Bab 5

Nandira dengan gemas menciumi pipi gembul Justin sembari menunggu Renata selesai memakaikan sepatu di kakinya. Walau sebenarnya ingin sekali ikut, tapi pada akhirnya keinginan itu Nandira urungkan setelah Renata bercerita kalau pagi tadi Justin kembali menanyakan soal ayahnya. Jujur, Nandira merasa terenyuh sekali. Sebagai orangtua dia merasa gagal karena tak bisa mengantarkan anak semata wayangnya menuju pintu kebahagiaan dalam berumah tangga.

"Nenek, sudah. Nanti pipinya Justin kempes," protes Justin sambil mengerucutkan bibir. Tidak kakek tidak nenek, kedua-duanya suka sekali mencium pipinya. Dia kan risih.

"Mana mungkin bisa kempes, sayang. Kau ini ada-ada saja ya," sahut Nandira menertawakan celotehan cucunya. Selalu saja membuat orang gemas. Hmmm.

"Bisa Nek, bisa."

"Siapa yang bilang begitu?"

"Teman-teman Justinlah."

Renata tersenyum. Dia kemudian memakaikan topi setelah sepatu Justin terpasang dengan benar. Setelah itu Renata berbalik menghadap ke arah sang ibu, mengangguk pelan sebagai tanda berpamitan.

"Hati-hati ya, Ren. Jika terjadi sesuatu segera hubungi Ibu. Oke?" ucap Nandira khawatir.

"Kami hanya akan pergi menonton saja, Ibu. Kenapa Ibu harus sampai sesedih ini," goda Renata merasa lucu melihat raut wajah sang ibu.

"Ck, kau ini. Ibu khawatir kalau kau mau tahu. Kalian itu cuma pergi berdua. Kalau sampai terjadi sesuatu di sana bagaimana? Ibu pasti sedih. Tahu?"

"Iya-iya maaf. Jangan khawatir, oke? Nanti begitu Justin puas jalan-jalan, aku akan langsung membawanya pulang. Aku janji tidak sampai malam,"

"Benar ya?"

"Iya, Ibu."

Kini tiba giliran Justin yang berpamitan. Dengan gayanya yang sok cool, bocah tiga tahun itu berpamitan pada neneknya. Nandira yang melihat hal itupun kembali di dera rasa gemas. Di peluknya Justin erat-erat sampai bocah itu berontak karena kesal.

"Ibu, lihat Nenek. Dia memeluk Justin kuat sekali. Kalau nanti tubuh Justin jadi gepeng bagaimana?"

Tak menggubris teriakan Justin, Renata malah mengeluarkan ponsel kemudian merekam apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang ini. Dia lalu mengirimkan rekaman tersebut ke nomor sang ayah. Biasalah, Renata ingin memanas-manasi ayahnya yang sedikit pencemburu. Pasti reaksinya cepat sekali setelah melihat video yang dia kirim. Hehehe.

"Renata, tolong ingatkan Ibu supaya jangan terlalu erat memeluk Justin-ku. Nanti tulang mudanya remuk. Cepat beritahu Ibumu!"

Bukannya memberitahu sang ibu tentang pesan balasan dari sang ayah, Renata memilih untuk langsung berangkat begitu Justin bebas. Dengan di antar oleh sopir, Renata dan Justin berangkat menuju salah satu pusat perbelanjaan. Rencananya mereka akan makan siang terlebih dahulu sebelum memilih film yang akan di tonton. Oya, kalian tenang saja. Film yang akan mereka tonton merupakan film anak-anak. Bukan film khusus remaja, apalagi dewasa. Belum waktunya untuk Justin melihat film-film seperti itu, dan Renata sangat paham akan hal tersebut.

Di dalam mobil, Justin tak henti-hentinya bernyanyi. Dia juga sesekali mengajak sopir mengobrol. Hingga tak berapa lama kemudian sampailah mereka di tempat yang di tuju.

"Pak, nanti aku akan menelepon kalau kami sudah selesai jalan-jalan. Jangan terlalu kencang ya mengendarai mobilnya. Jalanan sangat ramai, aku takut Bapak kenapa-napa," ucap Renata berpesan pada sopir sebelum keluar dari dalam mobil.

"Iya, Nona Renata. Terima kasih sudah mengingatkan."

"Kalau begitu kami pergi dulu ya. Justin, ayo pamit, Nak."

Dengan sangat patuh Justin menuruti perintah ibunya. Setelah itu dia dengan penuh kegembiraan melangkah keluar dari mobil kemudian berjongkok sambil bertopang dagu. Di hadapan Justin sekarang, berdiri satu bangunan tinggi yang sangat luar biasa megah. Dan kabarnya mall ini adalah milik Group Ma, keluarga kaya raya yang paling berpengaruh di Shanghai.

"Ibu, saat besar nanti aku akan membeli rumah ini lalu memberikannya pada Ibu. Hebat, kan?" ucap Justin berandai-andai.

"Rumah?" Renata membeo. Dia kemudian ikut berjongkok di samping putranya."Sayang, yang ada di depan kita sekarang itu bukan rumah, tapi mall. Tahu mall tidak?"

