Bab 9. Berubah

Semilir angin khas pegunungan menerpa wajah Awan yang tengah duduk di gazebo restoran. Setelah pertemuannya dengan Anton usai, Awan memilih untuk duduk menyendiri di gazebo yang berada di area belakang resto. Di tempat ini, Awan juga bisa menikmati hamparan tanaman padi yang masih menghijau. Pastinya pemandangan itu terlihat begitu menyejukkan mata.

Awan masih larut dalam pikirannya sendiri. Pikirannya berkelana jauh. Bukan tentang kerjasama dengan Anton yang ada di dalam pikirannya, namun tentang semua ucapan Anton tentang wanita simpanan.

Selama tujuh tahun ia menjadi seorang suami, tidak sedikitpun terbesit dalam benaknya untuk mendua ataupun selingkuh. Namun kali ini semua yang diucapkan oleh Anton benar-benar mengusik hati dan juga pikirannya.

"Apa benar yang diucapkan pak Anton jika memiliki wanita simpanan bisa membuat kita sebagai lelaki jauh lebih bergairah?"

Awan bermonolog lirih. Ia masih teramat penasaran tentang bagaimana cara Anton berselingkuh di belakang istrinya dengan masih tetap bersikap tenang.

"Sepertinya aku tidak akan pernah mengetahui bagaimana sensasi rasanya jika tidak melakukannya. Aku rasa, aku memang harus mengikuti saran dari pak Anton."

Awan teringat akan beberapa minggu yang terakhir yang ia lalui. Di mana ia sudah tidak lagi puas dengan cara kerja dan penampilan sang istri. Wajah Cahya sungguh terlihat begitu kusam tak bersinar dan sama sekali tak menyejukkan pandangan.

Ingatannya kembali berputar pada pelayanan Cahya di atas ranjang. Ia akui istrinya itu tidak sampai seperti gedebog pisang seperti istri Anton, namun semakin hari tingkat kepuasan yang ia rasakan jauh berkurang dari masa-masa yang telah lalu.

"Ya, aku memang harus mencari selingan. Ini semua demi kewarasanku. Lantas bagaimana jika terbongkar? Ah, aku tidak peduli. Toh selama ini akulah yang menopang kehidupan Cahya. Dia tidak akan pernah bisa melakukan apapun tanpa uang dariku."

Awan beranjak dari posisi duduknya. Ia ayunkan tungkai kakinya untuk segera pergi dari restoran ini. Ia baru sadar jika sudah terlalu lama ia duduk menyendiri di sini. Awan berjalan sedikit tergesa-gesa menuju tempat parkir sembari menatap lekat layar gawainya. Dan tiba-tiba...

Bruk!!!!

"Aaaaahhhhh. Bagaimana sih? Jalan tidak pakai mata!"

Awan terhenyak kala mendengar pekikan seseorang yang melengking di telinga. Ia dibuat terkejut saat ada seorang wanita muda dengan pakaian formal setengah berjongkok untuk mengambil beberapa map yang berserakan.

"Eh, maaf, maaf Mbak. Saya tidak sengaja!"

Awan ikut berjongkok untuk mengambil beberapa kertas yang berserakan itu. Setelah semua kembali rapi, keduanya sama-sama berdiri.

"Anda ini bagaimana sih Pak? Jalan kok tidak lihat-lihat keadaan sekitar?" protes wanita muda itu dengan raut wajah kesal.

"Sekali lagi saya minta maaf ya Mbak. Saya sedang tidak fokus."

Wanita muda itu membuang napas kasar. "Lain kali jika ada masalah jangan di bawa-bawa di tengah jalan, Pak. Seperti ini kan jadinya!"

"Iya Mbak, saya minta ma..."

Ucapan Awan terpangkas kala melihat wanita muda itu mulai masuk ke dalam salah satu mobil yang terparkir di tempat ini. Tak selang lama, ia menghidupkan mesin mobilnya dan mulai meninggalkan area parkiran.

"Aaaarrggghhh .... Mengapa aku tidak kenalan terlebih dahulu?"

****

Senyum merekah di bibir Cahya. Selepas memanjakan diri di salon dengan memperbarui model rambutnya, kini ia menjejakkan kakinya untuk memasuki beberapa outlet pakaian yang ada di mall. Pandangannya langsung tertuju pada outlet underwear yang ada di sini. Tanpa basa-basi, Cahya mengayunkan tungkai kakinya untuk memasuki outlet itu.

