Bab 8. Rekan Bisnis

Hembusan angin pagi menerpa wajah Cahya yang tengah mengemudikan mobil matic miliknya. Ia sengaja membuka lebar-lebar kaca jendela, agar hembusan angin itu dapat membuat air mata yang membasahi pipi mengering. Namun semua seakan sia-sia, karena kristal-kristal bening itu tetap meluncur bebas dari bingkainya.

"Bunda bertengkar dengan Ayah ya? Alina dengar tadi ayah teriak-teriak," tanya Alina dengan polosnya. Sepertinya gadis kecil itu masih teramat penasaran dengan apa yang terjadi di antara ayah dan juga bundanya.

Cahya hanya bisa tersenyum sumbang mendengarkan pertanyaan putri sulungnya ini. Dalam hati, ia merasa sangat bersalah sekali karena membuat sang anak sampai memikirkan apa yang terjadi pada orang tuanya. Pertengkarannya dengan Awan beberapa saat yang lalu merupakan pertengkaran pertama yang sampai terdengar di telinga kedua putrinya.

"Tidak Sayang, Bunda dan ayah tidak bertengkar. Hanya ada sedikit kesalahpahaman antara Bunda dan ayah. Bunda minta maaf ya Sayang kalau suara ayah yang terdengar keras tadi membuat Kakak dan adek ketakutan."

Alina mencoba memahami setiap penjelasan yang diucapkan oleh sang Bunda. Gadis kecil itu kemudian menatap ke arah luar kaca.

"Jadi orang dewasa itu tidak enak ya Bun karena sering terjadi salah paham? Alina ingin terus jadi anak-anak saja biar tidak terjadi salah paham terus."

Cahya tersenyum tipis. Rupanya situasi yang dialami oleh kedua putrinya ini mengharuskannya untuk memberikan sebuah pemahaman dan pengertian yang mungkin masih terlalu dini.

"Sayang, kesalahpahaman antara dua orang itu merupakan hal yang wajar terjadi. Yang paling penting bagaimana cara kita menyelesaikannya. Alhamdulillah kesalahpahaman antara Bunda dan ayah sudah selesai dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

"Tapi mengapa ayah sampai teriak-teriak Bun? Bukankah Bunda masih bisa mendengar ucapan ayah?" tanya Malika dengan rasa keingintahuannya.

"Mungkin ayah hanya sedang lelah saja Sayang, sehingga ayah seperti kehilangan kendali."

"Kalau ayah lelah, kenapa tidak di rumah saja Bunda? Kalau di rumah kan ayah tidak lelah. Jadi ayah tidak teriak-teriak lagi seperti monster," cicit si bungsu itu pula.

Cahya tergelak pelan. Ia baru sadar jika kedua putrinya ini begitu kritis dalam menanggapi apa yang menjadi bahan obrolannya. Bahkan cara bicara kedua putrinya ini tidak seperti anak-anak seusia mereka. Terkadang Cahya dibuat kebingungan untuk menanggapinya.

"Kalau ayah tidak bekerja lantas bagaimana cara ayah menghidupi kita semua Sayang? Menyekolahkan kalian, membeli obat-obatan untuk nenek dan memberikan nafkah untuk kita semua?"

Malika hanya manggut-manggut. Seakan menjadi hal yang rumit bagi gadis sekecil itu memahami ucapan perihal rumah tangga.

"Iya juga ya Bun? Kalau ayah tidak bekerja Malika dan kakak tidak bisa jajan es krim, jajan bobba, jajan pizza dan jajan fried chicken lagi ya Bun?" tanya Malika sembari menghembuskan napas sedikit kasar. "Ya sudahlah, ayah biar kerja di luar saja!"

Cahya kembali tergelak mendengar celotehan-celotehan kedua putrinya yang terdengar polos ini. Pada akhirnya semua kembali kepada muaranya. Di mana yang diingat oleh kedua putrinya ini perihal jajan.

"Ya sudah, atas nama ayah, Bunda minta maaf ke kakak dan adek ya. Maaf karena tadi ayah sudah berteriak-teriak yang membuat kalian ketakutan. Bunda janji, ini untuk pertama dan terakhir kalinya ayah berteriak di depan kalian."

"Iya Bunda!"

***

Awan setengah berlari menyusuri halaman parkir restoran Lembah Merapi. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Lelaki itu teramat khawatir jika sampai rekan bisnisnya ini terlalu lama menunggu.

Sungguh, hari ini merupakan hari sial bagi Awan. Di perjalanan menuju resto tadi, tiba-tiba saja ia mengalami sedikit insiden dengan menabrak salah seorang tukang becak yang membuat orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian perkara mengerubunginya. Mau tak mau Awan harus bertanggung jawab dengan mengantarkan tukang becak itu ke klinik. Alhasil janji bertemu dengan relasi harus molor dari janji sebelumnya.

Diantar oleh salah seorang waitress restoran, Awan tiba di privat room yang sudah dipesan oleh rekan bisnisnya. Dengan perlahan, Awan memutar knop pintu yang ada di hadapannya.

"Maaf pak Anton, saya ter.... lambat."

