorbanan itu mendapatkan jawaban dari Allah. Usaha yang didirikan oleh Awan berkembang dengan pesat. Dan saat ini tersebar di seluruh penjuru kota.

"Apa yang sudah kamu genggam, semoga tidak membuatmu lupa bahwa itu semua hanyalah sebuah titipan Mas. Semoga kamu juga sadar bahwa sebelumnya sikapmu terhadapku tidaklah seperti ini. Aku sungguh kehilangan sosok Awan yang dulu Mas. Saat ini aku semakin kesulitan untuk memahamimu."

.

.

.

Terpopuler

Comments

Muhammad Hanafi

Muhammad Hanafi

kan katanya kalo kita baca novel di kasih uang bener nggak

2023-07-23

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

seorang istri akan di uji kesetian nya ketika suami tidak miliki apa² sedangkan suami akan di uji ketika memiliki segalanya hmm dasar awan kacang lupa kulitnya😡😡😡😡😡

2023-02-18

1

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

laki emang gitu sih. suka lupa daratan kalo udah sukses

2023-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!