Bab 7

"Bern, Ibu pulang dulu ya. Kau hati-hati saat mengemudikan mobil. Oke?" ucap Elea sembari menatap Bern yang baru saja mengantarkannya masuk ke dalam mobil.

"Iya, Ibu." Singkat Bern menjawab.

"Ya sudah kalau begitu Ibu pergi dulu. Dahh," ....

Bern mengangguk. Dia diam saja saat ibunya melambaikan tangan. Setelah mobil sang ibu bergerak pergi meninggalkan parkiran pemakaman, Bern bergegas masuk ke mobilnya sendiri. Tak lupa dia mengenakan kaca mata hitam saat akan keluar dari sana.

Ibu, aku enggan untuk mengakui ini. Tapi aku sangatlah merindukan Ibu. Andai waktu itu Ibu tidak memasrahkan diri untuk menggantikan Karl, aku mungkin tidak akan menjaga jarak seperti tadi. Aku mengerti Ibu tidak ingin melihatku masuk ke dalam penjara, aku juga mengerti Ibu hanya ingin melakukan tugas sebagai orangtua yang ingin melindungi anak-anaknya. Tapi tahukah Ibu kalau sikap itu sangat amat melukai perasaanku?

Cengkeraman tangan Bern di stir mobil bertambah semakin kuat ketika dia teringat kembali di kejadian tiga tahun lalu. Karena tubuh Amora yang tak kunjung di temukan, emosi Bern menyasar pada Karl. Dia lalu membawa senjata api pergi menyambangi kediaman bajingan itu dengan niat ingin menghabisinya. Namun, Bern sama sekali tak menyangka di detik-detik dia akan menembak kepala Karl ibunya tiba-tiba muncul dan langsung menghadang peluru yang hampir melesat. Untungnya Bern memiliki kontrol yang baik. Jika tidak, dia benar-benar akan masuk ke penjara, tapi bukan karena membunuh Karl, melainkan karena membunuh ibu mereka.

Deg

"Kenapa aku jadi teringat dengan wanita yang di mall tadi ya? Itu adalah benar Amora atau aku hanya salah lihat saja?" gumam Bern kaget sendiri saat dirinya tiba-tiba teringat pada wanita yang sangat mirip dengan Amora. "Apa aku pergi ke sana lagi saja ya untuk memastikan yang sebenarnya?"

Antara yakin dan tidak yakin, Bern akhirnya memutuskan untuk kembali ke mall yang tadi. Entah mengapa dia bisa teringat kembali pada wanita itu. Sungguh suatu hal yang sangat aneh sekali.

Hati-hati, Bern. Tindakanmu ini bisa saja menyakiti perasaan Amora. Kau jangan sampai kehilangan perasaan hanya karena wajah mereka yang mirip.

"Benarkah tindakan yang akan kulakukan?" gumam Bern merasa ragu setelah mendengar suara hatinya. Dia memelankan laju mobil kemudian memilih untuk menepi sejenak. Untuk menormalkan pikirannya, Bern mengusap wajah hingga memerah. Setelah itu dia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kuat. "Siapa kau sebenarnya. Kenapa wajahmu bisa terlihat sangat mirip dengan Amora-ku. Apa kalian kembar?"

Hening. Hanya deru suara kendaraan yang terdengar di sana. Bern bimbang. Setengah hati berkata agar segera mencari tahu siapa wanita itu. Akan tetapi setengah hatinya lagi berkata untuk tidak pergi ke sana. Dalam keadaan bingung, dia akhirnya memilih untuk tetap pergi setengah meyakinkan diri kalau apapun yang terjadi nanti tidak akan membuat perasaannya berubah.

"Huhhhh, mari tuntaskan rasa penasaran ini, Bern. Jangan sampai pikiranmu malah terganggu gara-gara memikirkan wanita itu terus. Ayo berangkat!"

Sambil terus mengenang kebersamaannya dengan Amora, mobil Bern kembali melaju membelah jalanan. Hingga tak berapa lama kemudian sampailah dia di tempat yang di tuju. Sebelum keluar dari dalam mobil, Bern menatap lama foto Amora yang dia jadikan sebagai wallpaper ponsel kemudian mengecupnya.

"Sayang, tolong kau jangan salah paham ya. Aku mencari tahu wanita itu adalah karena wajah kalian sangat mirip. Ini mungkin terdengar kejam, tapi aku sungguh tidak ada maksud lain padanya. Tolong jangan membenciku. Oke?" ucap Bern dengan lembut meminta Amora agar jangan salah paham terhadap tindakannya. Baru setelahnya dia melangkah keluar dengan hati yang tenang.