"Selamat siang Bunda, ada yang bisa saya bantu?"

Kedatangan Cahya disambut oleh salah satu karyawati yang bekerja di outlet ini. Dengan ramah, ia menawarkan bantuan untuk Cahya.

Cahya tersenyum simpul. "Saya ingin mencari lingerie Mbak. Apa ada rekomendasi?"

"Oh kebetulan sekali brand kami baru saja launching produk lingerie terbaru, Bunda. Lingerie dengan desain mewah karena terbuat dari bahan sutera. Kami bisa menjamin jika produk kami sangat lembut dan nyaman dipakai. Tunggu sebentar, saya ambilkan produknya ya Bun."

Cahya hanya mengangguk saja. Sesekali ia melirik jam di ponselnya. Masih ada satu jam lagi sampai jadwal sekolah anak-anak berakhir. Tak selang lama, karyawati itu kembali menghampiri Cahya.

"Nah, ini produk terbaru kami Bunda. Untuk warna yang kami tawarkan ada tiga macam. Merah maroon, soft pink dan juga lavender. Semua nampak cantik sekali."

Cahya memperhatikan dengan seksama produk ini. Memang terasa lembut dan tidak heran jika produk ini dibandrol dengan harga yang cukup mahal. Karena seperti pepatah bahwa ada harga ada rupa.

"Saya ambil ketiganya ya Mbak," ujar Cahya tanpa pikir dua kali.

Karyawati itu sedikit terkejut. "Serius Bun?"

"Iya Mbak. Tolong langsung dibungkus saja ya. Ini saya terburu-buru karena akan menjemput anak-anak di sekolah."

Karyawati itu mengangguk senang. "Baik Bunda, saya bungkuskan. Untuk pembayaran langsung di kasir ya Bun."

"Baik Mbak."

Cahya berjalan ke arah kasir dengan senyum lebar yang merekah di bibirnya. Ia sudah berangan-angan bagaimana bahagianya Awan jika melihatnya mengenakan lingerie ini. Cahya yakin, dengan model rambutnya yang baru dan dengan lingerie ini, Awan akan semakin terpesona. Mungkin saja juga akan mengingatkannya pada masa-masa pengantin baru di tujuh tahun yang lalu.

Aku harap kita bisa segera memperbaiki hubungan kita yang sedang menegang ini Mas.

****

Rembulan membulat penuh di kanvas langit menjelang subuh. Hiruk pikuk aktivitas dunia yang sebelumnya terdengar begitu gaduh kini seakan meluruh. Tergantikan dengan lantunan ayat-ayat Al-Quran dari dalam masjid yang terdengar menyentuh.

Cahya masih duduk bersimpuh menghadap kiblat dengan mukena warna putihnya. Wanita itu terlihat begitu khusyuk dalam dzikir dan juga doa-doanya. Menengadahkan kedua tangannya, memohon kekuatan dan kesabaran kepada sang pemilik alam semesta.

Tak selang lama terdengar suara adzan subuh berkumandang. Cahya mengakhiri doanya dan menghampiri Awan yang masih bergelung dengan mimpinya. Wanita itu bermaksud ingin membangunkan Awan untuk mengerjakan shalat subuh berjamaah.

"Mas .... Bangun yuk. Sudah adzan, ayo kita shalat berjamaah!"

Dengan penuh kelembutan, Cahya mencoba membangunkan Awan. Wanita itu duduk di tepian ranjang dan hanya bisa menatap punggung sang suami.

Tak ada respon ataupun jawaban sedikitpun dari Awan. Lelaki itu nampaknya begitu kelelahan dan didera oleh rasa kantuk yang teramat hebat karena baru di pukul satu dini hari lelaki itu sampai di rumah.

"Mas .... Ayo bangun. Kita shalat berjamaah!"

Cahya tidak kehabisan cara. Kali ini ia sedikit mengguncang tubuh Awan agar lelaki itu bisa merasakan kehadirannya. Tubuh Awan hanya sedikit memberikan respon dengan menggeliat.

"Apa sih? Aku masih ngantuk!"

"Ayo shalat subuh dulu Mas. Nanti keburu siang."

Awan kembali larut dalam tidurnya bahkan lelaki itu sampai mendengkur. Cahya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Mas .... Mas .... Mas ... Ayo bangun. Kita shalat berjamaah. Mas .... Mas .... Mas...!"

