Bab 14

Drrttt drrtttt

Bern yang sedang menempelkan kepalanya di stir mobil langsung menoleh saat ponselnya bergetar. Nomor asing masuk. Bern abai. Dia membiarkan ponselnya tetap bergetar sampai berhenti sendiri. Berharap tidak ada yang mengganggu, tapi nyatanya ponsel itu kembali bergetar. Kesal, dengan cepat Bern mengambilnya kemudian menjawab panggilan dari nomor asing tersebut.

“Harusnya kau tahu diri dengan tidak mengganggu hidup orang lain!” ucap Bern sarkas.

“Kak Bern, apa ini kau?”

Suara lembut seorang wanita menyapa indra pendengaran Bern. Untuk beberapa saat Bern hanya diam, mencoba mengingat-ingat suara siapakah ini.

“Kak Bern, ini aku, Flow. Aku mendapatkan nomormu dari Oliver. Kau tidak marahkan kalau aku menelponmu?” tanya Flow dari dalam telepon. “Tadi pagi Ibu bilang kau sudah kembali ke negara ini, jadi bisakah kita bertemu? Sebentar saja. Ya?”

“Baiklah.” Bern menjawab singkat. Adiknya yang malang meminta untuk bertemu, bagaimana mungkin dia bisa menolak? Jadi tanpa pikir panjang Bern langsung mengiyakan keinginan gadis tersebut. “Nanti aku akan mengirimkan alamat tempat kita akan bertemu. Tapi karena hari ini aku sudah memiliki janji, bagaimana kalau kita bertemu sekarang saja. Kau dan Oliver, hanya kalian berdua.”

Setelah berkata seperti itu Bern mematikan panggilan. Dia lalu mencari restoran mana yang akan dia pilih untuk menjadi lokasi perjumpaannya dengan Flow. Setelah memilih satu, Bern segera melajukan mobil menuju restoran tersebut. Dari sejak Renata pergi, Bern sama sekali belum beranjak dari depan sekolah Justin. Tubuhnya terasa berat untuk pergi dari sana. Jadilah dia menunggu seperti orang bodoh di dalam mobilnya sambil tadi menghubungi Cio. Dia sudah tidak tahan dengan perasaannya dan ingin segera tahu apakah Renata adalah Amora atau bukan.

Tak lama berselang, Bern akhirnya sampai di restoran yang dia tuju. Sebelum keluar dari mobil dia memakai kaca mata terlebih dahulu, menghindari agar orang-orang tidak mengenalinya. Berstatus sebagai putra dari seorang Gabrielle Shaquielle Ma dan Eleanor Young membuat indentitas Bern mudah untuk di kenal orang. Apalagi sebelum dia pergi ke luar negeri Bern sempat terlibat beberapa pekerrjaan di Group Ma. Sudah pasti hal ini membuat orang-orang semakin mudah untuk menjilatnya. Yahh, kalian pasti tahulah apa maksud Bern.

“Selamat datang, Tuan,” ucap seorang pelayan restoran.

“Aku sedang menunggu seseorang. Katakan pada mereka aku ada di sini,”

“Atas nama siapa kalau boleh tahu, Tuan?”

“Bern Wufien Ma.” Dia menghela nafas. “Dan orang yang sedang aku tunggu adalah adikku dan sepupuku.”

“B-b-baik, Tuan Muda Bern. N-nanti akan saya sampaikan. Permisi.”

Benarkan? Pelayan itu bahkan sampai tergagap begitu mendengar namanya. Hmmm. Sambil menunggu Flow dan Oliver tiba, Bern membuka galeri ponsel untuk melihat kenangannya bersama Amora. Dengan tatapan mata yang sangat sendu, satu-persatu foto gadis itu di elusnya penuh kerinduan. Bern bergumam, mengajak gadis dalam foto untuk berbincang. Mungkin bagi yang tidak tahu, mereka pasti akan menganggap Bern sudah gila karena berbicara sendiri. Namun bagi yang mengetahui betapa dalam perasaan yang Bern simpan untuk Amora, mereka pasti akan merasa sangat terenyuh sekali. Hingga tak berapa lama berselang kegilaan Bern di buyarkan oleh kemunculan Flow dan Oliver.

“Bern, maaf lama. Jalanan sedikit macet,” ucap Oliver sambil mendorong kursi roda yang di duduki oleh Flow. Setelah itu dia berniat memindahkan Flow ke kursi lain.

“Biar aku saja!”

Segera Bern beranjak dari duduknya kemudian membopong tubuh kurus Flow dan memindahkannya ke atas kursi. Setelah itu Bern berjongkok, tapi hanya diam tanpa berkata-kata.

“Kak, ternyata kau itu lebih tampan dari yang ada di foto ya,” ucap Flow memuji. Walaupun dia tak bisa mengingat apa-apa tentang sang kakak, tapi Flow bisa merasakan kalau kakaknya adalah sosok yang sangat baik. “Ibu bilang dulu kau selalu menuruti apapun yang aku mau. Benar begitu, Kak?”

