Bab 15

Setelah Oliver membawa Flowrence pulang, Bern memutuskan untuk tetap berada di restoran sambil menunggu Cio menelpon. Rencananya setelah ini mereka akan pergi ke toko milik Renata. Dalam keheningan, Bern kembali menyumpah-serapahi perbuatan Karl yang tega mencelakai Flowrence hingga jadi seperti sekarang.

Tiga tahun lalu saat sang ibu berhasil menghalangi niat Bern yang ingin menembak Karl, bajingan itu dengan kejamnya mengaku kalau semua yang terjadi di keluarga mereka merupakan perbuatannya. Tapi pada saat itu Karl menolak untuk mengakui kalau dia telah mensabotase mobil yang membawa Flow dan Amora. Bern tentu saja tak percaya mengingat kalau bajingan itu adalah seseorang bermuka muda. Makanya tadi dia bertanya pada Flowrence tentang apa yang terjadi sebelum mobil terperosok masuk ke dalam sungai. Tapi sayang, dia gagal mendapatkan jawaban.

“Ck, aku benar-benar muak memikirkan hal ini. Kenapa tidak ada satu orangpun yang mau menjelaskan dengan gamblang padaku. Aku lelah terus bertanya-tanya seperti ini!” kesal Bern sambil mencengkeram gelas minumannya. Dadanya berdenyut.

Emosi, Bern berniat membanting gelas tersebut. Namun di saat tangannya hendak terayun ke atas, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Cio menelpon.

“Aku di luar. Cepat kemari!”

Klik. Tanpa sempat menjawab bajingan itu sudah lebih dulu mematikan panggilan. Bern segera mengusap wajah dengan kasar kemudian melangkah pergi dari sana. Dia abai saja ketika manager dan para pelayan restoran membungkukkan badan ke arahnya.

“Cepat sedikit, Bern. Jangan seperti putri keraton kau. Dasar lelet!” teriak Cio dengan kepala tersembul keluar dari jendela mobil.

“Aku tidak tuli. Jalankan saja mobilmu, aku akan mengikutinya dari belakang,” sahut Bern enggan mendekat begitu melihat kalau di sebelah Cio ada seorang wanita yang dandanannya sangat menor. Itu menjijikkan. Cihhh.

Tak lama setelahnya dua mobil beriringan pergi dari sana. Sambil mengemudi, pikiran Bern melayang pada cara apa yang harus dia gunakan agar bisa mengambil rambut Justin tanpa harus ketahuan oleh Renata. Jujur, seumur-umur dia hidup hal yang paling menegangkan adalah ketika dia pusing memikirkan cara hanya untuk mendapatkan beberapa helai rambut. Bahkan dulu ketika Bern melakukan tindak kejahatanpun dia tidak sampai setegang ini. Aneh, bukan?

Kalau benar Justin adalah putraku, maukah Renata untuk mengakuiku sebagai ayahnya? Usia Justin satu bulan lagi baru akan genap tiga tahun, sedang kejadian itu sudah lewat dari tiga tahun lebih. Jika hitunganku tidak salah, berarti saat kecelakaan itu terjadi Amora sedang mengandung. Ya Tuhan …..

Geram memikirkan hal tersebut, Bern mengirim pesan pada Cioa agar mempercepat laju mobil mereka. Mendadak dia jadi tidak sabar ingin segera bertemu dengan Justin, bocah lucu yang sempat membuat Bern terpana. Karena di desak oleh Bern, tak berselang lama mereka akhirnya sampai di sebuah toko bunga. Bern mengerutkan kening, tidak menyangka kalau usaha seperti inilah yang di jalankan oleh Renata.

“Bahkan papan nama tokonya pun di buat dengan warna putih. Tidak mungkinkan ini hanya kebetulan lagi," gumam Bern.

Cio keluar dari dalam mobil, tapi tak mengizinkan wanitanya ikut keluar. Segera dia menghampiri Bern kemudian mengetuk kaca. “Keluarlah, Bung. Sudah saatnya kau menjalankan misi. Ingat, jangan sampai gagal.”

“Hmmm,” ….

Di dalam toko bunga, Justin yang sedang sibuk mengacau diam-diam mencari celah untuk bisa kabur keluar. Dan ketika semua orang sedang sibuk merangkai bunga untuk seorang pelanggan, Justin berhasil menyelinap. Dia berlari kencang sekali sambil terus menoleh ke belakang. Justin takut ketahuan.

Bruukkkk

“Awhhhhhh!”

Renata dan para pekerjanya segera menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara teriakan. Segera dia tersadar kalau itu adalah suara putranya. Renata yang kala itu sedang memegang bunga tanpa pikir panjang lansung melemparkannya ke lantai kemudian berlari menghampiri Justin yang sedang menangis di gendongan seseorang.

“Justin, kau kenapa berteriak? Apa yang terjadi?”

