Bab 18

Di kediaman keluarga Goh, terlihat Renata yang sedang melamun sendirian di ruang tengah. Setelah menidurkan Justin, Renata memutuskan untuk keluar dari kamar. Hatinya begitu gelisah, entah karena apa. Ada semacam rasa perih yang begitu mengiris hati. Aneh. Selama beberapa tahun ini tak sekalipun Renata pernah merasa demikian. Namun setelah bertemu dengan Bern, mendadak Renata jadi sering merasakan perasaan seperti ini.

"Astaga, kenapa aku jadi memikirkan Bern sih. Dia itukan hanya orang asing yang tak sengaja bertemu denganku. Sadar Renata, sadar!" ucap Renata sambil menepuki pipinya sendiri. Dia lalu menghela nafas, tak paham dengan jalan pikirannya. "Aku sebenarnya kenapa. Sejak mengalami kecelakaan aku belum pernah merasa segelisah ini. Bahkan ketika Justin bertanya tentang ayahnya pun aku masih sanggup untuk tenang. Tapi kenapa sekarang tidak bisa? Hatiku perih tanpa sebab yang jelas."

Meski tahu itu bisa menyakiti dirinya sendiri, Renata mencoba mengingat-ingat tentang masa lalunya. Dia heran sekaligus bingung mengapa bisa tidak ada satu dokter pun yang mampu membuat ingatannya kembali seperti dulu. Padahal dari kasus-kasus yang Renata pernah baca, besar kemungkinan untuk seorang penderita amnesia bisa kembali mengingat kenangan yang hilang setelah rutin melakukan terapi. Tapi kenapa dirinya tidak?

Renata Goh, Renata Goh. Aku dulu tinggal di luar negeri bersama Ayah dan Ibu. Lalu aku mengambil jurusan bisnis saat kuliah di ....

"Akhhhkk! Kepalaku!"

Nandira yang kebetulan keluar dari dalam kamar langsung berlari menghampiri Renata begitu mendengar suara jeritannya. Dia lalu berteriak memanggil Max saat tubuh putrinya luruh ke lantai.

"Max, Renata jatuh. Cepat tolong aku!"

Suara teriakan Nandira begitu kuat hingga membangunkan seisi penghuni rumah. Selain Max yang lari tergopoh-gopoh dari dalam kamar, pada pelayan dan penjaga yang berjaga di luar rumah pun melakukan hal yang sama juga. Segera beberapa dari mereka mengangkat tubuh lemas Renata dan membaringkannya di sofa. Untunglah suara teriakan Nandira tidak membangunkan Justin. Kalau bocah itu sampai bangun pasti akan langsung menangis ketakutan melihat keadaan ibunya yang seperti ini.

"Sayang, kau kenapa? Apa yang terjadi sampai kau menjerit seperti tadi, hem?" tanya Nandira sembari menggenggam tangan Renata yang begitu dingin. Hatinya seperti di iris-iris melihat wajah putrinya yang begitu pucat.

"Bu, aku hanya sedang bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak mengerti kenapa aku tidak bisa mengingat masa laluku. Padahal ada banyak sekali orang yang bisa mendapatkan kembali ingatan mereka setelah melakukan terapi. Tapi kenapa aku tidak bisa? Aku bingung, Ibu," sahut Renata lirih memberitahu semua orang penyebab mengapa dia bisa seperti ini. Dengan tatapan mata yang begitu sendu, Renata kembali bicara tentang keanehan yang dia rasa. "Tadinya aku mencoba untuk baik-baik saja dengan keadaanku yang sekarang. Akan tetapi setelah bertemu dengan Bern, tiba-tiba saja aku sering merasa gelisah. Aku juga jadi sering merasa sedih tanpa ada sebab yang jelas. Makanya tadi aku mencoba mengingat apakah mungkin ada suatu janji penting yang tak sengaja aku lupakan apa bagaimana. Aku stress, Ibu."

Nandira menyimak dengan seksama penuturan Renata. Sedangkan Max, dia cukup kaget saat putrinya menyebut nama Bern. Setahu Max, Bern itu adalah anak dari pasangan Tuan Gabrielle dan juga Nyonya Eleanor. Lalu bagaimana bisa putrinya yang jarang sekali berkumpul dengan orang lain bisa mengenal pria dari keluarga itu? Ini membingungkan.

"Apa selain Bern yang menganggapmu mirip dengan kekasihnya dia ada mengatakan hal yang lain lagi, Ren? Mungkin semacam kebersamaan kalian atau tentang keadaan di luar negeri," tanya Nandira mencoba memastikan.

Renata menggeleng.

"Dia tidak mengatakan apapun selain wajah kami yang mirip. Dan hari ini aku bertemu dua kali dengannya," jawab Renata. "Pertama saat aku mengantarkan Justin ke sekolah. Saat akan pulang, Bern tiba-tiba muncul di sana. Dia bilang sedang ada keperluan dan tak sengaja melihatku sedang berbincang dengan gurunya Justin. Lalu yang kedua di toko bunga. Bern datang bersama seorang temannya. Dia mengaku tak tahu kalau toko bunga itu milikku, Bu. Dia juga bilang hanya menemani temannya membeli bunga untuk pacarnya!"

