Di kediaman keluarga Goh, terlihat Renata yang sedang melamun sendirian di ruang tengah. Setelah menidurkan Justin, Renata memutuskan untuk keluar dari kamar. Hatinya begitu gelisah, entah karena apa. Ada semacam rasa perih yang begitu mengiris hati. Aneh. Selama beberapa tahun ini tak sekalipun Renata pernah merasa demikian. Namun setelah bertemu dengan Bern, mendadak Renata jadi sering merasakan perasaan seperti ini.
"Astaga, kenapa aku jadi memikirkan Bern sih. Dia itukan hanya orang asing yang tak sengaja bertemu denganku. Sadar Renata, sadar!" ucap Renata sambil menepuki pipinya sendiri. Dia lalu menghela nafas, tak paham dengan jalan pikirannya. "Aku sebenarnya kenapa. Sejak mengalami kecelakaan aku belum pernah merasa segelisah ini. Bahkan ketika Justin bertanya tentang ayahnya pun aku masih sanggup untuk tenang. Tapi kenapa sekarang tidak bisa? Hatiku perih tanpa sebab yang jelas."
Meski tahu itu bisa menyakiti dirinya sendiri, Renata mencoba mengingat-ingat tentang masa lalunya. Dia heran sekaligus bingung mengapa bisa tidak ada satu dokter pun yang mampu membuat ingatannya kembali seperti dulu. Padahal dari kasus-kasus yang Renata pernah baca, besar kemungkinan untuk seorang penderita amnesia bisa kembali mengingat kenangan yang hilang setelah rutin melakukan terapi. Tapi kenapa dirinya tidak?
Renata Goh, Renata Goh. Aku dulu tinggal di luar negeri bersama Ayah dan Ibu. Lalu aku mengambil jurusan bisnis saat kuliah di ....
"Akhhhkk! Kepalaku!"
Nandira yang kebetulan keluar dari dalam kamar langsung berlari menghampiri Renata begitu mendengar suara jeritannya. Dia lalu berteriak memanggil Max saat tubuh putrinya luruh ke lantai.
"Max, Renata jatuh. Cepat tolong aku!"
Suara teriakan Nandira begitu kuat hingga membangunkan seisi penghuni rumah. Selain Max yang lari tergopoh-gopoh dari dalam kamar, pada pelayan dan penjaga yang berjaga di luar rumah pun melakukan hal yang sama juga. Segera beberapa dari mereka mengangkat tubuh lemas Renata dan membaringkannya di sofa. Untunglah suara teriakan Nandira tidak membangunkan Justin. Kalau bocah itu sampai bangun pasti akan langsung menangis ketakutan melihat keadaan ibunya yang seperti ini.
"Sayang, kau kenapa? Apa yang terjadi sampai kau menjerit seperti tadi, hem?" tanya Nandira sembari menggenggam tangan Renata yang begitu dingin. Hatinya seperti di iris-iris melihat wajah putrinya yang begitu pucat.
"Bu, aku hanya sedang bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak mengerti kenapa aku tidak bisa mengingat masa laluku. Padahal ada banyak sekali orang yang bisa mendapatkan kembali ingatan mereka setelah melakukan terapi. Tapi kenapa aku tidak bisa? Aku bingung, Ibu," sahut Renata lirih memberitahu semua orang penyebab mengapa dia bisa seperti ini. Dengan tatapan mata yang begitu sendu, Renata kembali bicara tentang keanehan yang dia rasa. "Tadinya aku mencoba untuk baik-baik saja dengan keadaanku yang sekarang. Akan tetapi setelah bertemu dengan Bern, tiba-tiba saja aku sering merasa gelisah. Aku juga jadi sering merasa sedih tanpa ada sebab yang jelas. Makanya tadi aku mencoba mengingat apakah mungkin ada suatu janji penting yang tak sengaja aku lupakan apa bagaimana. Aku stress, Ibu."
Nandira menyimak dengan seksama penuturan Renata. Sedangkan Max, dia cukup kaget saat putrinya menyebut nama Bern. Setahu Max, Bern itu adalah anak dari pasangan Tuan Gabrielle dan juga Nyonya Eleanor. Lalu bagaimana bisa putrinya yang jarang sekali berkumpul dengan orang lain bisa mengenal pria dari keluarga itu? Ini membingungkan.
"Apa selain Bern yang menganggapmu mirip dengan kekasihnya dia ada mengatakan hal yang lain lagi, Ren? Mungkin semacam kebersamaan kalian atau tentang keadaan di luar negeri," tanya Nandira mencoba memastikan.
Renata menggeleng.
"Dia tidak mengatakan apapun selain wajah kami yang mirip. Dan hari ini aku bertemu dua kali dengannya," jawab Renata. "Pertama saat aku mengantarkan Justin ke sekolah. Saat akan pulang, Bern tiba-tiba muncul di sana. Dia bilang sedang ada keperluan dan tak sengaja melihatku sedang berbincang dengan gurunya Justin. Lalu yang kedua di toko bunga. Bern datang bersama seorang temannya. Dia mengaku tak tahu kalau toko bunga itu milikku, Bu. Dia juga bilang hanya menemani temannya membeli bunga untuk pacarnya!"
