Bab 12. Kamuflase

Melalui spion yang berada di atas kepala, Cahya menatap nanar wajah-wajah sang putri yang tengah terlelap itu. Wajah yang nampak lelah, mengantuk dan juga kecewa. Rasa kecewa karena telah menunggu janji yang bahkan tidak ditepati oleh sang ayah. Tanpa terasa, setetes bulir bening itu lolos begitu saja dari bingkai mata Cahya.

"Kamu boleh mengecewakan aku Mas. Tapi tidak seharusnya kamu mengecewakan putri-putrimu. Entah apa yang sedang kamu lakukan di luar sana, sampai kamu lupa akan janji yang sudah kamu ucapkan sendiri di depan anak-anak."

Mobil yang dikemudikan oleh Cahya memasuki halaman rumah. Ia memarkirkan kuda besi itu di sana dan mulai membopong kedua putrinya ini bergantian untuk ia rebahkan di atas tempat tidur.

"Anak anak sampai tertidur Ay?" tanya Marni yang saat ini berada di ruang tamu. Ia melihat menantunya ini sedikit kerepotan membopong anak-anaknya bergantian.

Cahya mengangguk, "mereka sudah sangat mengantuk Bu. Maka dari itu baru sebentar Aya meninggalkan sekolahan, mereka sudah sama-sama tertidur."

"Lalu, kemana Awan? Mengapa ia sampai lupa menjemput anak-anak?"

"Entahlah Bu. Sejak tadi ponsel mas Awan tidak aktif. Tidak biasanya mas Awan melakukan hal seperti ini. Sesibuk apapun, ponselnya pasti selalu aktif."

Marni tersenyum getir. Wanita paruh baya itupun juga merasakan perubahan sikap putranya. Awan memang tidak seperti Awan yang pernah ia kenal.

"Ya sudah, sekarang lebih baik kamu istirahat Nak. Ibu lihat wajahmu juga seperti kelelahan sekali. Istirahatlah. Mumpung anak-anak juga tertidur."

"Baiklah Bu, Cahya ke kamar dulu ya. Atau sebelum Aya ke kamar, Ibu memerlukan apa? Biar Aya ambilkan."

Marni hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum tipis. "Tidak Nak. Ibu tidak membutuhkan apa-apa. Ibu juga ingin beristirahat di kamar."

"Baiklah Bu."

***

"Terima kasih banyak untuk traktirannya ya Mas. Aku sungguh tidak enak hati. Belanjaanku sudah dibayarin, di traktir pula. Lain kali biarkan aku yang mentraktirmu ya Mas."

Seusai puas mengobrol kesana-kemari hingga tak ingat waktu, Mega berpamitan kepada Awan untuk kembali ke kantor. Ia juga baru tersadar jika jam makan siang sudah habis dan ia harus bergegas kembali ke kantor.

Awan tertawa renyah. "Lain kali kamu yang akan mentraktirku? Apakah artinya setelah pertemuan kita hari ini kita bisa mengadakan pertemuan lagi? Semacam janji makan siang, makan malam atau jalan-jalan?"

Mega tergelak pelan seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. Entah mengapa mendengar pertanyaan Awan ini membuat hatinya berbunga-bunga.

"Itu semua tergantung kamu Mas. Kalau kamu tidak takut ketahuan istrimu, aku pasti siap kapan saja mau kamu ajak keluar."

"Aahhh ... Itu semua bisa diatur. Yang penting tidak ada yang marah kan kalau aku mengajakmu jalan keluar?"

"Hahahaha ... Kamu ini ada-ada saja Mas," ucap Mega dengan gelak tawa yang membahana. "Aku ini single, Mas. Jadi bebas mau jalan kemanapun dan dengan siapapun aku mau. Tidak ada yang melarang. Justru kamu yang mungkin kena marah karena mengajakku bertemu di luar."

"Sudahlah ... aku pastikan tidak akan ada yang marah. Karena istriku itu penurut. Dia tidak pernah tahu apa aktivitasku di luar. Dia hanya tahu pekerjaan dapur," ujar Awan santai.

Mega nampak sedikit memikirkan apa yang diucapkan oleh Awan. Sepersekian menit ia pun tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Baiklah kalau begitu Mas. Kapanpun kamu ingin bertemu denganku, aku akan selalu ada untukmu."

Hati Awan seakan dihujani oleh kelopak-kelopak bunga asmara. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu seperti merasakan jatuh cinta yang kedua kali dengan sosok Mega yang ada di hadapannya ini. Ia seperti sudah tidak sabar untuk menghabiskan hari-hari bersama Mega.

"Baiklah, kamu siap-siap saja jika tiba-tiba aku mengajakmu untuk jalan keluar," ucap Awan dengan mengedipkan sebelah matanya. "Oh iya, boleh aku minta alamat rumahmu Meg?"

"Untuk apa Mas?"

"Bukan untuk apa-apa. Barangkali aku bisa mampir jika aku melewati area rumahmu."

Mega terkekeh pelan. "Kamu ini modus ya Mas? Hmmmm ... Nanti aku shareloc alamatnya Mas."

"Oke, terima kasih."

