Bab 15. Kembali Romantis

Semburat warna oranye nampak bersinar terang di ufuk timur. Membiasakan sinarnya ke dalam sisa bulir-bulir embun di permukaan dedaunan. Membuatnya berkilauan bak mutiara di dasar lautan.

Penduduk bumi yang sebelumnya dipeluk oleh hawa dingin khas dataran tinggi gunung Merapi, kini berganti dengan setitik rasa hangat. Udara menghantarkan hangatnya pelukan cahaya matahari ke dalam lapisan atmosfer bumi.

Cahya bersenandung riang sembari beraktivitas di dapur. Wajahnya nampak begitu cerah, secerah mentari pagi yang dengan tulus menyapa para penduduk bumi. Apa yang terjadi semalam, sepertinya mampu membuat Cahya mendapatkan kebahagiaannya lagi. Bahagia karena bisa mereguk kembali kenikmatan dunia bersama sang suami.

"Loh Mas, kok sudah rapi? Kamu mau berangkat?"

Cahya menghentikan senandungnya kala melihat sosok Awan yang sudah rapi dengan pakaian formalnya. Wanita itu sedikit keheranan karena jam baru menunjukkan pukul enam pagi, namun sang suami terlihat sudah rapi dan siap untuk pergi ke kantor.

"Iya Ay, aku harus ke kantor pagi sekali. Ada hal urgent yang harus aku selesaikan."

"Hal urgent apa sih Mas? Mengapa kamu tidak pernah cerita kepadaku jika ada masalah di kantor?"

Sebagai seorang istri, Cahya tidak hanya ingin sekedar menjadi pendamping hidup bagi Awan saja. Cahya ingin jika dirinya bisa menjadi partner hidup Awan dalam urusan apapun, termasuk urusan pekerjaan. Karena bagi Cahya sendiri, sosok seorang istri bukan hanya melulu soal teman di atas rajang ataupun seseorang yang mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, namun juga bisa menjadi partner dalam semua aspek.

Awan menyunggingkan senyum manis di bibirnya. Meskipun dalam hati ia begitu terpaksa melakukannya namun ia harus memainkan peran dengan sempurna. Lelaki itupun berjalan mendekat ke arah sang istri.

"Aku tidak ingin membebani pikiranmu dengan segala macam situasi di kantor Ay. Kamu sudah cukup lelah dengan menjadi seorang istri, ibu dan juga menantu. Maka dari itu biarkan urusan kantor menjadi urusanku sendiri."

"Tapi bukan seperti itu Mas. Aku juga ingin kamu libatkan dalam segala urusanmu. Aku juga ingin ikut merasakan apa yang menjadi beban pikiranmu. Bukankah pernikahan itu bukan melulu tentang menjalani hal-hal yang indah saja? Hal-hal buruk pun juga harus kita jalani sama-sama?"

Lagi, Awan tersenyum penuh arti. Ia mendekatkan wajahnya dan ia berikan sebuah kecupan di kening Cahya.

"Sudah, tidak perlu kamu pikirkan masalah di kantor Ay. Semua masih bisa aku handle sendiri. Lebih baik kamu fokus dengan anak-anak, ibu, dan juga rumah."

Kehangatan mengaliri laju aliran darah Cahya kala keningnya dikecup oleh Awan. Kekecewaan yang sebelumnya sempat ia rasakan terhadap suaminya, kini semakin terkikis oleh sikap Awan yang seakan kembali seperti sedia kala. Lelaki itu seakan kembali menjadi sosok Awan yang Cahya kenal.

Cahya ikut tersenyum manis. Ia rapikan kerah kemeja milik Awan yang sedikit kurang rapi. Setelahnya, ia raih telapak tangan Awan dan ia kecup punggung tangannya.

"Ya sudah kalau begitu Mas. Aku hanya bisa mendoakanmu semoga kamu selalu diberikan kelancaran dalam segala hal oleh Allah. Kapanpun kamu ingin membagi semua beban yang kamu hadapi, aku akan selalu ada di sisimu Mas."

