Bab 8

Sambil membawa barang perlengkapan milik Justin, Renata terus berlari mengejar putranya yang tak mau diam. Padahal tadi Renata sudah mengingatkannya agar tidak berlarian, tapi tetap saja Justin melakukannya. Alhasil sekarang Renata jadi repot sendiri. Hmmm.

“Justin, ayo cepat kemari. Jangan berlarian seperti itu, Nak. Nanti kau jatuh!” seru Renata sambil meringis ngeri menyaksikan putranya yang berlari dengan sangat kencang.

Khawatir putranya terjatuh, Renata meletakkan semua barang bawaan di atas kursi tunggu kemudian berjalan cepat menuju putranya yang tengah menari-nari di belakang tubuh seorang pria. Jujur, sikap Justin hari ini sebenarnya mengundang satu kecurigaan aneh di diri Renata. Setelah tadi pagi merengek dan tidak membiarkannya keluar dari kamar, tiba-tiba saja Justin jadi tidak mau mematuhi perkataannya. Sejak keluar dari mobil, putranya itu terus saja membuatnya merasa kewalahan. Mulai dari berlari ke sana kemari, mengganggu anak gadis orang, dan bahkan sekarang berjoget di belakang seseorang yang tak di kenalinya. Padahal yang Renata tahu Justin itu selalu merasa tak nyaman setiap kali bertemu dengan orang asing. Tapi sekarang? Entahlah, Renata bingung.

“Amora,” ….

Samar-samar Renata seperti mendengar suara gumaman saat dia lewat di samping pria yang tengah diam melamun. Namun karena mereka tidak saling kenal, Renata acuh. Dia lalu menangkap Justin yang sudah bersiap pergi melarikan diri lagi.

“Kena kau ya. Dasar tukang kabur,” omel Renata sambil memeluk Justin erat. Di ciumnya penuh sayang pipi putranya yang terlihat begitu bahagia. “Apa kau begitu senang setelah membuat Ibu berlarian ke sana kemari, hem?”

“Sangat senang, Ibu. Justin senang sekali,” teriak Justin dengan hebohnya. Dia lalu terkikik kencang saat sang ibu menggelitik pinggang.

Ha? Ibu? Jadi Amora sudah menikah?

Terkejut akan apa yang di dengarnya, Bern segera berbalik menghadap belakang. Dia tertegun menyaksikan wanita yang begitu mirip dengan Amora tengah berjongkok sambil mendekap bocah laki-laki yang rambutnya sempat membuat Bern merasa gemas.

“Ibu, siapa Paman ini? Kenapa dia memelototi kita? Aku jadi takut,” bisik Justin kemudian menyembunyikan wajah di ceruk leher ibunya.

Segera Renata menoleh ke arah yang di maksud oleh Justin. Kedua alisnya mengerut, heran melihat sikap pria yang tadi menggumam tidak jelas. Merasa tak nyaman, Renata memutuskan untuk membawa Justin pergi dari sana. Dia tak mau kehadiran pria ini mengganggu kebahagiaan putranya.

“T-tunggu!”

Entah apa yang Bern lakukan. Dia reflek mencegah agar wanita ini tidak pergi. Walau tahu kalau sikapnya akan di anggap lancang, Bern memberanikan diri mendekati wanita ini kemudian mencoba berbicara dengannya.

“Maaf, Tuan. Aku tidak mengenal siapa dirimu. Dan putraku, kau menakutinya!” ucap Renata tanpa basa basi. Tapi dia bicara masih dengan bahasa yang sopan. Renata takut menyinggung pria ini.

“Nona, maaf. Aku sama sekali tidak ada niat untuk berbuat buruk padamu ataupun menakuti putramu. Akan tetapi bolehkah aku mengetahui namamu? Aku tahu ini sangatlah lancang karena di antara kita tidak saling kenal, tapi tolong. Sekali saja tolong sebutkan siapa namamu. Setelah itu aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi. Oke?” sahut Bern langsung menyampaikan tujuannya. Dia pura-pura tak melihat saat bocah laki-laki itu mencuri pandang ke arahnya.

“Untuk apa kau mengetahui siapa namaku, Tuan? Kita tidak sedekat itu untuk saling mengetahui nama,” tanya Renata kian merasa tak nyaman akan permintaan pria ini. Beruntung suasana di lorong bioskop masih ramai. Kalau tidak, Renata pasti akan langsung berteriak meminta peertolongan dari security mall. Dia takut pria ini akan melakukan hal buruk terhadapnya. Sungguh.

“Nona, namaku Bern, Bern Wufien Ma. Alasan kenapa aku menanyakan namamu adalah karena wajahmu sangat mirip dengan wajah kekasihku. Jadi tolong beritahu aku siapa namamu. Itu saja. Pleasee,” ….

Mungkin bagi orang yang pernah mengenal Bern, mereka pasti akan terheran-heran melihatnya memohon pada orang lain. Terlebih lagi orang lain ini merupakan orang asing yang baru pertama kali di jumpainya. Namun karena rasa penasaran Bern yang begitu besar, dia sudah tak mempedulikan lagi tentang harga dirinya. Satu hal yang paling penting. Bern ingin memastikan apakah wanita ini benar adalah Amora atau bukan.

Untuk beberapa saat Renata hanya diam tanpa bisa berkata apa-apa setelah mengetahui tujuan pria ini ingin mengetahui namanya. Jika di tanya dengan sungguh-sungguh, dia sebenarnya amatlah risih jika harus menjawab. Akan tetapi Renata merasa kasihan setelah tahu kalau wajahnya di anggap mirip dengan wajah kekasih pria tersebut. Dan akan sangat keterlaluan sekali jika Renata memilih bungkam alih-alih memberitahunya. Hmmm.