Mega masuk ke dalam mobil. Ia duduk di balik kemudi untuk kemudian ia nyalakan mesin mobilnya. "Aku balik ke kantor dulu ya Mas!"

Mega sedikit berteriak sembari melambaikan tangan ke arah Awan yang masih berdiri di depan rumah makan Padang. Lelaki itupun juga turut melambaikan tangan. Senyumnya terus merekah sampai mobil yang dikemudikan oleh Mega hilang dari pandangan.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh pak Anton. Dengan wanita simpanan, jiwa mudaku jauh terasa lebih bergelora.

Awan merogoh saku celana. Ia ambil ponsel dari dalam sana. Sejak pertemuannya dengan Mega, ia memang sengaja menonaktifkan ponsel miliknya itu agar tidak ada yang mengganggu. Hingga pada akhirnya ia memilih untuk kembali mengaktifkannya.

Kedua bola matanya terbelalak saat melihat beberapa missed call dan pesan dari Cahya. Ia buka menu aplikasi WhatsApp dan tubuhnya pun terperanjat seketika.

"Astaga .... Aku lupa menjemput anak-anak!"

***

Awan memarkirkan mobilnya di samping mobil milik Cahya yang sudah terparkir di halaman rumah. Pikirannya kalut setengah mati karena tiba di sekolah anak-anak tidak ada satupun yang ia temui selain penjaga sekolah. Gegas, lelaki itu memasuki kamar kedua putrinya untuk memastikan bahwa mereka dalam keadaan baik-baik saja.

"Tidak perlu khawatir, anak-anak dalam keadaan baik. Mereka hanya kelelahan dan mengantuk karena terlalu lama menunggu ayahnya."

Awan sedikit terkejut saat mendengar suara Cahya yang berada di balik punggungnya. Ia kemudian berbalik badan dan benar saja jika Cahya sudah berdiri di sana.

"Aku minta maaf Ay. Aku benar-benar lupa kalau harus menjemput anak-anak," ucap Awan dengan memasang raut wajah sendu. Dari raut wajah itu seakan mengisyaratkan rasa penyesalan yang begitu dalam.

"Memang apa yang sedang kamu kerjakan Mas? Sampai-sampai membuatmu lupa akan janji yang sudah kamu ucapkan sendiri?" tanya Cahya begitu ingin tahu sesibuk apa kegiatan suaminya sampai membuatnya lupa akan janjinya.

"Aku bertemu dengan pimpinan Semarang Ay. Ada sedikit masalah di Semarang dan harus segera aku selesaikan."

Meskipun sedikit gugup, namun Awan mencoba untuk menghilangkan kegugupan itu. Ia tidak ingin jika pertemuannya dengan Mega sampai diketahui oleh Cahya.

"Lalu, untuk ponselmu bagaimana Mas? Mengapa tidak aktif sama sekali? Selama ini kamu tidak pernah loh menonaktifkan ponselmu?"

"Oh itu? Itu karena ponselku tertinggal di kantor Ay dan posisi lowbatt dan akhirnya mati sendiri."

Cahya mencoba menelisik satu kebohongan yang mungkin disembunyikan oleh Awan melalui sorot matanya. Namun tetap saja tidak bisa ia temukan. Ia pun hanya bisa terdiam dan termangu.

Awan mendekat ke arah Cahya. Ia raih telapak tangan istrinya ini untuk kemudian ia genggam erat. "Sekali lagi aku minta maaf ya Ay. Sungguh ini semua bukanlah kesengajaan."

Cahya menghembuskan napas sedikit kasar. Ingin rasanya ia marah kepada suaminya ini yang telah mengecewakan anak-anak. Namun ia rasa tidak akan ada manfaatnya.

"Jangan minta maaf kepadaku Mas karena kesalahanmu bukan kepadaku tapi kepada anak-anak. Mereka pasti sangat kecewa karena kamu lupa untuk menjemput."

"Baiklah, untuk menebus semua kesalahanku, bagaimana kalau malam ini kita sekeluarga makan di luar? Sekaligus untuk quality time?"

Dahi Cahya sedikit berkerut. "Serius kita akan dinner di luar?"

Awan menganggukkan kepalanya. "Tentu Ay. Akan aku persiapkan semuanya."

Seutas senyum tipis terbit di bibir Cahya. Meskipun hatinya sedikit kecewa namun mendengar rencana Awan ini membuat kekecewaan yang ia rasakan menguap seketika. Kali ini sikap Awan seakan kembali seperti sedia kala.

"Baiklah, nanti kita dinner di luar."

Senyum seringai terbit di bibir Awan. Pada akhirnya maksud dan tujuannya tercapai seketika.

Sepertinya aku harus selalu menampakkan perilaku yang baik di depan Cahya. Akan aku curahi dirinya dengan perhatian yang lebih dari sebelumnya. Dengan begitu ia tidak akan pernah tahu jika aku memiliki hubungan dengan Mega di luar sana.

.

.

.

Terpopuler

Comments

✨AkuHanyaWanitaBiasa✨

✨AkuHanyaWanitaBiasa✨

dasar kadal buntung

2023-05-13

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

dasar licikkkk

2023-02-18

1

Ahmad Affa

Ahmad Affa

lah.... garangan mulai beraksi ya kak 😂😂

2023-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!