"Aamiin ... Terima kasih banyak untuk doanya Ay. Aku berangkat dulu ya. Nanti tolong sampaikan ke anak-anak jika aku sudah berangkat."

"Baik Mas. Hati-hati di jalan."

Awan kembali mengecup pucuk kepala Cahya yang berbalut hijab itu. Lelaki itu kemudian mengayunkan tungkai kakinya menuju garasi dan ia panaskan sejenak kuda besi miliknya itu. Tak selang lama, Awan melajukan mobilnya dan perlahan bayangnya menghilang ditelan oleh jalanan.

Cahya tersenyum bahagia melihat sikap Awan yang kembali seperti sedia kala. Wanita itu seakan mendapatkan suplay semangat baru untuk menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga.

***

Awan menghentikan laju mobilnya di bahu jalan. Ia keluar dari dalam mobil dan melihat dengan seksama sebuah bangunan rumah yang berada di seberang jalan tempatnya menghentikan mobil. Sebuah kost eksklusif yang terlihat elite jika dilihat dari luar.

Awan menyelipkan kacamata hitamnya di atas kepala. Lelaki itu tersenyum lebar karena pada akhirnya, ia bisa melihat secara langsung di mana Mega tinggal. Sejak pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, Awan sungguh dibuat mabuk kepayang oleh pesona wanita yang terpaut usia empat tahun dengannya itu. Terlebih saat Mega mulai berani menunjukkan semua yang ada di dalam tubuhnya, Awan seakan semakin terjerat dalam pesona Mega.

Awan berjalan pelan menyeberangi jalan. Sesampainya di teras, lelaki itu menghentikan langkah kakinya. Ia ambil ponsel dari dalam saku celananya dan mulai mengirim pesan kepada seseorang.

"Kos ini cukup mewah tapi apa pantas kekasih seorang Awan, pemilik PT N3P tinggal di kos-kosan seperti ini?"

Awan bermonolog lirih sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Otak lelaki itu seakan bekerja keras untuk melakukan sesuatu. Terlebih ini tentang tempat tinggal sang kekasih.

"Mas, sudah dari tadi?"

Suara lembut seseorang yang tidak asing di telinga Awan, membuat lelaki itu menakutkan netranya ke arah sumber suara. Terlihat Mega yang mengenakan piyama dari bahan satin warna soft pink menuruni anak tangga.

Awan tersenyum lebar. Bisa bertemu dengan kekasih gelapnya di pagi hari ini sungguh membuat hatinya bahagia tiada terkira.

"Baru saja sampai kok. Oh iya kamar kamu di mana Han?"

Mega mengernyitkan dahi. "Han? Han siapa Mas? Aku ini Mega, bukan Han!"

Bibir Mega sedikit mengerucut. Ia seakan kesal sendiri saat mendengar Awan memanggil nama wanita lain. Ia berpikir jika Awan memiliki banyak simpanan dan saat ini ia lupa sedang bersama siapa sehingga salah memanggil nama.

Awan tergelak pelan. Ia dekati kekasih gelapnya ini. "Han itu maksudnya Honey. Mulai hari ini panggilan kesayanganku untuk kamu Honey, oke?"

Mega mendengus kesal. Baru saja ia akan murka tapi ternyata itu maksud kekasihnya. "Huh, aku kira siapa Mas. Hampir saja aku mau ngamuk!"

"Hahahaha ... Jangan ngamuk dong, nanti cantiknya hilang." Awan melingkarkan lengan tangannya di pinggang ramping milik Mega. Ia letakkan kepalanya di ceruk leher wanita itu dan berbisik lirih, "apakah kamu tidak ingin membawaku ke kamarmu?"

Mega tersenyum nakal. "Memangnya apa yang ingin kamu lakukan di kamarku Mas?"