"Lalu?"

"Lalu ... aku dan dia saling diam sampai akhirnya teman Bern mengajaknya untuk pulang. Tadi suasananya terasa canggung sekali."

"Renata, Bern yang sedang kau bicarakan ini apakah Bern anaknya Tuan Gabrielle?" tanya Max penasaran.

"Iya, Ayah. Namanya Bern Wufien Ma," jawab Renata membenarkan.

"Hah? Tapi bagaimana bisa pria seperti Bern bisa tiba-tiba menyebutmu mirip dengan kekasihnya? Aneh sekali,"

"Aku juga tidak tahu, Ayah. Kan dia yang datang menemuiku, jadi hanya dia saja yang tahu apakah itu adalah benar adanya atau hanya sekedar alasan belaka."

Ekor mata Nandira melirik ke arah Max yang terus saja menggumam keheranan. Rasanya ingin sekali dia mengingatkan pria ini tentang satu keluarga yang adalah keluarga kandung Renata. Jika memang benar Bern mengira Renata adalah kekasihnya, Nandira yakin betul kalau orang yang di maksud oleh Bern adalah saudara kembar Renata. Entah siapa namanya Nandira tidak tahu. Tapi yang jelas dia akan tetap menyembunyikan fakta kalau Renata bukanlah anak kandungnya. Harus.

"Ren, sekarang sudah malam. Kau kembalilah istirahat di kamar. Dan Ibu minta mulai sekarang jangan lagi kau mengingat-ingat tentang masa lalu lagi. Ibu bukannya tidak ingin kau bisa kembali seperti dulu, tapi Ibu khawatir kau kenapa-napa, apalagi jika sampai jatuh sakit. Kasihan Justin. Dia hanya punya kau sebagai orangtuanya. Ya?" ucap Nandira seraya membelai pipi Renata. Dia tidak bisa jika Tuan Kendra sampai mengambil Renata darinya. Nandira tak mau itu.

"Ibumu benar, Ren. Lebih baik kau fokus membesarkan Justin saja daripada mengingat-ingat sesuatu yang hanya membuatmu sakit. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu, sayang. Oke?" imbuh Max ikut memberi saran pada putrinya.

"Baik Ayah, Ibu. Maaf sudah membuat kalian semua merasa khawatir. Aku tak sengaja melakukannya," sahut Renata enggan membantah. Dia kemudian bangun, tapi kepalanya seperti berputar-putar. Takut jatuh, segera Renata berpegangan pada lengan sang ibu.

"Biar Ibu bantu mengantarkanmu ke kamar ya," ucap Nandira cemas melihat Renata seperti sedang menahan sakit. "Lain kali kau jangan berani-berani lagi melakukan hal seperti ini ya, Ren. Biar saja ingatanmu tidak pulih, yang penting kau dan Justin sehat. Mengerti?"

Renata mengangguk. Dengan di bantu oleh ayah dan ibunya, Renata akhirnya kembali masuk ke dalam kamar. Dia dengan sangat hati-hati sekali berbaring di kasur, khawatir kalau-kalau gerak tubuhnya menganggu istirahat putranya.

"Sekarang tidur ya. Besok pagi tidak udah bangun terlalu pagi. Biar Ibu dan para pelayan saja yang menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk Justin. Oke?" bisik Nandira kemudian mencium kening Renata. Dia lalu membelai rambutnya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar.

"Jangan berpikir yang macam-macam. Cukup pikirkan bagaimana caranya agar kau dan Justin bisa selalu tertawa bahagia. Ayah menyayangimu, Nak. Good night," bisik Max.

"Good night to, Ayah. Terima kasih," sahut Renata sambil tersenyum kecut.

Sepeninggal ayah dan ibunya, Renata berusaha untuk memejamkan matanya. Tapi bayang-bayang aneh malah muncul di pikiran. Tak mau membuat orang lain khawatir, Renata akhirnya memutuskan untuk tidur sambil memeluk Justin. Dia berharap hal ini bisa membuatnya lebih cepat tertidur. Dan benar saja. Tak butuh waktu lama untuk Renata memejamkan mata setelah memeluk obat kebahagiaannya. Justin Goh, putranya yang sebentar lagi akan berulang tahun yang ke tiga.

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

ikatan cinta sungguh kuat sampai ke2nya merasakan sakit ya semoga mak mau nyembuhin sakitnya amora.

2023-06-04

0

Asih Ningsih

Asih Ningsih

sabar renata suatu saat kmu pasti sembuh klu bern mengajakmu jalan2 yg penuh momen.

2023-02-09

2

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

emg sengaja dituker kli amora am renta am org tua renta yg gk iklas kalau renata meninggal.jdi ditukar dan di beri obt biar ingatan ny gk kembali lagi,,

2023-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!