Tubuh Awan hanya terpaku dan membeku sesaat setelah Cahya meluapkan semua rasa yang mungkin ia pendam sendiri. Ia berpikir keras tentang apa yang diucapkan oleh sang istri. Lagi-lagi, semua argumentasi yang diucapkan oleh Cahya tidak sejalan dengan pandangannya selama ini.
Bukankah sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak dan bersolek di depan suaminya? Dan semua kewajiban itu tidak bisa diganggu gugat, apapun alasannya. Karena itu semua sudah menjadi kewajibannya. Namun, di sini Cahya seakan tidak mau dituntut. Padahal itu semua sudah menjadi sebuah tanggung jawab.
Setelah merasa puas meluapkan semua gejolak rasa yang berkumpul menjadi satu di dalam dada, Cahya memilih untuk pergi dari hadapan Awan. Wanita itu memilih masuk ke kamar mandi. Membasahi tubuhnya dengan aliran air yang terasa menyejukkan. Membuang segala kepenatan yang telah menguasai raga. Sembari menumpahkan air mata dengan suara tangis yang teredam oleh gemericik air kamar mandi hingga tak ada satupun yang mendengar.
"Wan!"
Sapaan lirih dari seseorang yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri, membuat Awan yang tengah larut dalam pikirannya sendiri sedikit terkejut. Ia menatap ke arah sumber suara, terlihat sang ibu yang menggeret kursi rodanya.
"Ibu? Ada apa?"
Marni mencoba untuk menghela napas panjang dan kemudian ia hembuskan perlahan. Kamar pribadi yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat Awan dan Cahya berada, membuat wanita paruh baya itu mendengar hal apa saja yang dibicarakan oleh anak dan menantunya. Ia hanya bisa mengelus dada, mendengar ucapan sang anak yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.
"Tidak semestinya kamu mengatakan hal itu kepada Cahya, Wan. Cahya seharian sudah bekerja keras untuk mengurus kepentingan anak-anak, kepentingan ibu dan pekerjaan rumah. Ucapanmu itu benar-benar keterlaluan."
Pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu rumah tangga, membuat Marni mengerti bagaimana sibuknya pekerjaan seorang istri yang sekaligus menjadi seorang ibu. Setiap hari ia selalu bangun paling awal untuk menyiapkan kebutuhan anggota keluarga dan ia akan tidur paling akhir setelah memastikan anak-anaknya sudah beristirahat dengan tenang. Sungguh tidak adil bagi seorang ibu rumah tangga jika pekerjaan yang ia kerjakan disepelekan.
"Tapi tidak biasanya Cahya seperti itu Bu. Biasanya saat aku pulang, kondisi rumah sudah bersih. Anak-anak juga sudah rapi dan wangi. Bahkan dia sendiri pun juga sudah bersolek untuk menyambut kepulanganku. Tapi sejak bebarapa minggu yang lalu dan sampai hari ini apa yang nampak Bu? Apa? Semua tidak berada pada tempatnya."
Awan mencoba untuk membela diri dengan argumentasi yang ia paparkan. Perihal kebersihan dan kerapian rumah tetap berada di atas pundak Cahya. Sehingga ia merasa sudah sangat tepat mengatakan hal itu di depan Cahya.
Bibir Marni menganga lebar. Wanita itu seakan tidak percaya jika putranya ini tega mengatakan hal itu. Awan benar-benar terlihat berubah. Jauh berbeda dari Awan yang ia kenal selama ini.
"Jangan keterlaluan kamu Wan. Apakah kamu sudah bertanya kepada istrimu sudah makan atau belum seharian ini? Sudah mengistirahatkan tubuhnya juga atau belum? Bisa jadi seharian Cahya belum sempat mengisi perutnya karena sibuk mengurus anak-anak dan Ibu. Ibu tidak pernah mengajarimu untuk melakukan hal semacam itu di depan istrimu, Wan. Itu namanya dzolim!"
Suara Marni terdengar sedikit bergetar dan napasnya juga terengah-engah. Emosi yang ada di dalam dada seakan meletup-letup seperti adonan dodol Garut yang mendidih. Apa yang dikatakan oleh sang anak di hadapan Cahya, sudah cukup membuatnya ikut merasakan bagaimana keterlaluannya sikap Awan.
Mendengar sang ibu yang membela Cahya, justru semakin membuat Awan tersudut. Kali ini, ia tidak lagi memiliki senjata untuk membantah perkataan sang ibu.
"Sudahlah Bu, tidak perlu dibahas lagi. Aku harap ini terakhir kalinya aku melihat keadaan rumah yang seperti kapal pecah saat aku pulang kerja setelah beberapa minggu ini aku tahan untuk tidak murka dan juga penampilan Cahya yang sama sekali tidak nampak menyejukkan mata. Aku ini lelah Bu, dan bertambah lelah jika melihat suasana rumah seperti ini!"
"Tapi Wan ..."
