Bab 10

Tubuh Bern langsung luruh ke lantai begitu dia masuk ke dalam apartemen. Getaran yang sejak tadi sudah tertahan kini perlahan-lahan mulai membuatnya terisak tanpa suara. Pertemuannya dengan Renata membuat pertahanan Bern runtuh. Hatinya goyah.

"Amora, bagaimana ini. A-aku, Renata ... dia, dia sangat mirip denganmu. Bagaimana ini, sayang? Pikiranku goyah, aku mau dia sebagai dirimu. Apa yang harus aku lakukan?" ucap Bern risau. Dengan tangan gemetaran dia segera mengeluarkan ponsel dari saku celana. Setelah itu Bern memandangi wajah cantik Amora yang sedang tersenyum. Mirip. Mata, hidung, bibir, bahkan daun telinga Renata benar-benar sangat mirip dengan foto ini. Hal tersebut membuat mata Bern kian sembab. Dia tersiksa oleh rasa menekan yang membuat dadanya serasa di himpit batu besar. "Sayang, tolong beritahu aku apa benar Renata itu dirimu atau bukan. Jika bukan, aku berjanji tidak akan pernah lagi menemuinya ataupun mencari tahu tentangnya. Tolong aku," ....

Tok tok tok

"Bern, apa kau sudah pulang?"

Suara seseorang menyadarkan Bern yang sedang terhanyut dalam tangis. Namun, dia tak bergeming. Bern kesakitan, dia ingin sendirian.

"Bern, buka pintunya. Aku tahu kau ada di dalam. Jangan bersembunyi lagi kau!"

Suara itu kembali terdengar. Dan kali ini nadanya jauh lebih tinggi dari yang tadi. Namun, Bern masih tak kunjung bergeming. Matanya fokus menatap foto Amora, sedang pikirannya melayang pada Renata. Ah, dia bisa gila. Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan dua orang wanita dengan bentuk yang sama persis? Sekalipun kembar, harusnya ada perbedaan di antara mereka. Tapi ini? Amora dan Renata hanya berbeda nama saja. Juga dengan kulit tangan mereka yang tak sama. Bern masih ingat jelas kalau tangan Amora ada banyak sekali bekas luka, sedang tangan Renata sangat mulus tanpa cacat. Walaupun kedua bukti ini cukup meyakinkan, tapi itu tak membuat Bern mau menerima begitu saja. Entah darimana datangnya dia seperti mendapat keyakinan kalau Renata adalah Amora, kekasihnya yang telah di anggap meninggal oleh semua orang.

"Baiklah. Kalau kau masih tak mau membuka pintu apartemenmu, maka jangan salahkan aku kalau mendobraknya!"

Braaakkk

Tubuh Bern tersentak. Seketika tangisnya terhenti saat orang itu dengan gilanya membuat gaduh. Merasa terganggu, Bern segera menyeka air mata di wajahnya kemudian berdiri. Untuk beberapa saat dia menyempatkan diri untuk menatap foto Amora sebelum akhirnya membuka pintu.

Ceklek

"Apa maumu?" Dingin Bern bertanya. Di tatapnya lekat-lekat wajah pria yang sedang tersenyum tanpa dosa di hadapannya.

"Hehehe, galak sekali. Siapa suruh kau lambat membuka pintu!" sahut Cio dengan entengnya. Dia lalu bersedekap tangan. "Ada apa, Bung. Matamu sembab. Kau menangiskah?"

"Bukan urusanmu!"

"Ck, jangan begitulah. Relaks."

Tanpa menunggu di izinkan untuk masuk, Cio dengan songongnya melenggang melewati Bern. Di hadapan beruang kutub itu dia memang memasang sikap konyol dan tidak masuk akal. Akan tetapi begitu mereka saling membelakangi, tiba-tiba saja ekpresi di wajah Cio berubah.

"Aku sudah beberapa bulan terakhir ini terus memperhatikan wanita dari keluarga Goh itu. Kau tidak salah jika menganggapnya sebagai Amora, karena akupun demikian. Dan ya, kedatanganku kemari adalah untuk membicarakan masalah ini setelah tadi aku sempat melihat kalian berdua di mall!" ucap Cio. "Bern, kita adalah saudara. Kalau kau merasa sungkan untuk membagi kesedihanmu pada yang lain, jangan ragu untuk datang padaku. Aku mungkin bajingan, tapi aku bukan seseorang yang akan diam saja melihat saudaraku ada yang menderita. Jadi ceritalah. Mari kita cari jalan keluar untuk masalah ini!"

Begitu Cio selesai bicara, Bern langsung berbalik kemudian menarik tangannya kasar. Matanya berkilat merah, marah dan juga syok.

"Kau bilang apa? Kau mengawasinya?"