Group Ma. Perusahaan besar yang dulu di pimpinnya kini semakin bertambah jaya di bawah kepemimpinan Karl. Hal itu Bern sadari dari mewahnya interior mall ini yang terdapat ada banyak sekali perubahan dari yang pernah dia buat. Ya, mall ini merupakan hasil kerjasama Bern sebelum kejadian naas itu terjadi. Jadi wajar saja kalau dia mengetahui apa-apa saja yang berubah dari bangunan tersebut.

"Biasanya wanita pergi ke mall adalah untuk berbelanja pakaian. Sepertinya aku harus memeriksa satu persatu toko baju yang ada di sini," ujar Bern sambil menatap kesana kemari. Dia kini sudah berada di dalam mall.

Sebenarnya Bern bisa saja menggunakan nama keluarganya agar bisa masuk ke ruang CCTV. Tapi tidak dia lakukan karena Bern tak mau berhubungan dulu dengan keluarganya. Alhasil dia memilih mencari tahu keberadaan wanita itu dengan memeriksa satu persatu toko yang ada di sana. Agak konyol memang. Tapi tak apalah, yang penting tindakannya itu tidak mengganggu orang lain.

Kemunculan Bern di mall itu menarik banyak sekali perhatian para pengunjung. Terutama yang berjenis kelamin perempuan. Menggunakan kaos putih berlengan panjang yang di padupadankan dengan celana jeans hitam dan sepatu putih membuat penampilan Bern terlihat sangat keren sekali. Belum lagi dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, membuat penampilan Bern semakin terlihat mencolok. Karenanya, ada beberapa wanita seksi yang dengan terang-terangan menggoda, bahkan berani meminta nomor ponselnya. Namun Bern abai. Dia tak peduli pada wanita-wanita itu karena matanya hanya akan menatap Amora seorang.

"Cihh, sombong sekali. Jangan mentang-mentang tampan lantas kau bisa seenaknya mengabaikan kami. Kau jangan lupa kalau di atas langit masih ada langit yang lain, Tuan. Dasar angkuh!" maki seorang wanita yang merasa kecewa karena telah di abaikan.

Bern menghela nafas. Dia kemudian berbalik, merasa tak terima akan makian tersebut.

"Kau bilang apa barusan? Angkuh?" Bern mencibirkan bibir. "Ya, kau benar kalau aku ini memang pria yang angkuh. Tapi apa kau tahu mengapa aku bisa seangkuh ini? Karena aku sedang menjaga hati dan juga pandanganku dari wanita-wanita sampah seperti kalian. Aku sudah mempunyai istri, jadi tolong jangan menggodaku lagi. Paham?"

Kikuk. Wanita itu langsung diam seribu bahasa setelah Bern mengatakan jika dirinya telah memiliki istri. Tak mau lagi berurusan dengan wanita tersebut, Bern kembali melanjutkan pencariannya. Dia lalu tergerak untuk pergi menuju ke lantai paling atas. Tiba-tiba saja dia ingin memeriksa di bagian bioskop. Bisa saja kan wanita itu datang ke mall ini bukan untuk berbelanja, tapi malah menonton?

"Aku tidak percaya bisa melakukan ini semua," keluh Bern saat mendapati kalau di lorong bioskop banyak di penuhi oleh gadis-gadis muda yang sedang duduk menunggu film mereka di putar.

Tak tahan, Bern memutuskan untuk kembali saja. Dia merasa tidak nyaman jika harus berlama-lama di tempat tersebut. Tepat ketika Bern hendak melewati lorong terakhir, tiba-tiba saja pintu bioskop terbuka. Segera dia menyingkir ke samping memberi jalan pada orang-orang yang baru saja keluar dari sana.

Oh, ternyata mereka adalah para orangtua yang sedang menemani anak menonton film. Manisnya,

Setelah agak sepi, barulah Bern kembali melangkah. Namun dia di kejutkan oleh kehadiran seorang anak laki-laki yang tengah berlarian sambil memegang topi. Melihat rambut gondrong anak itu yang bergerak tak beraturan, tanpa sadar membuat Bern tersenyum. Menggemaskan.

"Justin, ayo cepat kemari. Jangan berlarian seperti itu, sayang. Nanti kau jatuh!"

Tubuh Bern seketika menegang. Suara itu ... dia tidak salah dengar, kan? Suara itu benar-benar mirip dengan suaranya Amora. Tapi ....