Kali ini Cahya sedikit lebih keras dalam mengguncang tubuh Awan. Ia sungguh tidak ingin jika sampai terlambat mengerjakan shalat subuh.

"Cerewet sekali sih kamu! Aku ini masih mengantuk. Kamu tahu kan baru pukul satu tadi aku pulang?"

Awan tiba-tiba bangun dari tidurnya. Ia terduduk di atas ranjang. Meskipun matanya masih sedikit terpejam namun lelaki itu bisa berteriak lantang.

"Tapi ini sudah masuk waktu shalat subuh Mas. Ayo kita shalat terlebih dahulu. Setelah itu kamu bisa tidur lagi!" ucap Cahya memberikan pengertian dan bernegosiasi.

"Aaaarrggghhh .... Mau shalat mau tidak, itu semua urusanku. Lagipula untuk apa shalat? Aku sudah kaya dan sukses jadi tidak perlu shalat lagi!"

Tanpa menunggu waktu lama, Awan bangkit dari posisinya. Ia melenggang pergi untuk keluar dari kamar ini. Meninggalkan Cahya yang masih terpaku dan membeku karena sikap suaminya ini.

"Astaghfirullahalazim .... Mengapa mas Awan juga berubah tidak mau mengerjakan shalat? Ini sebenarnya ada apa ya Allah..."

Hati wanita itu semakin berdenyut nyeri. Rasa sakit hati ketika Awan mulai bersikap kasar kepadanya sungguh tidak sebanding pada saat melihat kenyataan bahwa Awan mulai melupakan Rabb-nya. Hanya ada kristal-kristal bening yang berjatuhan di pipi yang menemani Cahya larut dalam beban batinnya sendiri.

.

.

.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ

awal kehancuran mu akan segera di mulai dan jd persiapkan diri mu biar gk gila nanti.nya

2023-02-18

1

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

☠novi¹Kᵝ⃟ᴸ

dasar gendeng tuh Awan. gak pantes ditiru

2023-02-05

0

Ahmad Affa

Ahmad Affa

wah wah wah awan awan..... ini baru permulaan tanda" kehancuran buat kamu dr othor 🙄 sama istri sudah berubah kini kamu mulai menjauh dari Robb mu hanya karna harta 😒 sungguh tak patut di contoh kamu wan