Bern dan Cio kompak menelan ludah. Saat ini Justin sedang menangis sambil memegangi kepalanya. Hehe, kalian pasti penasaran bukan apa yang membuat bocah ini menangis? Yap, benar sekali. Tadi begitu Justin menabrak Bern, dia menggunakan kesempatan ini untuk mengambil beberapa helai rambut bocah tersebut. Tapi siapa yang akan menyangka kalau perbuatannya itu akan membuat bocah ini menangis kesakitan?

“Hikssss, Ibu. Paman ini mencabut otaknya Justin,” ucap Justin mengadukan apa yang terjadi.

“A-apa?”

Syok, Cio sampai memekik kencang saat mendengar Bern telah di tuduh mencabut otak anaknya Renata. Dia tidak mengira kalau bocah ini ternyata cukup tengil juga.

“Sayang, tidak boleh bicara seperti. Tidak sopan,” ucap Renata sembari mengambil Justin dari gendongan Bern. Jujur, dia kaget sekali saat tahu kalau pria ini muncul di tokonya. “Bern, aku minta maaf ya atas nama Justin. Dia masih anak-anak, belum terlalu paham cara bicara yang baik dengan orang yang lebih tua. Sekali lagi aku minta maaf ya,”

“Tadi dia berlarian dan menabrakku. Lalu rambutnya tak sengaja tersangkut di kancing baju. Mungkin itu yang membuat dia menangis,” sahut Bern mencoba beralasan. Dan begitu Justin berpindah ke gendongan Renata dia segera memasukkan hasil buruannya ke saku celana. “Aku baru tahu ternyata toko ini adalah milikmu, Ren.”

Sambil berusaha menenangkan Justin, Renata mengiyakan perkataan Bern. Tak lupa juga dia bertanya apa tujuan Bern datang ke tokonya.

“Sudah dua tahun aku menjalankan bisnis toko bunga. Lumayanlah untuk mengisi waktu sembari mengasuh Justin. Ya walaupun tidak terlalu besar sih,” ucap Renata. “Lalu kau sendiri darimana, Bern? Ingin membeli bungakah?”

“Aku dari restoran dan ingin kemari.” Bern terbatuk, merasa canggung karena terlalu jujur. Untung Cio menyikut lengannya. Kalau tidak, dia pasti sudah kebablasan bicara. “Maksudku aku dan temanku baru saja keluar dari restoran. Dia lalu mengajakku singgah di toko bunga ini larena ingin membelikan hadiah untuk kekasihnya. Orangnya sekarang sedang menunggu di mobil.”

Meskipun jawaban Bern terdengar sedikit ambigu, tapi Renata mencoba untuk tetap berpikir posistif. Mungkin saja Bern bersikap seperti ini karena wajahnya yang mirip dengan kekasihnya, jadi dia merasa gugup.

“Ibu, apa kepala Justin bolong?”

Pertanyaan Justin sukses memecah kecanggungan yang sedang terjadi. Sambil menahan tawa, Renata pura-pura memeriksanya. Dia lalu memberitahu Justin kalau kepalanya baik-baik saja.

“Paman, lain kali tidak boleh seperti itu lagi ya. Justin masih kecil, jadi Paman harus tunggu Justin dewasa kalau ingin mencabut otak. Oke?” ucap Justin sambil menatap seksama ke arah pria yang tadi menggendongnya.

“Iya,” sahut Bern patuh.

Kalau tidak sedang dalam misi, Cio bersumpah dia akan langsung bergulingan di lantai saking tak kuatnya mendengar percakapan aneh antara Bern dan Justin. Beruang kutub ini begitu patuh mengiyakan perintah Justin yang begitu nyeleneh. Karena tak mau ketahuan sedang menahan tawa, Cio memanggil seorang pelayan agar membungkuskan bunga untuknya. Dia lalu membiarkan Bern tetap bersama Renata dan juga Justin, mencari tempat yang sedikit sepi untuknya bisa melepas tawa.

“Ya ampun, aku tidak terbayang kalau Justin adalah benar anaknya Bern. Aku jamin dia pasti bisa muntah darah jika harus mendengar celotehannya yang aneh itu. Xixixixi,” ucap Cio sambil mengintip Bern dari kejauhan.

Sementara itu Bern dan Renata yang masih berada di depan pintu masuk toko, sama-sama bingung harus bicara apa. Keduanya hanya diam sambil mendengarkan ocehan Justin. Cukup lama mereka berada dalam kondisi seperti itu sampai akhirnya Cio mengajak Bern untuk pergi dari sana. Di tangannya ada sebuket bunga yang mereka jadikan alasan mendatangi toko Renata. Sungguh alasan yang sangat klise sekali. Hmmmm.

***

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

iya pasti nya keturunan nenek ellea yg menggemaskan itu.

2023-06-03

0

Chesta Haydar

Chesta Haydar

kepolosannya melebihi nenennya ellea cucumu lucu banget.

2023-06-03

0

Puspita Dewi

Puspita Dewi

wahhh.. ini mah titisan nenek alea 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!