Tidak Bern, tidak. Jangan panik, kau pasti hanya sedang berhalusinasi saja. Amora tidak mungkin di sini. Tidak mungkin!

***

Terpopuler

Comments

muhammad ibnuarfan

muhammad ibnuarfan

ealah...kurang gercep anda tuan....gak kayak nenek nya dulu...sat set....

2024-08-21

0

Chesta Haydar

Chesta Haydar

sama yg bc juga penasaran tpi amora punya kembaran tpi sayangnya udh meninggal n yg di lihat bernama memang amora

2023-06-03

0

Asih Ningsih

Asih Ningsih

pasti bern sangat sulit mempercayainya dgn posisinya yg skrg setelah melihat wanita yg sangat mirip ama amora.

2023-02-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bern 49
50 Bern 50
51 Bern 51
52 Bern 52
53 Bern 53
54 Bern 54
55 Bern 55
56 Bern 56
57 Bern 57
58 Bern 58
59 Bern 59
60 Bern 60
61 Bern 61
62 Bern 62
63 Bern 63
64 Bern 64
65 Bern 65
66 Bern 66
67 Bern 67
68 Bern 68
69 Bern 69
70 Bern 70
71 Bern 71
72 Bern 72
73 Bern 73
74 Bern 74
75 Bern 75
76 Bern 76
77 Bern 77
78 Bern 78
79 Bern 79
80 Bern 80
81 Bern 81
82 Bern 82
83 Bern 83
84 Bern 84
85 Bern 85
86 Bern 86
87 Bern 87
88 Bern 88
89 Bern 89
90 Bern 90
91 Bern 91
92 Bern 92
93 Bern 93
94 Bern 94
95 Bern 95
96 Bern 96
97 Bern 97
98 Bern 98
99 Bern 99
100 Bern 100
101 Bern 101
102 Bern 102
103 Bern 103
104 Bern 104
105 Bern 105
106 Bern 106
107 Bern 107
108 Bern 108
109 Bern 109
110 Bern 110
111 Bern 111
112 Bern 112
113 Bern 113
114 Bern 114
115 Bern 115
116 Bern 116
117 Bern 117
118 Bern 118
119 Bern 119
120 Bern 120
121 Bern 121
122 Bern 122
123 Bern 123
124 Bern 124
125 Bern 125
126 Bern 126
127 Bern 127
128 Bern 128
129 Bern 129
130 Bern 130
131 Bern 131
132 Bern 132
133 Bern 133
134 134
135 Bern 135
136 Bern 136
137 Bern 137
138 Bern 138
139 Bern 139
140 Bern 140
141 Bern 141
142 Bern 142
143 Bern 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bern 49
50
Bern 50
51
Bern 51
52
Bern 52
53
Bern 53
54
Bern 54
55
Bern 55
56
Bern 56
57
Bern 57
58
Bern 58
59
Bern 59
60
Bern 60
61
Bern 61
62
Bern 62
63
Bern 63
64
Bern 64
65
Bern 65
66
Bern 66
67
Bern 67
68
Bern 68
69
Bern 69
70
Bern 70
71
Bern 71
72
Bern 72
73
Bern 73
74
Bern 74
75
Bern 75
76
Bern 76
77
Bern 77
78
Bern 78
79
Bern 79
80
Bern 80
81
Bern 81
82
Bern 82
83
Bern 83
84
Bern 84
85
Bern 85
86
Bern 86
87
Bern 87
88
Bern 88
89
Bern 89
90
Bern 90
91
Bern 91
92
Bern 92
93
Bern 93
94
Bern 94
95
Bern 95
96
Bern 96
97
Bern 97
98
Bern 98
99
Bern 99
100
Bern 100
101
Bern 101
102
Bern 102
103
Bern 103
104
Bern 104
105
Bern 105
106
Bern 106
107
Bern 107
108
Bern 108
109
Bern 109
110
Bern 110
111
Bern 111
112
Bern 112
113
Bern 113
114
Bern 114
115
Bern 115
116
Bern 116
117
Bern 117
118
Bern 118
119
Bern 119
120
Bern 120
121
Bern 121
122
Bern 122
123
Bern 123
124
Bern 124
125
Bern 125
126
Bern 126
127
Bern 127
128
Bern 128
129
Bern 129
130
Bern 130
131
Bern 131
132
Bern 132
133
Bern 133
134
134
135
Bern 135
136
Bern 136
137
Bern 137
138
Bern 138
139
Bern 139
140
Bern 140
141
Bern 141
142
Bern 142
143
Bern 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!