2023-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kacau
2 Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3 Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4 Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5 Bab 5. Seakan Menghindar
6 Bab 6. Masakan Apa Ini?
7 Bab 7. Semakin Keterlaluan
8 Bab 8. Rekan Bisnis
9 Bab 9. Berubah
10 Bab 10. Wanita Kemarin
11 Bab 11. Lupa Akan Janji
12 Bab 12. Kamuflase
13 Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14 Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15 Bab 15. Kembali Romantis
16 Bab 16. Semakin Dalam
17 Bab 17. Uang Perusahaan
18 Bab 18. Pulang Larut
19 Bab 19. Gelisah
20 Bab 20. Mogok
21 Bab 21. Semakin Gila
22 Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23 Bab 23. Deal
24 Bab 24. Licik
25 Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26 Bab 26. Ingin Segera Kembali
27 Bab 27. Dering Ponsel
28 Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29 Bab 29. Kotak Merah
30 Bab 30. Terkejut
31 Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32 Bab 32. Tersinggung
33 Bab 33. Aroma Parfum
34 Bab 34. Semakin Curiga
35 Bab 35. Sebuah Informasi
36 Bab 36. Mulai Meragu
37 Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38 Bab 38. Membongkar
39 Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40 Bab 40. Permintaan
41 Bab 41. Berpura-Pura
42 Bab 42. Bertemu Pengacara
43 Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44 Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45 Bab 45. Teror
46 Bab 46. Teror Selanjutnya
47 Bab 47. Mengadu
48 Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49 Bab 49. Kepergok
50 Bab 50. Shock Terapi
51 Bab 51. Terhenyak
52 Bab 52. Pingsan
53 Bab 53. Headline di Portal Berita
54 Bab 54. Rencana Terakhir
55 Bab 55. Sebuah Ancaman
56 Bab 56. Dibuat Pusing
57 Bab 57. Semakin Ngelunjak
58 Bab 58. Selembar Undangan
59 Bab 59. Ready???
60 Bab 60. Show Time
61 Bab 61. Di Bawah Air Langit
62 Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63 Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64 Bab 64. Titah (Flashback)
65 Bab 65. Sumpah
66 Bab 66. Bangkit
67 Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68 Bab 68. Sebuah Keputusan
69 Bab 69. Di Luar Dugaan
70 Bab 70. Bertandang
71 Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72 Bab 72. Ketok Palu
73 Bab 73. Hamil Duluan
74 Bab 74. Remuk Bosss...
75 Bab 75. Sisa Kenangan
76 Bab 76. Pulang
77 Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78 Bab 78. Sabotase
79 Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80 Bab 80. Hasutan Istri Baru
81 Bab 81. Dibuang
82 Bab 82. Malati
83 Bab 83. Demonstrasi
84 Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85 Bab 85. Lembar Baru
86 Bab 86. Mensyukuri
87 Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88 Bab 88. Digadaikan?
89 Bab 89. Pertemuan Kembali
90 Bab 90. Antarkan Papa!
91 Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92 Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93 Bab 93. Teman Lama
94 Bab 94. Janda Baru
95 Bab 95. Kesal
96 Bab 96. Risau
97 Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98 Bab 98. Menawarkan Diri
99 Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100 Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101 Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102 Bab 103. Sedikit Kusam
103 Bab 103. Opening Resto
104 Bab 104. Menjelang Akad
105 Bab 105. Mengharu Biru
106 Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107 Bab 107. Upaya yang Gagal
108 Bab 108. Resepsi
109 Bab 109. Bahagia
110 Bab 110. Shock
111 Bab 111. Iri dan Dengki
112 Bab 112. Komplain
113 Bab 113. Muak
114 Bab 114. Frustrasi
115 Bab 115. Temani Aku!
116 Bab 116. Jijik
117 Bab 117. Menceraikan
118 Bab 118. Siapakah yang Datang?
119 Bab 119. Negosiasi
120 Bab 120. Angkat Kaki
121 Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122 Bab 122. Serabi Lempit
123 Bab 123. Razia Satpol PP
124 Bab 124. Selamat Tinggal
125 Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126 Bab 126. Viral
127 Bab 127. Hancur Sudah
128 Bab 128. Pulang Kampung