Ucapan Awan terjeda sejenak kala kedua bola matanya menangkap sosok dua orang yang tengah bercumbu mesra di kursi makan yang telah tersedia. Dua orang itu duduk di satu kursi, di mana si lelaki memangku si wanita yang mengenakan rok span lima belas centimeter di atas lutut dan juga blouse ketat berwarna putih. Awan semakin terperangah kala melihat kancing blouse si wanita sudah mulai terbuka hingga menampakkan belahan dadanya.

Anton dan wanita itu seketika menghentikan aktivitas mereka setelah Awan masuk ke dalam ruangan. Tanpa merasa kikuk atau malu, mereka tetap berada di posisi yang sama.

"Oh, Anda sudah datang pak Awan? Mari silakan duduk!"

Lelaki bernama Anton itu mempersilakan Awan untuk duduk di tempat yang telah tersedia dan Awan pun hanya menurut saja.

"Maaf atas keterlambatan saya ya Pak. Tadi di jalan, saya mengalami sedikit insiden tak terduga," ucap Awan membuka pembicaraan.

"Hahahahahaha ... Tidak apa-apa pak Awan. Justru karena Bapak terlambat, saya bisa bermesraan dengan wanita saya ini," ucap Anton dengan gelak tawa yang menggema.

Awan menatap lekat sosok wanita yang saat ini ada di pangkuan Anton. Tanpa sadar tatapan Awan itu diketahui oleh Anton.

"Jangan kaget Pak. Wanita ini memang bukan istri saya. Dia adalah wanita simpanan saya yang membuat hari-hari saya jauh lebih bergairah dan berwarna," ujar Anton seakan tahu jika saat ini Awan bertanya-tanya akan sosok wanita yang ia bawa.

"Oh pantas .... saya merasa asing dengan wanita ini Pak, karena setahu saya istri Bapak bukan yang ini."

"Hahahaha ... Sebagai lelaki, kita membutuhkan wanita di luar istri kita untuk membuat kita lebih semangat bekerja, Pak."

Dahi Awan sedikit berkerut. Rupa-rupanya pembahasan perihal wanita lain jauh lebih terdengar mengasyikkan daripada pembahasan perihal kerjasama.

"Maksud Bapak bagaimana? Bukankah istri di rumah sudah cukup membuat kita bersemangat bekerja, Pak? Saya sungguh tidak paham."

"Hahahaha pak Awan, pak Awan. Anda ini terlalu lurus jadi laki-laki. Cobalah berbelok sedikit dengan memiliki wanita lain yang membuat adrenalin Bapak jauh lebih terpacu," kelakar Anton memberikan usulan.

Awan hanya tergelak. Ia semakin tidak paham ke mana arah pembicaraan relasi bisnisnya ini. "Saya sungguh tidak paham, Pak. Perihal meningkatkan omset bulanan saya rasa jauh lebih mudah daripada memahami maksud dari ucapan Pak Anton ini."

Anton tersenyum simpul. Ia kembali membelai wajah mulus wanitanya ini. Bahkan ia tidak malu-malu melakukan hal itu di hadapan Awan.

"Saya merasa jenuh dengan istri di rumah, Pak. Dia itu tidak bisa bersolek yang membuatnya tidak menarik lagi di mata saya dan yang paling parah, goyangan dia di ranjang sudah tidak sepanas seperti saat awal kami menikah. Saat ini dia hanya seperti gedebog pisang jika bercinta. Sungguh membuat saya tidak bergairah."

Awan semakin terperangah. Apa yang dialami oleh Anton ternyata sama dengan apa yang ia alami. Saat ini, Cahya benar-benar terlihat tidak menarik di matanya. Namun untuk perkara ranjang, Cahya masih bisa mengimbangi.

"Apa karena hal itu yang membuat Pak Anton memiliki wanita simpanan?"

Anton mengedikkan bahu dan mulai menyulut batang bernikotin yang ia bawa. Lelaki itupun menghembuskan napas di hadapan Awan yang seketika membuat kepulan-kepulan asap putih memenuhi ruangan.

"Kita ini lelaki, Pak. Kita berhak mencari selingan di luar sana. Apalagi jika istri kita sudah tidak menarik lagi, kita harus mencari selingan untuk bisa kembali menumbuhkan hasrat dan gelora jiwa yang kita miliki!"

"Pak Anton apakah tidak takut jika sampai ketahuan?" tanya Awan semakin penasaran.

"Hahahaha ... Kalaupun ketahuan, istri saya bisa apa Pak? Dia pasti juga tidak akan berani untuk menuntut apapun karena sejauh ini ia bisa hidup karena uang pemberian dari saya. Jadi, saya santai saja."

Dengan seksama, Awan mendengarkan dan mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Anton. Ia resapi betul pandangan-pandangan Anton tentang wanita selingan.

Apakah aku juga harus mencari wanita selingan seperti pak Anton ini untuk menumbuhkan kembali hasrat dan gelora jiwaku?

.

.

.

Terpopuler

Comments

revinurinsani

revinurinsani

wah si Anton sesat juga yah

2023-11-11

0

Modish Line

Modish Line

ajaran sesat ini mah ....JANGAN diikutin

2023-08-30

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

saran sesat yg menjerumuskan

2023-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!