"Ayah .... Kakak dan adek sudah siap. Kita berangkat sekarang untuk mencari es krim Yah?"
Ucapan Marni terpangkas saat dua cucunya berlari kecil ke arah Awan. Dua anak itu sudah terlihat cantik dengan pakaiannya, hanya rambutnya saja belum rapi. Karena biasanya rambut Alina dan Malika dikuncir kuda oleh Cahya.
Marni yang sebelumnya merasa jengkel dengan sikap Awan, kini seakan hilang begitu saja setelah melihat raut wajan dua cucunya ini begitu gembira.
Awan tersenyum lega, karena kedatangan dua putrinya ini yang menghentikan perdebatan antara ia dengan sang ibu. Dengan begini, sang ibu pasti sudah tidak akan lagi membahas perihal Cahya.
"Wah, anak-anak Ayah sudah cantik. Tinggal rambutnya saja ya yang belum rapi?"
"Iya Ayah. Alina dan adek ingin dikepang. Apakah Ayah bisa mengepang rambut Alina dan adek?" celoteh gadis kecil berusia lima tahun itu.
Kekehan lirih terdengar keluar dari bibir Awan. "Tentu Ayah tidak bisa Sayang. Bunda yang bisa mengepang rambut Alina dan adek."
"Adek kira Ayah bisa mengepang rambut. Itu artinya kita harus menunggu Bunda mandi lebih dulu Yah?" tanya Malika dengan polos
"Betul itu Sayang. Adek dan kak Alina menunggu Bunda dulu ya. Biar sekarang giliran Ayah yang mandi. Setelah Ayah selesai mandi dan rambut Kakak juga Adek sudah dikepang oleh Bunda, kita segera berangkat. Oke?"
"Oke Yah."
"Ya sudah, Ayah mandi dulu ya. Kalian duduk anteng di sini menunggu Bunda."
Tanpa banyak berkata lagi, Awan mulai melangkah untuk menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Rasanya, ia ingin cepat-cepat mengguyur kepalanya dengan air dingin untuk sekedar mendinginkan kepala dan juga hati yang sudah terlanjur panas.
"Aduhh ... cucu-cucu Nenek sudah terlihat cantik semua. Mau jalan-jalan sama ayah juga bunda ya?" puji Marni di depan kedua cucunya ini.
"Iya Nek ... Malika dan kak Alina ingin jalan-jalan sambil membeli es krim. Hmmmmmmm enakkk!!" celoteh si bungsu yang seakan sudah tidak sabar untuk menikmati rasa es krim yang dijanjikan oleh sang ayah.
Marni ikut tersenyum lebar melihat kebahagiaan cucu-cucunya ini. "Jangan lupa oleh-olehnya untuk Nenek ya Sayang."
"Oke Nek."
"Cahya!" sapa Marni saat melihat sang menantu keluar dari kamar mandi dengan daster rumahan yang nampak begitu sederhana. Meskipun sederhana, namun terlihat pas dikenakan oleh menantunya ini.
"Iya Bu, ada apa? Apakah Ibu membutuhkan sesuatu?"
"Tidak Ay, Ibu tidak memerlukan apapun. Ibu hanya mengingatkan, segeralah berganti pakaian. Bukankah kalian akan jalan-jalan?"
Cahya mengangguk pelan seraya tersenyum tipis. Rasa-rasanya ini akan menjadi momen yang pas untuk bisa sedikit menghilangkan rasa penat yang ia rasakan. Apa lagi jika bukan pergi bersama suami dan anak-anak.
"Iya Bu, sebentar lagi Aya akan ganti baju."
"Loh, loh, loh, kamu mau ganti baju? Memang kamu mau kemana Ay? Bukankah biasanya jika di rumah, kamu hanya mengenakan daster seperti itu?"
Suara Awan yang tiba-tiba merembet masuk ke dalam indera pendengaran, memaksa Cahya untuk menautkan pandangannya ke arah sumber suara. Dahi wanita itu mengernyit dengan mata yang menyipit.
"Bukankah setelah ini kita akan jalan-jalan mencari es krim bersama anak-anak Mas?"
"Iya benar, aku akan jalan-jalan sambil menikmati es krim. Tapi itu hanya aku dan anak-anak," jawab Awan santai sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.
Raut penuh tanda tanya itu semakin jelas terlihat di wajah Cahya. "Maksud kamu bagaimana Mas?"
"Yang akan pergi hanya aku dan anak-anak, sedangkan kamu tetap di rumah saja. Lihatlah, rumah masih berantakan. Piring-piring kotor pun juga masih bertumpuk. Selesaikan terlebih dahulu kewajibanmu mengurus rumah Ay!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
thor jorokin aja awan ke jurang please percuma hidup jg gk ada guna nya cm.bisa nyakitin istri doang
2023-02-18
1
juwita
aku emosi sma si awan thorrr
2023-02-09
1
Orinn😂
jahat banget tuh si Awan. tega😏 aya itu juga ingin refresing kali
2023-02-08
0