Awan tak kalah menyeringai nakal. "Hawa pagi ini masih terasa dingin sekali. Aku ingin mencari kehangatan di kamarmu, Han!"

Mega terkekeh pelan. Ia cubit hidung mancung milik Awan ini. "Baiklah, akan aku berikan kehangatan untukmu Mas!"

***

"Ada apa Mas? Sejak tadi kok gak berhenti melihat-lihat ke sekeliling kamar? Apa ada yang aneh?"

Mega menghampiri Awan dengan membawa sebuah nampan yang berisi segelas susu hangat dan juga dua potong sandwich. Ia letakkan nampan itu di atas meja yang berada di depan jendela.

"Kamu nyaman tinggal di tempat ini Han?"

"Nyaman gak nyaman ya harus dipaksa untuk nyaman Mas. Memang kenapa sih?"

"Hmmmm ... Sepertinya kos seperti ini kurang pantas untuk kamu tinggali Han," ucap Awan masih intens menatap sekeliling.

"Ya, mau bagaimana lagi Mas. Bagiku ini sudah lumayan untuk aku jadikan tempat tinggal meskipun perbandingannya jauh dari yang aku tempati saat di Jakarta dulu."

Awan mendaratkan bokongnya di atas sofa. Sepertinya lelaki itu mulai pegal karena sejak tadi berdiri.

"Kemarilah Han!" titah Awan sembari menepuk-nepuk pahanya.

Mega hanya mengangguk saja dan memenuhi permintaan Awan. Kini wanita itu berada di atas pangkuan Awan dan mengalungkan lengan tangannya di leher sang kekasih.

Kepala Awan tepat berada di bagian b u a h d a d a Mega. Dengan penuh n a f s u lelaki itu menciumi bagian d a d a Mega yang masih berbalut piyama itu.

"Iihhhh ... Geli Mas. Jangan seperti ini dong!"

Tubuh Mega menggeliat seperti cacing kepanasan saat merasakan sensasi rasa geli di sekujur tubuhnya.

Tangan Awan menelusup masuk ke dalam piyama. Karena tidak memakai b r a, jemari tangan lelaki itu bisa dengan bebas memegang gundukan sintal milik Mega. Seketika membuat tubuh Awan diselimuti oleh hasrat yang bergelora. Napasnya terdengar memburu seperti sudah tidak sabar untuk segera melahap milik wanita simpanannya ini.

"Aku sudah tidak sabar Han. Mari kita bercinta!" ajak Awan dengan tatapan sayu.

Mega masih menggunakan logikanya meskipun juga sudah dipenuhi oleh hasrat. Ia merasa di situasi seperti ini ia bisa mendapatkan cinta, perhatian bahkan kemewahan dari Awan. Mega ingin memanfaatkan kesempatan ini. Ia pun menghentikan aktivitas tangan Awan yang menggerayangi b u a h d a d a nya.

"Buktikan dulu bahwa kamu benar-benar mencintaiku Mas. Setelah itu akan aku berikan seluruh tubuhku untukmu!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

✨Nak Rank Malayu✨

✨Nak Rank Malayu✨

kasian banget Aya dikira suami nya udah berubah baik, nggak tau nya ada udang di balik bakso😔😏

2023-06-14

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղα🇵🇸🍉Kᵝ⃟ᴸ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղα🇵🇸🍉Kᵝ⃟ᴸ

kasian aya thor please jgn bikin aya lama² di bohongin kadal buntung itu thor bebaskan aya dr awan biarkan aya bahagia bersama alona dan lakukan kalaupun dia berjodoh temukan aya sm sosok seperti mas juna🙏🙏🙏🙏

2023-02-18

2

Ahmad Affa

Ahmad Affa

dasar buaya udah main nyosor aja.... siap" aja di kadalin sama mega kamu wan....kelakuanmu sungguh bikin geleng" kelapa wan eh kepala bikin ngelus dada 😌

2023-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!