Cio mengangguk. Dia santai saja di perlakukan seperti itu oleh Bern. Ayolah, Cio adalah anaknya Patricia dan Junio. Jadi mana mungkin dia gentar hanya karena gertakan kecil seperti ini. Apalagi dia tahu kalau kata-katanya barusan telah mengena di hatinya Bern. Jadi ya sudah. Mungkin ini adalah bentuk reaksi kekagetan Bern setelah mengetahui kalau selama ini dia tahu tentang Renata.

"Jawab, k*parat!" maki Bern tak sabar.

"Apanya yang harus di jawab, Bern," sahut Cio santai.

"Kenapa, hah? Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal soal Renata? Kenapa?!"

"Karena kau menutup komunikasi dengan semua orang! Sadar Bung, sadar. Bagaimana caraku memberitahukan hal ini kalau kau saja tak tahu hilang entah kemana. Sebenarnya bukan hal yang sulit untukku bisa menemukan keberadaanmu, tapi tidak aku lakukan karena aku tahu kau sedang terluka. Lalu kebetulan tadi aku melihatmu sedang bersama Renata. Ya sudah, aku datang saja kemari!"

Bern tergugu. Amarah yang tadi menyelimuti dirinya perlahan mulai mereda. Dengan raut wajah yang tidak berdaya, dia memberitahu Cio kalau hatinya goyah.

"Aku harus bagaimana. Hatiku goyah, aku kalah dengan kemiripan di diri Renata. Tapi ... dia sudah menikah. Aku bahkan menggendong anaknya!"

"Jangan berasumsi dulu sebelum kau mengetahui kebenarannya!" sahut Cio. Ingin rasanya dia tertawa melihat beruang kutub ini begitu sedih. "Dari yang aku tahu, anaknya Tuan Max ini melahirkan anak tanpa mempunyai suami."

"A-apa?"

"Ya. Renata melahirkan seorang anak di luar pernikahan. Dan sampai sekarang tidak ada yang tahu siapa ayah dari bocah itu!" ucap Cio sembari memasang seringai usil. Pandangannya kemudian tertuju ke arah gundukan milik Bern. Dia lalu berucap. "Aku jadi curiga jangan-jangan kau adalah pria yang telah menyumbang benih di rahim Renata. Benar tidak?"

"Omong kosong!"

Cio terkekeh. Dia menepuk bahu Bern kuat-kuat lalu menajamkan tatapannya. "Bung, kita ini berada di lingkaran keluarga yang bisa dengan mudah mengetahui segalanya. Daripada kau mati penasaran, aku sarankan sebaiknya lakukan tes DNA saja. Kau tangani kecocokan gen dengan bocah itu, lalu aku akan menangani Renata. Selama ini aku hanya memantau dari jauh karena khawatir Renata akan jatuh cinta padaku. Tapi karena sekarang kau sudah pulang, maka marilah kita bekerja sama. Namun dengan satu syarat!"

"A-apa?"

"Bekerjalah padaku. Aku dendam sekali melihat Karl yang semakin meroket tinggi dengan bisnisnya. Jadi kalau kau ada di pihakku, aku bisa mengalahkan pesona bajingan itu di mata para wanita. Aku merasa ternoda Bern setiap kali mendengar para p*lacur itu membangga-banggakan Karl. Jadi kalau kau mau masalah ini cepat selesai, maka kau harus bersedia membantuku. Bagaimana?"

"Enyah kau dari hadapanku!"

Sudah tahu orang sedang serius, begundal ini malah sibuk membahas tentang wanita. Bern sungguh tak habis pikir dengan kelakuan Cio. Sejak dulu wanita wanita saja yang dia pikirkan. Heran.

"Ck!" Cio berdecak. "Seminggu. Aku akan dapatkan semua informasi tentang Renata dalam waktu satu minggu!"

"Kau pikir aku tidak bisa melakukannya sendiri?"

"Kau terhalang restu Amora. Dan tadi aku yakin kau menangis karena merasa berdosa telah terpesona pada Renata. Iya, kan?"

Bajingan ini benar-benar brengsek!

"Nah, kau diam. Itu artinya kau setuju dengan kerjasama kita!" ucap Cio kegirangan.

"Kalau hasilnya tidak sesuai harapan bagaimana?" Bern resah. Di satu sisi dia ingin mengenal Renata lebih jauh, tapi di sisi lain dia takut menyakiti Amora. "Aku hanya mencintai Amora, Cio. Aku benar-benar hanya menginginkan dia di hidupku!"

"Ada tidak adanya Amora hidup akan terus berjalan, Bern. Kau harus sadar itu!" jawab Cio dengan tegas. Kali ini dia serius. Sungguh.

"Jadi?"

"Seminggu. Aku akan datang dengan semua informasi itu. Oke?"

"Oke."

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

iya kmu gak salah bern dia amora percaya dgn hati keciomu bern.

2023-06-03

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Yaaa namanya bibit dr Junio pasti di otaknya wanita, wanita dan wanita..Jd g ush heran lg Bern...

2023-04-05

1

linamaulina18

linamaulina18

cio nh anknya Junio y sama cia

2023-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!