Bab 12

Setelah semuanya siap, Renata segera mengajak Justin masuk ke dalam mobil. Dia akan mengantarkan putranya berangkat ke sekolah. Emm bukan sekolah seperti yang kalian pikirkan ya. Renata memilih untuk memasukkan Justin ke kelas bermain di mana ada banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan. Semacam playgroup, seperti itu.

"Kakek, Nenek. Justin pergi dulu ya. Daaahhh," pamit Justin sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.

"Iya sayang, hati-hati ya. Nanti di sana jangan nakal. Oke?" sahut Nandira membalas cucunya dengan lambaian tangan juga.

"Kalau ada yang nakal banting saja dia, Nak. Tenang, nanti Kakek yang akan mengurus masalahnya!"'imbuh Max kembali memantik api. Dia lalu tertawa saat Nandira langsung memelototinya. " Jangan tegang-teganglah, sayang. Justin itu laki-laki, dia harus berani!"

"Berani si berani, Max. Tapi tidak dengan mengajarinya membanting anak orang juga. Bagaimana sih!" sewot Nandira tak habis pikir akan ketengilan suaminya. Dia sampai jengkel sendiri di buatnya.

"Hehehee," ....

Dan seperti biasa, Renata hanya menggelengkan kepala melihat ulah kedua orangtuanya. Setelah itu dia meminta sopir untuk segera berangkat.

"Ibu, nanti Justin datang ke toko bunga milik Ibu ya? Justin ingin bermain dengan kakak yang ada di sana. Boleh?" tanya Justin sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Dia sangat berharap ibunya akan menjawab iya.

"Memangnya Justin tidak lelah kalau langsung pergi ke toko bunga, hem?" sahut Renata sembari menoel pipinya Justin. Dia gemas.

"Tidak lelah. Kan nanti ada pak sopir yang menjemput ke sekolah," jawab bocah laki-laki itu dengan polosnya.

Sopir yang mendengar celotehan Justin pun tertawa. Sungguh, sulit untuk siapapun tidak merasa gemas pada bocah ini. Bahkan terkadang timbul niat untuk menculik bocah menggemaskan ini lalu menyimpannya sendiri di rumah. Hahahaha.

Setelah melahirkan Justin, untuk mengisi kegiatan Renata membuka toko bunga. Sebenarnya dia diminta untuk ikut terlibat di perusahaan, tapi Renata menolak karena merasa pekerjaan itu tak cocok untuknya. Jadilah sekarang dia mengelola toko bunga yang baru di jalankan sekitar dua tahun.

Dalam perjalanan menuju sekolah, Justin tak henti-hentinya berceloteh. Hal itu tentu saja membuat Renata dan pak sopir terus saja tertawa. Bocah ini terlihat begitu bersemangat, sedikit berbeda dari hari yang biasanya. Meski heran, tapi Renata tak terlalu memusingkan keanehan ini. Selama bisa melihat putranya tersenyum ceria, maka itu sudah lebih dari pada cukup.

"Yeyyy, sampai!" teriak Justin heboh sambil menunjuk ke arah gerbang sekolah. Dia kemudian berdiri, berjingkrak-jingkrak sambil bertepuk tangan.

Justin kenapa bahagia sekali ya? Biasanya wajah anak ini akan langsung masam jika sudah sampai di sekolah, tapi kenapa sekarang berbeda? Ada apa ini?

Di balik kebingungan Renata, dia tak menyadari kalau sejak mobilnya keluar dari pekarangan rumah, diam-diam ada seseorang yang membuntuti. Mungkin kehadiran seseorang inilah yang membuat mood Justin menjadi begitu baik. Tapi sayangnya hal ini tidak di sadari oleh Renata. Hmmmm.

"Hati-hati, sayang!" seru Renata panik melihat Justin yang langsung melompat turun begitu pintu mobil di buka. Bahkan pak sopir sampai terkejut melihat kelakuan putranya itu.

"Ibu, pak sopir, Justin sekolah dulu ya. Daaah!" ucap Justin melambaikan tangan sebelum berlari masuk. Bocah cilik itu menghampiri guru yang sedang menunggu di depan gerbang kemudian memeluk kakinya. "Bu guru, hari ini Justin akan jadi anak baik. Sungguh!"

"Benarkah?"

"Ummm,"

Ekpresi guru itu terlihat takjub melihat anak murid yang biasanya selalu murung kini tiba-tiba terlihat ceria. Penasaran, dia pun pergi menghampiri ibunya Justin setelah anak itu berlari mengejar teman-temannya yang lain.

"Selamat pagi, Nyonya Renata,"

"Selamat pagi kembali, Miss." Renata menyahut sopan.

"Sepertinya mood Justin hari ini sedang baik. Apa saya boleh tahu penyebabnya?"

"Saya sendiri juga tidak tahu kenapa, Miss. Sejak berangkat dari rumah Justin terus terlihat ceria. Tadi saya juga kaget sekali melihat reaksinya begitu tiba di sini. Sungguh," jawab Renata memberitahu gurunya Justin kalau dirinya pun terheran-heran akan apa yang terjadi.