129 Bab 129. Akhir Hidup Mega
130 Bab 130. Permintaan Terakhir?
131 Bab 131. Titik Terang
132 Bab 132. Kritis
133 Bab 133. Pintu Maaf
134 Bab 134. Blangsak
135 Bab 135. Pemilik Perusahaan
136 Bab 136. Kecelakaan
137 Bab 137. Tidak Sudi
138 Bab 138. Memaafkan
139 Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1. Kacau
2
Bab 2. Tak Mau Diremehkan
3
Bab 3. Hanya Aku dan Anak-Anak
4
Bab 4. Sekilas Tentang Masa Lalu
5
Bab 5. Seakan Menghindar
6
Bab 6. Masakan Apa Ini?
7
Bab 7. Semakin Keterlaluan
8
Bab 8. Rekan Bisnis
9
Bab 9. Berubah
10
Bab 10. Wanita Kemarin
11
Bab 11. Lupa Akan Janji
12
Bab 12. Kamuflase
13
Bab 13. Tak Sengaja Bertemu
14
Bab 14. Kesempatan dalam Kesempitan
15
Bab 15. Kembali Romantis
16
Bab 16. Semakin Dalam
17
Bab 17. Uang Perusahaan
18
Bab 18. Pulang Larut
19
Bab 19. Gelisah
20
Bab 20. Mogok
21
Bab 21. Semakin Gila
22
Bab 22. PT Langit Biru Sejahtera
23
Bab 23. Deal
24
Bab 24. Licik
25
Bab 25. Mega dan Kehidupannya
26
Bab 26. Ingin Segera Kembali
27
Bab 27. Dering Ponsel
28
Bab 28. Membujuk Agar Tidak Merajuk
29
Bab 29. Kotak Merah
30
Bab 30. Terkejut
31
Bab 31. Tak Sengaja Bertemu
32
Bab 32. Tersinggung
33
Bab 33. Aroma Parfum
34
Bab 34. Semakin Curiga
35
Bab 35. Sebuah Informasi
36
Bab 36. Mulai Meragu
37
Bab 37. Kebahagiaan Sederhana
38
Bab 38. Membongkar
39
Bab 39. Sebuah Langkah Awal
40
Bab 40. Permintaan
41
Bab 41. Berpura-Pura
42
Bab 42. Bertemu Pengacara
43
Bab 43. Mengumpulkan Bukti-Bukti
44
Bab 44. Adegan yang Mencengangkan
45
Bab 45. Teror
46
Bab 46. Teror Selanjutnya
47
Bab 47. Mengadu
48
Bab 48. Bertandang ke Kantor Awan
49
Bab 49. Kepergok
50
Bab 50. Shock Terapi
51
Bab 51. Terhenyak
52
Bab 52. Pingsan
53
Bab 53. Headline di Portal Berita
54
Bab 54. Rencana Terakhir
55
Bab 55. Sebuah Ancaman
56
Bab 56. Dibuat Pusing
57
Bab 57. Semakin Ngelunjak
58
Bab 58. Selembar Undangan
59
Bab 59. Ready???
60
Bab 60. Show Time
61
Bab 61. Di Bawah Air Langit
62
Bab 62. Sekilas Tentang Masa Lalu (flashback)
63
Bab 63. Melawan Restu (flashback)
64
Bab 64. Titah (Flashback)
65
Bab 65. Sumpah
66
Bab 66. Bangkit
67
Bab 67. Teringat Akan Satu Hal
68
Bab 68. Sebuah Keputusan
69
Bab 69. Di Luar Dugaan
70
Bab 70. Bertandang
71
Bab 71. Silakan Keluar Dari Rumah Ini!
72
Bab 72. Ketok Palu
73
Bab 73. Hamil Duluan
74
Bab 74. Remuk Bosss...
75
Bab 75. Sisa Kenangan
76
Bab 76. Pulang
77
Bab 77. Kembali Berkumpul Bahagia
78
Bab 78. Sabotase
79
Bab 79. Jeritan Hati Ibu Mertua
80
Bab 80. Hasutan Istri Baru
81
Bab 81. Dibuang
82
Bab 82. Malati
83
Bab 83. Demonstrasi
84
Bab 84. Di Ambang Kehancuran
85
Bab 85. Lembar Baru
86
Bab 86. Mensyukuri
87
Bab 87. Pusing Tujuh Keliling
88
Bab 88. Digadaikan?
89
Bab 89. Pertemuan Kembali
90
Bab 90. Antarkan Papa!
91
Bab 91. Ketika Semesta Mempertemukan
92
Bab 92. Jodoh Yang Tertunda
93
Bab 93. Teman Lama
94
Bab 94. Janda Baru
95
Bab 95. Kesal
96
Bab 96. Risau
97
Bab 97. Ketika Pelakor Bertemu dengan Calon Pelakor
98
Bab 98. Menawarkan Diri
99
Bab 99. Kopi yang Membuat Lupa Istri
100
Bab 100. Niat Baik Para Tetangga
101
Bab 101. Pisang Pembuka Pintu Derita
102
Bab 103. Sedikit Kusam
103
Bab 103. Opening Resto
104
Bab 104. Menjelang Akad
105
Bab 105. Mengharu Biru
106
Bab 106. Pernikahan Ke - Dua
107
Bab 107. Upaya yang Gagal
108
Bab 108. Resepsi
109
Bab 109. Bahagia
110
Bab 110. Shock
111
Bab 111. Iri dan Dengki
112
Bab 112. Komplain
113
Bab 113. Muak
114
Bab 114. Frustrasi
115
Bab 115. Temani Aku!
116
Bab 116. Jijik
117
Bab 117. Menceraikan
118
Bab 118. Siapakah yang Datang?
119
Bab 119. Negosiasi
120
Bab 120. Angkat Kaki
121
Bab 121. Masuk ke Dalam Perangkap
122
Bab 122. Serabi Lempit
123
Bab 123. Razia Satpol PP
124
Bab 124. Selamat Tinggal
125
Bab 125. Sosok di Belakang Mentari
126
Bab 126. Viral
127
Bab 127. Hancur Sudah
128
Bab 128. Pulang Kampung
129
Bab 129. Akhir Hidup Mega
130
Bab 130. Permintaan Terakhir?
131
Bab 131. Titik Terang
132
Bab 132. Kritis
133
Bab 133. Pintu Maaf
134
Bab 134. Blangsak
135
Bab 135. Pemilik Perusahaan
136
Bab 136. Kecelakaan
137
Bab 137. Tidak Sudi
138
Bab 138. Memaafkan
139
Bab 139. Akhir Kisah Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!