Bab 19

Karena terlalu banyak pikiran, Bern akhirnya demam tinggi. Beruntunglah dia karena tadi Andreas singgah ke apartemen. Jika tidak, malam ini dia pasti akan kembali sendirian menahan sakit.

"Mau di bawa ke rumah sakit saja atau bagaimana? Tubuhnya Bern benar-benar sangat lemah sekarang," ucap Russel seusai memeriksa Bern. Dia lalu mengatur air infus yang baru saja dia pasang.

Panik melihat tubuh Bern yang tiba-tiba menggigil, tanpa pikir panjang Andreas langsung menghubungi Russel dan memintanya datang ke apartemen. Dia takut terjadi sesuatu pada sepupunya, jadi sekalian meminta Russel untuk membawa alat-alat medisnya. Dan benar saja. Setelah di periksa ternyata tekanan darah di tubuh Bern sangat rendah. Sepertinya pria ini benar-benar sangat menderita karena Amora. Hmmm.

"Aku tidak berani mengambil keputusan, Russ. Kau tahu sendiri bukan kalau Bern tak mau berhubungan dulu dengan keluarganya?" sahut Andreas sembari memijit pinggiran kepalanya.

"Iya aku tahu. Tapi ini kan ini demi keselamatannya juga, Yas. Paman Gabrielle dan Bibi Elea bisa menyalahkan kita berdua kalau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada Bern!" ucap Russel mencoba meyakinkan Andreas kalau Bern benar-benar butuh perawatan yang jauh lebih baik lagi. Russel adalah seorang dokter, jelas dia tahu seperti apa kondisi orang yang sedang di tanganinya.

"Kalau begitu apa kau mau menanggung kebencian dari Bern? Mau kau tanggung jawab jika dia sampai mengamuk?"

Russel diam seribu bahasa. Benar juga. Beruang kutub inikan kelewat keras kepala, dia bisa jadi abu kalau berani menyinggungnya. Apalagi sekarang kondisi mentalnya tidak sedang baik-baik saja. Cari mati namanya kalau Russel tetap bersikekeh membawanya pergi ke rumah sakit. Hmmm.

"Aku sungguh tak mengira kalau rasa cintanya Bern pada Amora bisa sampai sedalam ini. Pantaslah dia begitu kecewa setelah tahu perbuatan Karl!" ucap Andreas sambil memandangi wajah Bern yang cukup pucat. Dia lalu menghela nafas, iba. "Tadi saat aku datang kemari, Bern muncul dengan keadaan menangis dan kaki berdarah. Di depan kedua mataku, Bern sama sekali tak ragu menunjukkan sisi terlemahnya. Dia terisak, merapat, bahkan mengeluh betapa dia tidak sanggup kehilangan Amora. Mungkin jika Bern yang kukenal dulu bukan sosok dingin yang irit bicara, aku pasti tidak akan seterkejut ini. Tapi Bern yang tadi aku lihat sangatlah berbeda jauh dengan Bern yang kita kenal. Itu sangat memilukan, Russ. Aku tidak bohong!"

Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Russel setelah dia mendengar cerita Andreas. Sebagai sesama pria, sedikit banyak Russel bisa memahami penderitaan yang sedang di tanggung oleh Bern. Karena secara tidak langsung dia juga pernah merasakannya selama bertahun-tahun, hanya saja cara mereka terluka tidak sama. Meski begitu Russel tetap menganggap penderitaan Bern sebagai sesuatu yang wajar. Bukankah pria juga di izinkan untuk menangis? Kaum pria juga masih manusia yang bisa merasakan sakit jika terluka. Jangan lupa itu.

Aku perlu memberitahu Russel tidak ya tentang wanita yang mirip dengan Amora? Ah, sebaiknya jangan dulu. Russel cukup dekat dengan Flowrence dan Bibi Elea, Bern bisa murka jika mereka sampai ikut campur dalam hal ini. Lebih baik aku tidak memberitahunya saja demi keamanan bersama.

"Amora ....

Bern mengingau. Bibir pucatnya bergerak pelan menyebut nama Amora. Russel dan Andreas yang melihat hal itupun hanya bisa diam sambil menghela nafas. Bahkan dalam sakit pun nama wanita itu masih tersebut dari mulut pria ini. Sebegitu berartikah sosok Amora di hidup Bern?

"Amora, sayang ....

Tak tahan melihat keadaan Bern, Andreas memutuskan untuk keluar dari kamar. Dia butuh ruang yang luas supaya bisa menghirup udara sebanyak mungkin. Dadanya sesak.