"Ya sudah kalau memang begitu. Saya kira ada hal baik yang terjadi, makanya saya berinisiatif bertanya kepada Nyonya." Si guru tersenyum. "Kalau begitu boleh saya ambil tasnya Justin, Nyonya?"

"Oh iya silahkan."

"Terima kasih. Saya permisi. Selamat pagi,"

"Pagi," ....

Terdengar helaan nafas pelan saat gurunya Justin pergi dari hadapan Renata. Sambil menatap gedung sekolah, Renata terdiam melamun. Dia mencoba menerka gerangan apa yang telah membuat suasana hati putranya bisa terlihat begitu baik. Padahal selama Justin bersekolah di sini hal yang paling sulit adalah membujuknya agar mau masuk ke kelas. Tapi tadi? Renata jadi bingung sendiri memikirkannya.

"Renata?"

Merasa ada yang memanggil, Renata berbalik menghadap ke belakang. Dia lalu terbelalak kaget melihat seseorang yang tengah berdiri tak jauh dari mobilnya.

Bern? Untuk apa dia di sini? Apa mungkin anaknya Bern juga sekolah di sini?

Karena tak tahan dengan perasaannya, Bern memutuskan untuk mengawasi kediaman keluarga Goh sejak jam dua dini hari tadi. Rasanya dia seperti akan gila karena tak henti terbayang wajah Renata. Terlebih lagi setelah Cio datang ke apartemen. Semakinlah Bern merasa tak tenang.

"Ren, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Bern pura-pura tidak tahu. Dia berjalan mendekat sambil terus berusaha agar pandangannya tidak terlalu dalam pada wanita itu. Bern takut Renata merasa tak nyaman, yang mana akan membuat wanita ini menjaga jarak darinya.

"Aku baru saja mengantarkan Justin ke sekolahnya, Bern," jawab Renata jujur. Dia lalu berdehem. "Kau sendiri? Apa yang sedang kau lakukan di sini? Apa anakmu belajar di sekolah ini juga?"

Bern menggeleng.

Kalau Justin adalah anakku, maka aku akan menjawab iya. Akan tetapi aku belum bisa memastikan kebenaran itu karena kami perlu melakukan tes DNA dulu. Tapi bagaimana caraku melakukan hal ini? Renata pasti tersinggung sekali jika aku berkata terus terang kepadanya.

"Aku hanya kebetulan lewat saja di jalanan ini. Lalu aku tak sengaja melihatmu sedang berbincang dengan seorang wanita. Jadi aku putuskan untuk singgah dan menyapamu sebentar," ucap Bern beralasan.

"Oh, begitu. Wanita yang tadi kau lihat adalah gurunya Justin. Beliau sedang bertanya padaku mengenai sikap Justin yang berbeda dari biasanya,"

"Berbeda dari biasanya? Maksudnya bagaimana?"

Sebelum menjawab, Renata menarik nafas panjang terlebih dahulu. "Hari ini Justin terlihat ceria sekali. Di hari biasa, aku dan gurunya selalu kuwalahan membujuknya agar mau masuk ke kelas. Akan tetapi hari ini dia bertingkah aneh. Justin langsung berlari masuk ke dalam kelas tanpa ada drama yang terjadi. Anak itu mendadak patuh. Makanya aku dan gurunya sampai terheran-heran melihatnya!"

"Mungkin Justin tahu kalau ayahnya datang," gumam Bern tak sadar.

"Kau bilang apa, Bern?" tanya Renata dengan kening mengerut. "Suaramu terlalu kecil. Aku tidak bisa mendengar apa yang kau katakan barusan."

"O-oh, a-aku tidak bilang apa-apa. Hanya ... hanya, mungkin saja Justin mengalami mimpi baik. Makanya dia bersikap aneh hari ini. Begitu," jawab Bern tergagap. Bisa-bisanya dia bicara melantur di hadapan Renata. Haihhhh.

"Mungkin,"

Jeda sejenak. Renata kemudian melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah saatnya untuk dia pergi bekerja.

"Bern, karena ini sudah siang aku pergi duluan ya. Aku harus membuka tokoku dulu," ucap Renata berpamitan. Segera dia melangkah masuk ke dalam mobil tanpa menunggu pria itu menyahut. Renata gugup. Dia salah tingkah saat pria itu tak henti meliriknya diam-diam.

Amora ....

***

Terpopuler

Comments

TriAileen

TriAileen

greg ma liona meninggal d judul novel yg mana y mak

2024-12-02

0

Chesta Haydar

Chesta Haydar

mak novelnya selesaikan yg lama dulu ya tolong jgn menggantungnya ok.

2023-06-03

0

Asih Ningsih

Asih Ningsih

ya paati suatu hari ada petunjuk agar been bisa menemukan jawabannya.

2023-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!