"Tidak, Ibu."

"Mall itu adalah tempat yang menjadi pusat perbelanjaan, khususnya di kota-kota besar seperti ini. Mengerti?"

"Oh, jadi ini mall ya namanya?"

"Iya, sayang. Ayo kita masuk."

"Ayo,"

Mungkin karena terlalu takjub akan apa yang dilihatnya, Justin langsung berlari begitu saja tanpa memegang tangan ibunya. Renata yang melihat putranya melarikan diri pun menjadi sangat panik. Segera dia berlari mengejarnya sambil berusaha memfokuskan mata agar Justin tidak hilang dari pandangan. Di tengah-tengah keramaian, terjadi kejar-kejaran antara ibu dan anak yang mana itu membuat seseorang terpaku diam karenanya. Sosok itu mematung bahkan seperti tidak sadar kalau kopi yang di pegangnya sudah tumpah dan mengenai tangan.

"A-Amora. Ini ... ini aku tidak salah lihat, kan? Dia Amora. Iya, dia Amora ku," gumam Bern seakan tak percaya akan apa yang sedang dilihatnya.

Karena merasa lapar, Bern memutuskan untuk singgah di mall sebentar guna membeli makanan dan juga kopi sebelum pergi ke pemakaman. Akan tetapi saat dia akan keluar dari mall ini, langkah kaki Bern di hentikan oleh kemunculan seorang wanita yang wajahnya mirip sekali dengan Amora. Sontak hal ini membuat pikiran Bern menjadi tidak fokus hingga dia tak sadar kalau kopi yang baru saja dibelinya kini sudah tumpah dan membasahi lantai.

"Tuan, permisi. Tumpahan kopi anda harus segera di bersihkan sebelum ada orang yang jatuh karena terpeleset. Mohon bergeser ke tempat yang lebih bersih ya?" ucap seorang cleaning servis.

"Ha? Tumpah?"

Bern menunduk. Dan barulah dia tersadar kalau tangannya memerah karena tersiram kopi panas. Segera dia berpindah ke samping kemudian membuang sisa kopi ke dalam tong sampah.

"Ck, kenapa aku bisa ceroboh begini sih. Apa yang ku pikirkan memang?" gumam Bern merutuki kecerobohannya sendiri. Namun, secepat kilat Bern mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mall begitu tersadar kalau tadi dia seperti melihat Amora. "Aku tadi tidak salah lihat, kan? Wanita itu benar-benar sangat mirip dengan Amora. Tapi apa yang sedang dia lakukan di mall ini? Kenapa dia berlarian mengejar anak kecil? Apa mungkin ini hanya perasaanku saja yang terlalu merindukannya? Makanya aku sampai salah mengenali orang. Hmmm,"

Tak mau pikirannya menjadi gila, Bern memutuskan untuk segera pergi ke mobil. Dan ketika dia melewati sebuah restoran, ponsel milik Bern tiba-tiba berbunyi. Segera dia menjawab panggilan tersebut tanpa melihat kemana-mana lagi.

Andai saja Bern menoleh, dia pasti akan melihat keberadaan wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Amora. Renata, dia kini sedang duduk di dalam sebuah restoran di mana dia dan Justin memilih meja yang berada di samping jendela kaca.

"Ibu, apa aku boleh makan es krim?" tanya Justin dengan mata berbinar-binar. Rasanya air liur seperti akan menetes keluar setelah melihat gambar es krim di buku menu.

"Tentu saja sangat boleh, sayang. Akan tetapi setelah kau menghabiskan makan siangmu ya. Oke?" jawab Renata mengiyakan keinginan putranya.

"Oke, Ibu." Justin patuh. Akan tetapi pandangannya masih terus tertuju pada sang ibu, menandakan kalau masih ada sesuatu yang ingin dia tanyakan.

Renata yang sudah paham dengan prilaku putranya pun hanya menggelengkan kepala saja. Justin, bocah tiga tahun ini tidak akan puas jika hanya menikmati satu cup es krim saja. Musti dua, atau malah tiga sekaligus. Karena Renata tak setiap hari mengizinkan Justin memakan makanan dingin itu, kali ini dia akan membiarkannya makan sepuas hati. Jadi ketika waiters datang, Renata memesan tiga cup es krim dengan varian rasa yang berbeda. Dan ya, Justin langsung berjingkrak kesenangan mendengar hal itu. Untungnya Justin adalah anak yang sangat lucu dan menggemaskan, jadi para tamu dan juga para waiters hanya tertawa saja melihat kelakuannya. Hehehe.

***

Terpopuler

Comments

Yizhani Saras

Yizhani Saras

Fiks....dah itu kelakuan Justin kayak elea sama flow...emang anak Bern....ah kayak nya punya kelebihan juga....🤔🤔🤔

2023-02-12

1

Asih Ningsih

Asih Ningsih

itu pasti amora yg hilng ingatan n punya anak ama bern.

2023-02-08

0

Yunia Afida

Yunia Afida

kamu udah ketemu amora bern

2023-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!