“Nona, aku mohon. Tolong biarkan aku tahu siapa ….

“Renata.” Jeda sejenak. “Namaku Renata Goh. Dan ini adalah putraku, namanya Justin. Permisi.”

Begitu menyebutkan namanya, Renata buru-buru pergi dari hadapan pria itu. Dia bahkan sampai melupakan barang miliknya yang masih tergeletak di atas kursi. Renata terlalu takut untuk kembali ke sana dan mengambilnya. Jadi memutuskan biar sopir saja yang melakukannya nanti.

Namun, sepertinya takdir baik tidak sedang berpihak pada Renata malam ini. Saat sudah berada di dalam lift menuju lantai dasar, Renata baru tersadar kalau ponselnya tertinggal bersamaan dengan barang-barang itu. Dia lalu mend*sah pelan, bingung memikirkan bagaimana cara menghubungi sopir kalau ponselnya saja tidak ada.

Ya Tuhan, haruskah aku kembali ke sana lagi? Lalu bagaimana jika pria itu masih belum pergi? Aku takut, Tuhan. Aku tak nyaman ….

Seolah menyadari kalau ibunya sedang gelisah, Justin segera mengangkat wajahnya yang sejak tadi terus tersembunyi di ceruk leher. Dengan suaranya yang mulai parau karena sudah mengantuk, dia pun bertanya ada apa.

“Ibu, Ibu kenapa? Sedih ya?”

“Tida sayang, Ibu tidak sedang sedih. Ibu hanya panik saja karena semua barang-barang kita tertinggal di lantai atas,” sahut Renata sambil menciumi kening Justin. Dia lalu berusaha untuk tersenyum agar putranya tak merasa khawatir lagi.

“Kalau begitu ayo kita ke sana lagi, Bu. Justin masih kuat menonton kok."

Kalau saja di dalam lift tidak sedang ada orang lain, Renata pasti sudah tertawa mendengar celotehan putranya yang menyebut masih kuat menonton dengan kondisi mata yang sudah terkantuk-kantuk. Menggemaskan sekali.

“Ya sudah kita kembali lagi ke sana, tapi tidak menonton. Justin pasti lelahkan setelah berlarian ke sana kemari? Makanya sekarang mengantuk. Apa Ibu benar?”

Dengan polos Justin menganggukkan kepala. Setelah itu dia kembali memeluk ibunya, merebahkan kepala di bahu sambil berusaha agar matanya tak terpejam. Namun, bocah tetaplah bocah yang tak pernah sinkron dengan apa yang di pikirkannya. Tepat ketika pintu lift terbuka, kedua mata Justin terpejam. Renata yang mendengar suara dengkuran nafas putranya hanya tersenyum saja. Dia berpindah ke lift lain kemudian menekan tombol menuju lantai atas. Dengan hati yang berdebar-debar, Renata menunggu kapan lift ini akan sampai. Dan ….

Ting

Pintu terbuka. Hening. Renata terdiam seribu bahasa begitu melihat apa yang ada di hadapannya. Pria yang tadi mengaku bernama Bern saat ini tengah berdiri di depan pintu lift sembari membawa semua barang-barang miliknya.

“Nona Renata, kau meninggalkan barang-barangmu di atas,” ucap Bern sambil menatap Renata lekat. Dia lalu menyodorkan semua barang milik wanita ini. “Aku tadi bermaksud mencarimu keluar. Maaf jika tindakanku membuatmu merasa tidak nyaman. Aku hanya ingin membantu mengantarkan barang ini saja.”

“T-terima kasih.” Terbata Renata bicara. Dia lalu mengambil semua barangnya dari tangan Bern. Tapi karena satu tangannya sedang memegangi Justin, beberapa dari barang itu jatuh ke lantai. Renata kesulitan.

“Boleh aku membantu?”

Bern menawarkan bantuan. Dan jujur, dia sangat berharap Renata akan menjawab iya.

“Tapi ini akan merepotkanmu,” ucap Renata tak berdaya.

“Tanganku kosong. Kau tinggal perintahkan saja apa yang harus kulakukan,” sahut Bern seraya menghela nafas lega.

“Umm … bisa tolong bantu gendong putraku tidak? Aku perlu menelpon sopir untuk menjemput kami di sini.”

“Baiklah.”

Dengan hati-hati Bern mengambil Justin dari pelukan Renata. Setelah itu dia menekan tombol menuju lantai bawah. Sembari menunggu Renata selesai menghubungi sopirnya, Bern diam-diam melirik ke arah dinding lift. Sungguh, wanita ini benar-benar sangat mirip sekali dengan Amora. Sama sekali tidak ada yang di buang, kecuali nama dan juga kulit tangannya yang putih mulus tanpa ada bekas luka yang tertinggal.

“Berapa usia Justin?” tanya Bern sesaat setelah mereka keluar dari lift.

“Tiga tahun,” jawab Renata. “Dan baru akan genap sekitar satu bulan lagi.”

Deg deg deg

Apa-apaan ini? Kenapa waktunya bisa sangat pas dengan kejadian yang menimpa Amora?

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

iya bernama itu amora yg selama ini kmu tunggu2

2023-06-03

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Krn skrg Justin bertemu ayahnya, makanya bertingkah konyol 🤭🤭

2023-04-05

0

Asih Ningsih

Asih Ningsih

pasti kmu bisa merasakannya bern krn justyn putra kmu.

2023-02-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!