Drrttt drrtttt
Bern yang sedang menempelkan kepalanya di stir mobil langsung menoleh saat ponselnya bergetar. Nomor asing masuk. Bern abai. Dia membiarkan ponselnya tetap bergetar sampai berhenti sendiri. Berharap tidak ada yang mengganggu, tapi nyatanya ponsel itu kembali bergetar. Kesal, dengan cepat Bern mengambilnya kemudian menjawab panggilan dari nomor asing tersebut.
“Harusnya kau tahu diri dengan tidak mengganggu hidup orang lain!” ucap Bern sarkas.
“Kak Bern, apa ini kau?”
Suara lembut seorang wanita menyapa indra pendengaran Bern. Untuk beberapa saat Bern hanya diam, mencoba mengingat-ingat suara siapakah ini.
“Kak Bern, ini aku, Flow. Aku mendapatkan nomormu dari Oliver. Kau tidak marahkan kalau aku menelponmu?” tanya Flow dari dalam telepon. “Tadi pagi Ibu bilang kau sudah kembali ke negara ini, jadi bisakah kita bertemu? Sebentar saja. Ya?”
“Baiklah.” Bern menjawab singkat. Adiknya yang malang meminta untuk bertemu, bagaimana mungkin dia bisa menolak? Jadi tanpa pikir panjang Bern langsung mengiyakan keinginan gadis tersebut. “Nanti aku akan mengirimkan alamat tempat kita akan bertemu. Tapi karena hari ini aku sudah memiliki janji, bagaimana kalau kita bertemu sekarang saja. Kau dan Oliver, hanya kalian berdua.”
Setelah berkata seperti itu Bern mematikan panggilan. Dia lalu mencari restoran mana yang akan dia pilih untuk menjadi lokasi perjumpaannya dengan Flow. Setelah memilih satu, Bern segera melajukan mobil menuju restoran tersebut. Dari sejak Renata pergi, Bern sama sekali belum beranjak dari depan sekolah Justin. Tubuhnya terasa berat untuk pergi dari sana. Jadilah dia menunggu seperti orang bodoh di dalam mobilnya sambil tadi menghubungi Cio. Dia sudah tidak tahan dengan perasaannya dan ingin segera tahu apakah Renata adalah Amora atau bukan.
Tak lama berselang, Bern akhirnya sampai di restoran yang dia tuju. Sebelum keluar dari mobil dia memakai kaca mata terlebih dahulu, menghindari agar orang-orang tidak mengenalinya. Berstatus sebagai putra dari seorang Gabrielle Shaquielle Ma dan Eleanor Young membuat indentitas Bern mudah untuk di kenal orang. Apalagi sebelum dia pergi ke luar negeri Bern sempat terlibat beberapa pekerrjaan di Group Ma. Sudah pasti hal ini membuat orang-orang semakin mudah untuk menjilatnya. Yahh, kalian pasti tahulah apa maksud Bern.
“Selamat datang, Tuan,” ucap seorang pelayan restoran.
“Aku sedang menunggu seseorang. Katakan pada mereka aku ada di sini,”
“Atas nama siapa kalau boleh tahu, Tuan?”
“Bern Wufien Ma.” Dia menghela nafas. “Dan orang yang sedang aku tunggu adalah adikku dan sepupuku.”
“B-b-baik, Tuan Muda Bern. N-nanti akan saya sampaikan. Permisi.”
Benarkan? Pelayan itu bahkan sampai tergagap begitu mendengar namanya. Hmmm. Sambil menunggu Flow dan Oliver tiba, Bern membuka galeri ponsel untuk melihat kenangannya bersama Amora. Dengan tatapan mata yang sangat sendu, satu-persatu foto gadis itu di elusnya penuh kerinduan. Bern bergumam, mengajak gadis dalam foto untuk berbincang. Mungkin bagi yang tidak tahu, mereka pasti akan menganggap Bern sudah gila karena berbicara sendiri. Namun bagi yang mengetahui betapa dalam perasaan yang Bern simpan untuk Amora, mereka pasti akan merasa sangat terenyuh sekali. Hingga tak berapa lama berselang kegilaan Bern di buyarkan oleh kemunculan Flow dan Oliver.
“Bern, maaf lama. Jalanan sedikit macet,” ucap Oliver sambil mendorong kursi roda yang di duduki oleh Flow. Setelah itu dia berniat memindahkan Flow ke kursi lain.
“Biar aku saja!”
Segera Bern beranjak dari duduknya kemudian membopong tubuh kurus Flow dan memindahkannya ke atas kursi. Setelah itu Bern berjongkok, tapi hanya diam tanpa berkata-kata.
“Kak, ternyata kau itu lebih tampan dari yang ada di foto ya,” ucap Flow memuji. Walaupun dia tak bisa mengingat apa-apa tentang sang kakak, tapi Flow bisa merasakan kalau kakaknya adalah sosok yang sangat baik. “Ibu bilang dulu kau selalu menuruti apapun yang aku mau. Benar begitu, Kak?”