"Lalu?"
"Lalu ... aku dan dia saling diam sampai akhirnya teman Bern mengajaknya untuk pulang. Tadi suasananya terasa canggung sekali."
"Renata, Bern yang sedang kau bicarakan ini apakah Bern anaknya Tuan Gabrielle?" tanya Max penasaran.
"Iya, Ayah. Namanya Bern Wufien Ma," jawab Renata membenarkan.
"Hah? Tapi bagaimana bisa pria seperti Bern bisa tiba-tiba menyebutmu mirip dengan kekasihnya? Aneh sekali,"
"Aku juga tidak tahu, Ayah. Kan dia yang datang menemuiku, jadi hanya dia saja yang tahu apakah itu adalah benar adanya atau hanya sekedar alasan belaka."
Ekor mata Nandira melirik ke arah Max yang terus saja menggumam keheranan. Rasanya ingin sekali dia mengingatkan pria ini tentang satu keluarga yang adalah keluarga kandung Renata. Jika memang benar Bern mengira Renata adalah kekasihnya, Nandira yakin betul kalau orang yang di maksud oleh Bern adalah saudara kembar Renata. Entah siapa namanya Nandira tidak tahu. Tapi yang jelas dia akan tetap menyembunyikan fakta kalau Renata bukanlah anak kandungnya. Harus.
"Ren, sekarang sudah malam. Kau kembalilah istirahat di kamar. Dan Ibu minta mulai sekarang jangan lagi kau mengingat-ingat tentang masa lalu lagi. Ibu bukannya tidak ingin kau bisa kembali seperti dulu, tapi Ibu khawatir kau kenapa-napa, apalagi jika sampai jatuh sakit. Kasihan Justin. Dia hanya punya kau sebagai orangtuanya. Ya?" ucap Nandira seraya membelai pipi Renata. Dia tidak bisa jika Tuan Kendra sampai mengambil Renata darinya. Nandira tak mau itu.
"Ibumu benar, Ren. Lebih baik kau fokus membesarkan Justin saja daripada mengingat-ingat sesuatu yang hanya membuatmu sakit. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu, sayang. Oke?" imbuh Max ikut memberi saran pada putrinya.
"Baik Ayah, Ibu. Maaf sudah membuat kalian semua merasa khawatir. Aku tak sengaja melakukannya," sahut Renata enggan membantah. Dia kemudian bangun, tapi kepalanya seperti berputar-putar. Takut jatuh, segera Renata berpegangan pada lengan sang ibu.
"Biar Ibu bantu mengantarkanmu ke kamar ya," ucap Nandira cemas melihat Renata seperti sedang menahan sakit. "Lain kali kau jangan berani-berani lagi melakukan hal seperti ini ya, Ren. Biar saja ingatanmu tidak pulih, yang penting kau dan Justin sehat. Mengerti?"
Renata mengangguk. Dengan di bantu oleh ayah dan ibunya, Renata akhirnya kembali masuk ke dalam kamar. Dia dengan sangat hati-hati sekali berbaring di kasur, khawatir kalau-kalau gerak tubuhnya menganggu istirahat putranya.
"Sekarang tidur ya. Besok pagi tidak udah bangun terlalu pagi. Biar Ibu dan para pelayan saja yang menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk Justin. Oke?" bisik Nandira kemudian mencium kening Renata. Dia lalu membelai rambutnya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar.
"Jangan berpikir yang macam-macam. Cukup pikirkan bagaimana caranya agar kau dan Justin bisa selalu tertawa bahagia. Ayah menyayangimu, Nak. Good night," bisik Max.
"Good night to, Ayah. Terima kasih," sahut Renata sambil tersenyum kecut.
Sepeninggal ayah dan ibunya, Renata berusaha untuk memejamkan matanya. Tapi bayang-bayang aneh malah muncul di pikiran. Tak mau membuat orang lain khawatir, Renata akhirnya memutuskan untuk tidur sambil memeluk Justin. Dia berharap hal ini bisa membuatnya lebih cepat tertidur. Dan benar saja. Tak butuh waktu lama untuk Renata memejamkan mata setelah memeluk obat kebahagiaannya. Justin Goh, putranya yang sebentar lagi akan berulang tahun yang ke tiga.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Chesta Haydar
ikatan cinta sungguh kuat sampai ke2nya merasakan sakit ya semoga mak mau nyembuhin sakitnya amora.
2023-06-04
0
Asih Ningsih
sabar renata suatu saat kmu pasti sembuh klu bern mengajakmu jalan2 yg penuh momen.
2023-02-09
2
🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
emg sengaja dituker kli amora am renta am org tua renta yg gk iklas kalau renata meninggal.jdi ditukar dan di beri obt biar ingatan ny gk kembali lagi,,
2023-01-25
0