Nandira dengan gemas menciumi pipi gembul Justin sembari menunggu Renata selesai memakaikan sepatu di kakinya. Walau sebenarnya ingin sekali ikut, tapi pada akhirnya keinginan itu Nandira urungkan setelah Renata bercerita kalau pagi tadi Justin kembali menanyakan soal ayahnya. Jujur, Nandira merasa terenyuh sekali. Sebagai orangtua dia merasa gagal karena tak bisa mengantarkan anak semata wayangnya menuju pintu kebahagiaan dalam berumah tangga.
"Nenek, sudah. Nanti pipinya Justin kempes," protes Justin sambil mengerucutkan bibir. Tidak kakek tidak nenek, kedua-duanya suka sekali mencium pipinya. Dia kan risih.
"Mana mungkin bisa kempes, sayang. Kau ini ada-ada saja ya," sahut Nandira menertawakan celotehan cucunya. Selalu saja membuat orang gemas. Hmmm.
"Bisa Nek, bisa."
"Siapa yang bilang begitu?"
"Teman-teman Justinlah."
Renata tersenyum. Dia kemudian memakaikan topi setelah sepatu Justin terpasang dengan benar. Setelah itu Renata berbalik menghadap ke arah sang ibu, mengangguk pelan sebagai tanda berpamitan.
"Hati-hati ya, Ren. Jika terjadi sesuatu segera hubungi Ibu. Oke?" ucap Nandira khawatir.
"Kami hanya akan pergi menonton saja, Ibu. Kenapa Ibu harus sampai sesedih ini," goda Renata merasa lucu melihat raut wajah sang ibu.
"Ck, kau ini. Ibu khawatir kalau kau mau tahu. Kalian itu cuma pergi berdua. Kalau sampai terjadi sesuatu di sana bagaimana? Ibu pasti sedih. Tahu?"
"Iya-iya maaf. Jangan khawatir, oke? Nanti begitu Justin puas jalan-jalan, aku akan langsung membawanya pulang. Aku janji tidak sampai malam,"
"Benar ya?"
"Iya, Ibu."
Kini tiba giliran Justin yang berpamitan. Dengan gayanya yang sok cool, bocah tiga tahun itu berpamitan pada neneknya. Nandira yang melihat hal itupun kembali di dera rasa gemas. Di peluknya Justin erat-erat sampai bocah itu berontak karena kesal.
"Ibu, lihat Nenek. Dia memeluk Justin kuat sekali. Kalau nanti tubuh Justin jadi gepeng bagaimana?"
Tak menggubris teriakan Justin, Renata malah mengeluarkan ponsel kemudian merekam apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang ini. Dia lalu mengirimkan rekaman tersebut ke nomor sang ayah. Biasalah, Renata ingin memanas-manasi ayahnya yang sedikit pencemburu. Pasti reaksinya cepat sekali setelah melihat video yang dia kirim. Hehehe.
"Renata, tolong ingatkan Ibu supaya jangan terlalu erat memeluk Justin-ku. Nanti tulang mudanya remuk. Cepat beritahu Ibumu!"
Bukannya memberitahu sang ibu tentang pesan balasan dari sang ayah, Renata memilih untuk langsung berangkat begitu Justin bebas. Dengan di antar oleh sopir, Renata dan Justin berangkat menuju salah satu pusat perbelanjaan. Rencananya mereka akan makan siang terlebih dahulu sebelum memilih film yang akan di tonton. Oya, kalian tenang saja. Film yang akan mereka tonton merupakan film anak-anak. Bukan film khusus remaja, apalagi dewasa. Belum waktunya untuk Justin melihat film-film seperti itu, dan Renata sangat paham akan hal tersebut.
Di dalam mobil, Justin tak henti-hentinya bernyanyi. Dia juga sesekali mengajak sopir mengobrol. Hingga tak berapa lama kemudian sampailah mereka di tempat yang di tuju.
"Pak, nanti aku akan menelepon kalau kami sudah selesai jalan-jalan. Jangan terlalu kencang ya mengendarai mobilnya. Jalanan sangat ramai, aku takut Bapak kenapa-napa," ucap Renata berpesan pada sopir sebelum keluar dari dalam mobil.
"Iya, Nona Renata. Terima kasih sudah mengingatkan."
"Kalau begitu kami pergi dulu ya. Justin, ayo pamit, Nak."
Dengan sangat patuh Justin menuruti perintah ibunya. Setelah itu dia dengan penuh kegembiraan melangkah keluar dari mobil kemudian berjongkok sambil bertopang dagu. Di hadapan Justin sekarang, berdiri satu bangunan tinggi yang sangat luar biasa megah. Dan kabarnya mall ini adalah milik Group Ma, keluarga kaya raya yang paling berpengaruh di Shanghai.
"Ibu, saat besar nanti aku akan membeli rumah ini lalu memberikannya pada Ibu. Hebat, kan?" ucap Justin berandai-andai.