"Bern, tenangkanlah dirimu. Amora sudah tenang di surga, jangan terus menyebutnya. Nanti dia sedih," bisik Russel di samping telinga Bern. Dia tak tega mendengarnya yang terus menggumam menyebut nama gadis itu.

Berharap kalau bisikan itu bisa membantu membuat Bern menjadi jauh lebih tenang, nyatanya yang terjadi malah sebaliknya. Alih-alih tertidur, Bern malah berontak kuat hingga membuat jarum infus terlepas dari tangannya. Hal ini terjadi dalam kondisi mata Bern yang terpejam, artinya alam bawah sadar Bern menolak akan apa yang tadi Russel bisikkan.

Sebegini dalamnya Bern menolak kematian Amora? Ya Tuhan, kasihan sekali dia. Bahkan alam bawah sadarnya pun tak mau menerima kenyataan ini. Benar-benar sangat kasihan. Kau sangat kasihan, Bern.

Karena Bern tak henti berontak, terpaksa Russel berteriak memanggil Andreas. Dia meminta Andreas memegangi tubuh Bern saat akan menyuntikkan obat tidur dan juga memasang kembali jarum infus yang terlepas. Setelah itu Russel ikut memegangi kakinya Bern yang tak henti menendang ke sana kemari.

"Russel, apa yang terjadi? Bukannya tadi Bern tidak seperti ini ya?" tanya Andreas sedikit kewalahan memegangi tubuh Bern yang terus bergerak. Dia lalu menatap tajam ke arah Russel yang tak kunjung menjawab. "Kau jangan macam-macam, Russel. Bern tidak sedang dalam kondisi bisa dipermainkan. Tahu!"

"Kau pikir aku segila itu sampai harus mempermainkannya apa?" sahut Russel jengkel. "Tadi aku memang membisikkan sesuatu saat Bern tak henti mengigau. Aku memintanya untuk berhenti menyebut nama Amora karena sekarang dia sudah tenang di surga. Tujuan aku melakukan hal itu adalah untuk membuatnya merasa tenang. Tapi siapa yang akan mengira kalau Bern malah berontak seperti ini. Aku doker, setiap tindakan yang kulakukan pada pasienku sudah kupelajari sebelumnya. Jadi kau jangan sembarangan menuduh!"

Andreas mengumpat kasar. Dia sadar telah salah bicara. Tak mau ada salah paham antara dia dengan Russel, Andreas mengalah dengan cara meminta maaf padanya. Meski kesal, Russel pun memaafkan Andreas. Mereka sama-sama sadar telah terpancing emosi karena panik melihat keadaan Bern yang seperti ini. Mereka khawatir.

Setelah hampir lima menit berjuang memeras tenaga, secara perlahan kondisi Bern berangsur-angsur tenang. Russel yang melihatnya pun segera memeriksa detak jantung dan juga tekanan darahnya. Sedangkan Andreas, dia jatuh terduduk di lantai sambil mengusap wajahnya.

"Aku tidak percaya akan melihat hal semenyedihkan ini, Russel. Bern, sepupu kita, menjadi lemah dan tidak berdaya karena cintanya yang terlalu dalam pada seorang wanita. Di satu sisi aku senang karena dia mempunyai kesetiaan yang begitu tinggi, tapi di sisi lain aku sakit melihatnya yang dulu begitu kokoh kini bak roti yang mudah hancur. Apa kau juga berpikir hal yang sama sepertiku?" tanya Andreas.

"Kau tahu jelas seperti apa jawabanku," jawab Russel singkat. "Yas, kalau kau lelah sebaiknya kau pulang saja. Bern biar aku yang menjaganya sampai dia sadar."

"Tidak mau!" tegas Andreas menolak. "Selama bertahun-tahun dia sudah menderita sendirian di luar negeri sana. Tapi kali ini aku tidak akan membiarkannya menderita sendirian lagi. Aku akan menginap!"

"Baguslah. Malam ini kita menginap bersama!"

"Baiklah."

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

aku bangga melihat prsaysaraan mereka yg saling mendukung n menyemangati satu sama lain semoga sellu brsatu ya.

2023-06-04

0

Chesta Haydar

Chesta Haydar

begitu sakitnya bernama kehilangan amora yg bc ikut sesek.

2023-06-04

0

linamaulina18

linamaulina18

kesetiaan keluarga ma pada pasangannya d Ancungi jempol👍👍👍👏👏

2023-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!