Tak ada sahutan. Bern berlarut akan rasa sakit yang mendera hati begitu dia menyaksikan keadaan adiknya. Gadis yang dulu tak pernah mau diam kini duduk di kursi roda, juga kepolosan yang dulu selalu membuat Bern tak berdaya kini telah berganti menjadi rasa kasihan. Sungguh, ingin rasanya Bern berteriak dan bertanya pada Tuhan mengapa dua wanita yang sangat di sayanginya bisa berakhir seperti ini. Amora-nya hilang, sedangkan Flow. Flow sekarang lumpuh dan tak bisa mengingat apa-apa.
Kenapa? Kenapa harus seperti ini Tuhan?
“Bern, kau baik-baik saja?” tanya Oliver sambil menepuk pelan punggung Bern. Dia bukannya tidak tahu kalau pria ini syok setelah melihat keadaan Flow, tapi Oliver tak mau kesedihan itu terus berlarut karena khawatir akan berdampak pada mental Flowrence yang belum sepenuhnya menerima keadaan. Jadi dia mencoba menyadarkan Bern agar jangan terlalu menunjukan kesedihannya di hadapan gadis ini.
“Aku terlalu lapar sampai tak kuat berdiri. Bantu aku!” sahut Bern tanggap akan arti usapan tangan Oliver. Dan dia hanya diam saja saat Flow terus menatapnya. Perih.
“Haihhhh, kau ini!”
Berpura-pura kesal, Oliver pun membantu Bern untuk berdiri. Setelah itu dia memanggil pelayan kemudian memesan makanan untuk mereka bertiga.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Bern memberanikan diri membuka percakapan. Suaranya sedikit tercekat, tenggorokannya terasa kering kerontang.
“Seperti yang Kakak lihat. Aku baik-baik saja,” jawab Flow sambil tersenyum kecil. “Oya, Kak. Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi.”
“Pertanyaan yang mana?”
“Pertanyaan tentang kau yang dulu selalu mengiyakan semua keinginanku. Apakah benar?”
Flow menatap seksama ke arah sang kakak yang terdiam dengan wajah murung. Dia kemudian menoleh saat Oliver mengelus tangannya. “Ada apa, Oliver?”
“Apa kau tidak percaya kalau Bern menyayangimu?” Oliver menghela nafas. “Semua pria yang ada di dalam keluarga kita selalu meratukan dirimu. Jadi jangan bertanya seperti itu lagi padanya ya. Kau bahas yang lain saja. Oke?”
“Tapi kenapa?”
Wajah Flow berubah sendu. Entah kenapa dia merasa kalau Oliver seperti sengaja menghalanginya untuk lebih mengenal sang kakak. Padahal Flow hanya ingin mengenang apakah jawaban kakaknya bisa membantu mengembalikan ingatannya atau tidak. Hmmm.
“Aku sangat sayang padamu meski dulu aku tak banyak bicara. Dan ya, yang di katakan oleh Ibu sangat benar kalau aku selalu mengiyakan semua kemauanmu. Itu fakta,” ucap Bern sambil tersenyum kecil. “Flow, boleh aku bertanya sesuatu padamu?”
“Tentu saja sangat boleh, Kak. Silahkan tanya saja,” sahut Flow antusias. Dia lega sekali karena ibunya tidak bohong. Ternyata kakaknya memang benar-benar sesayang itu terhadapnya. Flow lega.
“Kau … apa ingat tentang Amora?”
Lagi. Bern malah menggali ingatan tentang Amora di diri adiknya. Dia penasaran dan sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam mobil sebelum terperosok masuk ke dalam sungai.
“Amora? Siapa Amora ini, Kak? Apa dia adalah temanku?” tanya Flow bingung mendengar nama Amora. Nama ini sangat asing, dia tak pernah mendengarnya.
“Bukan.” Bern menghela nafas. “Dia kekasihku, orang yang saat itu berada di satu mobil yang sama denganmu sebelum kecelakaan itu terjadi.”
Oliver langsung menendang pelan kaki Bern dari bawah meja saat pria ini kembali menyinggung tentang kecelakaan tiga tahun lalu. Tadi sebelum datang ke restoran ini Oliver lupa memberitahu kalau Flow tidak boleh di ingatkan dulu pada kejadian itu. Kondisi mental Flow tidak stabil, Oliver takut pertanyaan Bern akan membuatnya menjadi down kembali.
Namun beruntunglah karena ketegangan itu berhasil di alihkan saat para pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Kesempatan ini di gunakan oleh Oliver untuk memberitahu Bern tentang keadaan Flowrence. Bern yang mendengar hal itupun langsung sesak nafas. Dia lalu memutuskan untuk fokus makan sambil sesekali menjawab pertanyaan adiknya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Chesta Haydar
mak apa flow selamanya akan kehilangan ingatannya n lumpuh seperti itu ya.
2023-06-03
0
linamaulina18
kangen sama celoteh flow 11 12 sama ibu nya
2023-03-29
0
Asih Ningsih
sedih banget bacanya klu ingat dulu flow yg sellu ceria n skrg gak bisa apa2 jadi gak bisa selucu dulu.
2023-02-09
1