"Rumah?" Renata membeo. Dia kemudian ikut berjongkok di samping putranya."Sayang, yang ada di depan kita sekarang itu bukan rumah, tapi mall. Tahu mall tidak?"
"Tidak, Ibu."
"Mall itu adalah tempat yang menjadi pusat perbelanjaan, khususnya di kota-kota besar seperti ini. Mengerti?"
"Oh, jadi ini mall ya namanya?"
"Iya, sayang. Ayo kita masuk."
"Ayo,"
Mungkin karena terlalu takjub akan apa yang dilihatnya, Justin langsung berlari begitu saja tanpa memegang tangan ibunya. Renata yang melihat putranya melarikan diri pun menjadi sangat panik. Segera dia berlari mengejarnya sambil berusaha memfokuskan mata agar Justin tidak hilang dari pandangan. Di tengah-tengah keramaian, terjadi kejar-kejaran antara ibu dan anak yang mana itu membuat seseorang terpaku diam karenanya. Sosok itu mematung bahkan seperti tidak sadar kalau kopi yang di pegangnya sudah tumpah dan mengenai tangan.
"A-Amora. Ini ... ini aku tidak salah lihat, kan? Dia Amora. Iya, dia Amora ku," gumam Bern seakan tak percaya akan apa yang sedang dilihatnya.
Karena merasa lapar, Bern memutuskan untuk singgah di mall sebentar guna membeli makanan dan juga kopi sebelum pergi ke pemakaman. Akan tetapi saat dia akan keluar dari mall ini, langkah kaki Bern di hentikan oleh kemunculan seorang wanita yang wajahnya mirip sekali dengan Amora. Sontak hal ini membuat pikiran Bern menjadi tidak fokus hingga dia tak sadar kalau kopi yang baru saja dibelinya kini sudah tumpah dan membasahi lantai.
"Tuan, permisi. Tumpahan kopi anda harus segera di bersihkan sebelum ada orang yang jatuh karena terpeleset. Mohon bergeser ke tempat yang lebih bersih ya?" ucap seorang cleaning servis.
"Ha? Tumpah?"
Bern menunduk. Dan barulah dia tersadar kalau tangannya memerah karena tersiram kopi panas. Segera dia berpindah ke samping kemudian membuang sisa kopi ke dalam tong sampah.
"Ck, kenapa aku bisa ceroboh begini sih. Apa yang ku pikirkan memang?" gumam Bern merutuki kecerobohannya sendiri. Namun, secepat kilat Bern mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mall begitu tersadar kalau tadi dia seperti melihat Amora. "Aku tadi tidak salah lihat, kan? Wanita itu benar-benar sangat mirip dengan Amora. Tapi apa yang sedang dia lakukan di mall ini? Kenapa dia berlarian mengejar anak kecil? Apa mungkin ini hanya perasaanku saja yang terlalu merindukannya? Makanya aku sampai salah mengenali orang. Hmmm,"
Tak mau pikirannya menjadi gila, Bern memutuskan untuk segera pergi ke mobil. Dan ketika dia melewati sebuah restoran, ponsel milik Bern tiba-tiba berbunyi. Segera dia menjawab panggilan tersebut tanpa melihat kemana-mana lagi.
Andai saja Bern menoleh, dia pasti akan melihat keberadaan wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Amora. Renata, dia kini sedang duduk di dalam sebuah restoran di mana dia dan Justin memilih meja yang berada di samping jendela kaca.
"Ibu, apa aku boleh makan es krim?" tanya Justin dengan mata berbinar-binar. Rasanya air liur seperti akan menetes keluar setelah melihat gambar es krim di buku menu.
"Tentu saja sangat boleh, sayang. Akan tetapi setelah kau menghabiskan makan siangmu ya. Oke?" jawab Renata mengiyakan keinginan putranya.
"Oke, Ibu." Justin patuh. Akan tetapi pandangannya masih terus tertuju pada sang ibu, menandakan kalau masih ada sesuatu yang ingin dia tanyakan.
Renata yang sudah paham dengan prilaku putranya pun hanya menggelengkan kepala saja. Justin, bocah tiga tahun ini tidak akan puas jika hanya menikmati satu cup es krim saja. Musti dua, atau malah tiga sekaligus. Karena Renata tak setiap hari mengizinkan Justin memakan makanan dingin itu, kali ini dia akan membiarkannya makan sepuas hati. Jadi ketika waiters datang, Renata memesan tiga cup es krim dengan varian rasa yang berbeda. Dan ya, Justin langsung berjingkrak kesenangan mendengar hal itu. Untungnya Justin adalah anak yang sangat lucu dan menggemaskan, jadi para tamu dan juga para waiters hanya tertawa saja melihat kelakuannya. Hehehe.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Yizhani Saras
Fiks....dah itu kelakuan Justin kayak elea sama flow...emang anak Bern....ah kayak nya punya kelebihan juga....🤔🤔🤔
2023-02-12
1
Asih Ningsih
itu pasti amora yg hilng ingatan n punya anak ama bern.
2023-02-08
0
Yunia Afida
kamu udah ketemu amora bern
2023-01-23
0