Tak ada sahutan. Bern berlarut akan rasa sakit yang mendera hati begitu dia menyaksikan keadaan adiknya. Gadis yang dulu tak pernah mau diam kini duduk di kursi roda, juga kepolosan yang dulu selalu membuat Bern tak berdaya kini telah berganti menjadi rasa kasihan. Sungguh, ingin rasanya Bern berteriak dan bertanya pada Tuhan mengapa dua wanita yang sangat di sayanginya bisa berakhir seperti ini. Amora-nya hilang, sedangkan Flow. Flow sekarang lumpuh dan tak bisa mengingat apa-apa.

Kenapa? Kenapa harus seperti ini Tuhan?

“Bern, kau baik-baik saja?” tanya Oliver sambil menepuk pelan punggung Bern. Dia bukannya tidak tahu kalau pria ini syok setelah melihat keadaan Flow, tapi Oliver tak mau kesedihan itu terus berlarut karena khawatir akan berdampak pada mental Flowrence yang belum sepenuhnya menerima keadaan. Jadi dia mencoba menyadarkan Bern agar jangan terlalu menunjukan kesedihannya di hadapan gadis ini.

“Aku terlalu lapar sampai tak kuat berdiri. Bantu aku!” sahut Bern tanggap akan arti usapan tangan Oliver. Dan dia hanya diam saja saat Flow terus menatapnya. Perih.

“Haihhhh, kau ini!”

Berpura-pura kesal, Oliver pun membantu Bern untuk berdiri. Setelah itu dia memanggil pelayan kemudian memesan makanan untuk mereka bertiga.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Bern memberanikan diri membuka percakapan. Suaranya sedikit tercekat, tenggorokannya terasa kering kerontang.

“Seperti yang Kakak lihat. Aku baik-baik saja,” jawab Flow sambil tersenyum kecil. “Oya, Kak. Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi.”

“Pertanyaan yang mana?”

“Pertanyaan tentang kau yang dulu selalu mengiyakan semua keinginanku. Apakah benar?”

Flow menatap seksama ke arah sang kakak yang terdiam dengan wajah murung. Dia kemudian menoleh saat Oliver mengelus tangannya. “Ada apa, Oliver?”

“Apa kau tidak percaya kalau Bern menyayangimu?” Oliver menghela nafas. “Semua pria yang ada di dalam keluarga kita selalu meratukan dirimu. Jadi jangan bertanya seperti itu lagi padanya ya. Kau bahas yang lain saja. Oke?”

“Tapi kenapa?”

Wajah Flow berubah sendu. Entah kenapa dia merasa kalau Oliver seperti sengaja menghalanginya untuk lebih mengenal sang kakak. Padahal Flow hanya ingin mengenang apakah jawaban kakaknya bisa membantu mengembalikan ingatannya atau tidak. Hmmm.

“Aku sangat sayang padamu meski dulu aku tak banyak bicara. Dan ya, yang di katakan oleh Ibu sangat benar kalau aku selalu mengiyakan semua kemauanmu. Itu fakta,” ucap Bern sambil tersenyum kecil. “Flow, boleh aku bertanya sesuatu padamu?”

“Tentu saja sangat boleh, Kak. Silahkan tanya saja,” sahut Flow antusias. Dia lega sekali karena ibunya tidak bohong. Ternyata kakaknya memang benar-benar sesayang itu terhadapnya. Flow lega.

“Kau … apa ingat tentang Amora?”

Lagi. Bern malah menggali ingatan tentang Amora di diri adiknya. Dia penasaran dan sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam mobil sebelum terperosok masuk ke dalam sungai.

“Amora? Siapa Amora ini, Kak? Apa dia adalah temanku?” tanya Flow bingung mendengar nama Amora. Nama ini sangat asing, dia tak pernah mendengarnya.

“Bukan.” Bern menghela nafas. “Dia kekasihku, orang yang saat itu berada di satu mobil yang sama denganmu sebelum kecelakaan itu terjadi.”

Oliver langsung menendang pelan kaki Bern dari bawah meja saat pria ini kembali menyinggung tentang kecelakaan tiga tahun lalu. Tadi sebelum datang ke restoran ini Oliver lupa memberitahu kalau Flow tidak boleh di ingatkan dulu pada kejadian itu. Kondisi mental Flow tidak stabil, Oliver takut pertanyaan Bern akan membuatnya menjadi down kembali.

Namun beruntunglah karena ketegangan itu berhasil di alihkan saat para pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Kesempatan ini di gunakan oleh Oliver untuk memberitahu Bern tentang keadaan Flowrence. Bern yang mendengar hal itupun langsung sesak nafas. Dia lalu memutuskan untuk fokus makan sambil sesekali menjawab pertanyaan adiknya.

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

mak apa flow selamanya akan kehilangan ingatannya n lumpuh seperti itu ya.

2023-06-03

0

linamaulina18

linamaulina18

kangen sama celoteh flow 11 12 sama ibu nya

2023-03-29

0

Asih Ningsih

Asih Ningsih

sedih banget bacanya klu ingat dulu flow yg sellu ceria n skrg gak bisa apa2 jadi gak bisa selucu dulu.

2023-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!